HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Produksi Jagung Manis

170 klobot dan jerami jagung tiap petak sampel ditimbang berