Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 29
Bagi Indonesia yang termasuk negara latecomer, hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki adalah visi yang jelas bagi pengembangan industri berdasarkan inovasi. Indonesia
perlu memiliki kejelasan industri berbasis inovasi yang akan menjadi fokus pengembangan dan diproyeksikan akan menjadi industri yang kuat. Di samping itu, infrastruktur pengetahuan
seperti lembaga litbang dan perguruan tinggi perlu diperkuat dengan penekanan pada kontribusi pengembangan industri melalui penguatan kemampuan teknologi industri.
Lembaga litbang perlu dirancang dan didorong untuk meningkatkan interaksi dengan industri secara lebih produktif. Yang juga tidak kalah penting adalah perbaikan birokrasi iptekin.
Lembaga pemerintah yang menangani sektor iptekin perlu memiliki birokrasi yang kuat, yang memiliki kemampuan untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan.
Tabel 3. Kebijakan Pengembangan Kemampuan Teknologi Pada Dua Kelompok Negara
Negara Fast-follower Negara Latecomer
Berhasil mengartikulasikan visi inovasi dan teknologi dalam industrialisasi dengan fokus
pada daya saing dan pertumbuhan sektor terpilih elektronika di Korea Selatan, Taiwan dan Cina
Tidak memiliki visi yang jelas tentang industrialisasi yang didorong inovasi
Berhasil membangun
secara sistematik
infrastruktur pengetahuan yang diperlukan bagi pengembangan kemampuan teknologi
Infrastruktur pengetahuan seperti lembaga litbang mengalami deteriorisasi, tidak terkait
dengan sektor industri Berhasil mengatasi dikotomi public vs private dan
pasar vs pemerintah, dan membangun koordinasi antar aktor dalam sistem. Evans: Embedded
Autonomy Perusahaan
dan lembaga
litbang tidak
berinteraksi. Lebih memilih proyek turn-key di mana pembuat
kebijakan menjadi perpanpanjangan tangan Multinasional Corporation MNC untuk mencari
rent, Membangun kapasitas birokrasi Iptekin yang
kuat, lihat Amsden 1989 Birokrasi iptekin lemah
Sumber: Dirangkum dari Oyelaran-Oyeyinka 2011.
7. KESIMPULAN
Hasil kajian ini berhasil memetakan beberapa ciri umum tentang permintaan masyarakat, kemampuan teknologi dan kewirausahaan inovatif yang berpotensi mendukung
pengembangan inovasi frugal di Indonesia. Ketiga pra-kondisi tersebut dapat disimpulkna sebagai berikut:
1 Permintaan sebagian besar rakyat Indonesia secara umum ditandai oleh beberapa ciri umum berikut: a peningkatan pendapatan per kapita cenderung meningkat akan
tetapi distribusi pendapatan makin timpang dan masih besarnya kelompok masyarakat berpenghasilan rendah di bawah garis kemiskinan dan bukan termasuk
kelompok konsumsi; b rumah tangga pedesaan yang bertumpu pada sektor pertanian dan minim kepemilikan lahan adalah kelompok paling marginal dan berada
di piramida terbawah; c semakin kecil tingkat pendapatan rumah tangga, semakin besar alokasi pendapatan yang dialokasikan untuk pangan dan semakin minim untuk
non pangan, seperti pengeluaran untuk barang dan jasa serta kesehatan; d rumah tangga pada kelompok berpendapatan rendah baik di kota maupun di desa
mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk perumahan, bahan bakar dan air.
2 Ciri umum kemampuan teknologi Indonesia adalah terdiri atas tiga rendahnya kondisi intensitas riset yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan teknologi Indonesia.
Ketiga kondisi tersebut adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan
Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 30
riset yang terlihat dari kecenderungan menurunnya anggaran riset pemerintah, rendahnya investasi riset di sektor swasta dan karakteristik industri manufaktur di
Indonesia. Pada kasus tertentu terdapat lembaga litbang pemerintah atau swasta yang telah berhasil memiliki produk riset unggulan yang dihasilkan dengan
kemampuan teknologi dan memiliki nilai tambah yang tinggi contoh: pupuk organik haryati. Sejumlah perusahaan telah mengembangkan kemampuan teknologinya
melalui investasi riset dan pembelian lisensi teknologi, namun investasi tersebut relatif masih rendah daripada pengeluaran promosi, menunjukkan bahwa produk
yang dikembangkan berupa produk konsumsi missal. 3 Ciri umum kewirausahaan yang berkembang di Indonesia adalah sebagian besar
perusahaan berkembang karena dukungan sumber daya capital dan tenaga kerja, bersifat perusahaan turun-temurun, namun demikian masih ada sejumlah perusahaan
yang juga sudah mengandalkan dukungan pendidikan dan sumber daya intelektual atau kemampuan teknologinya.
4 Mengacu pada indikator sosial-ekonomi dan iptek kemampuan teknologi dan wirausahawan, maka pengembangan inovasi frugal di Indonesia haruslah bertumpu
pada realita permintaan masyarakat yang umumnya masih berpenghasilan rendah, didukung oleh kelompok kecil perusahaan yang potensial kemampuan teknologinya
dan mempunyai karakter wirausahawan yang inovatif. Dengan demikian, pengembangan inovasi frugal di Indonesia yang paling mungkin dilakukan adalah
dengan dua strategi: i pengembangan inovasi frugal untuk kebutuhan dasar yakni perumahan, bahan bakar dan air, pangan dan kesehatan bagi semua rumah tangga
bukan kelompok konsumsi; dan ii pengembangan inovasi frugal untuk barang tahan lama dan aneka barang bagi masyarakat kelompok di atas garis kemiskinan tetapi
bukan kelompok konsumsi. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: a Inovasi frugal untuk produk bahan perumahan, bahan bakar energi dan air
adalah yang paling dibutuhkan di semua kelompok berpendapatan rendah. Inovasi frugal bagi masyarakat bawah garis kemiskinan diarahkan pada upaya
memenuhi kebutuhan dasar yakni papan, energi, air dan pangan serta kesehatan. Sedangkan inovasi frugal untuk masyarakat di atas garis kemiskinan dan bukan
kelompok konsumsi diarahkan pada barang tahan lama dan aneka barang dan jasa. Inovasi yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan menurunkan
biaya input serta efisien dalam penggunaaan lahan adalah prioritas utama. Disamping itu diperlukan terobosan dalam solusi kesehatan masyarakat
berpenghasilan rendah-menengah yang mampu menekan biaya kesehatan. Inovasi yang dapat menurunkan biaya obat-obatan dan peralatan medis tetapi
berkualitas standar sangat dibutuhkan, sehingga semakin banyak masyarakat di kelompok lapisan tersebut mampu meng-akses pada pelayanan kesehatan.
b Tidak semua perusahaan dapat melakukan inovasi frugal tersebut Ray and Ray, 2011, oleh karena itu insentif perlu diarahkan pada kelompok perusahaan yang
nyata mempunyai kemampuan teknologi didukung oleh riset danatau mampu membeli lisensi teknologi dan mengembangkannya serta mempunyai keinginan
dan inisiatif untuk melayani kelompok lapisan piramida terbawah tersebut. Konsep champion yakni memilih perusahaan yang masuk dalam kategori tersebut
adalah yang paling mungkin dilakukan dalam jangka pendek untuk mendorong munculnya wirausahawan yang inovatif dan mampu menghasilkan produk inovasi
yang dibutuhkan kelompok masyarakat terbawah itu. 5 Strategi mendorong inovasi frugal di Indonesia seharusnya difokuskan pada
pengembangan kemampuan teknologi melalui peningkatan kemampuan absorpsi yang memerlukan literasi dan keahlian SDMnya, contoh: vocational education,
disamping penciptaan iklim yang kondusif contoh: government procurement.
Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 31
PUSTAKA
Aminullah, E., 2011. “Dinamika Dana Riset Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Jangka Panjang”. Proceeding Seminar Pengembangan Iptek Nasional, Jakarta: LIPI, tanggal 10 Oktober, 2011.
Amsden, A.H., 1989. Asia’s Next Giant: South Korea and Late Industrialisation. Oxford
University Press. Oxford, New York. Hagedorn, H., 1996. Innovation and Enterpreneurship: Schumpeter Revisited. Industrial and
Corporate Change, vol. 5, no. 3: Pp. 883-896 IBRD, 2010. Innovation Policy: A Guide for Developing Countries. The World Bank,
Washington DC. Kaplinsky, R., 2011. Schumacher meets Schumpeter: Appropriatetechnology below the
radar. Research Policy vol. 40, Issue 2: pp. 193-203 Krishnan, R. T., 2010. From Jugaad to Systematic Innovation. The Utpreraka Foundation.
Bangalore. Mathews, J. A.,
2006. “Catch-up Strategies and the Latacomer Effect in Industrial Development”. New Political Economy 113:313-335.
MP3EI, 2011. Masterplan Percepatan Pertumbuhan dan Perluasan Ekonomi Indonesia. Oberman, R., Dobbs, R., Budiman, A., Fraser, T., and M. Rosse., 2012. The archipelago
economy: unleasing Indonesi a’s potential. Mc Kinsey Global Institute.
Oyelaran-Oyeyinka, B and Rasiah, R., 2009. Uneven Paths of Development: Innovation and Learning in Asia and Africa. Cheltenham, UK. Edward Elgar Publishing Limited.
Prahalad, C.K., 2004. The Fortune at the Bottom of the Pyramid: Eradicating Poverty through Profits. Wharton School Publishing.
Ray, S and P.K. Ray., 2011. Product innovation for the people’s car in emerging economy.
Technovation vol. 31. Pp. 216-227 Schwab, K., and X. Sala-i-Martin. editor, 2012. The Global Competitiveness Report 2012-
2013. The World Economic Forum
Simamora, N. et.al., 2012. Indikator Iptek Indonesia, 2011. Jakarta: Perpustakaan Nasional
Triyono, B. Dkk., 2011. Laporan Analisis Relevansi Hasil-Hasil Riset Ilmiah LIPI untuk
Relevansi Kebijakan. Pappiptek-LIPI
UNDP, 2011. Sustainability and Equity: A better future for all. United Nations Development Programme
Warner OFM, K.D., 2012. What is frugal innovation? Center for Science, Technology Society, SCU March 25 2011.
Wijayanti, R. Irene, N., 2012. Indikator Iptek: Potret Inovasi sektor Industri Manufaktur. Jakarta: Perpustakaan Nasional
World Economic Forum, 2012. Global Competitiveness Index.
Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 32
KEBIJAKAN DAN
KONDISI MAKRO
Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 33
PROSES PENGEMBANGAN INOVASI FRUGAL DILIHAT DARI PERSPEKTIF EKONOMI INSTITUSIONAL BERPARADIGMA REALISME KRITIS
Dudi Hidayat
Pusat Penelitian Perkembangan Iptek-LIPI Jl. Jend. Gatot Subroto No 10
Telp. 021 5201602 Fax. 021 5201602 E-mail: dudi.hidayatlipi.go.id
ABSTRAK Inovasi frugal yang banyak berkembang di India kini telah mendapatkan perhatian luas baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Ia diyakini dapat menawarkan solusi bagi masalah yang dihadapi oleh masyarakat lapisan bawah berdaya beli rendah di negara-negara berkembang. Inovasi
frugal adalah inovasi proses atau produk yang mampu memberikan solusi masalah dengan harga terjangkau di tengah-tengah keterbatasan sumber daya dan keterbatasan institusional. Ia dapat terjadi
di area irisan antara inovasi teknologi, institusional dan sosial. Makalah ini mengkaji literatur yang telah berkembang saat ini untuk menjawab pertanyaan apa sebetulnya yang dimaksud dengan inovasi
frugal. Dalam konteks apa dan bagaimana ia dapat berkembang? Siapa yang telah banyak mengembangkan inovasi frugal? Persyaratan kemampuan apa yang diperlukan untuk dapat
mengembangkan inovasi frugal? Bagaimana pemerintah dapat mendorong perkembangan inovasi frugal? Kajian terhadap literatur dilakukan dengan menggunakan perspektif Ekonomi Institusional
berparadigma ontologis realisme kritis yang memandang fenomena kemunculan inovasi frugal sebagai sebuah fenomena sosial ekonomi dalam sebuah sistem sosial ekonomi. Sistem sosial
dipandang sebagai sesuatu yang terstruktur dan terstratifikasi di mana fenomena inovasi frugal dilihat sebagai fenomena yang terjadi pada strata empiris teramati dan teralami. Untuk dapat menjelaskan
kemunculan fenomena inovasi frugal, analisis perlu dilakukan untuk memahami struktur dan mekanisme pada strata yang lebih dalam daripada strata empiris. Hasil kajian menyimpulkan bahwa
inovasi frugal adalah inovasi khas yang menuntut ketersediaan aransemen institusional tertentu serta budaya dan lingkungan tertentu. Terdapat tiga pra-kondisi utama: entrepreneur, kemampuan teknologi
dan permintaan efektif dari masyarakat lapis bawah. Pemahaman akan hal ini sangat diperlukan jika negara berkembang seperti Indonesia ingin mengembangkan inovasi frugal.
Kata kunci: Inovasi Frugal, Ekonomi Institusional, Realisme Kritis, Tata Nano
1. PENDAHULUAN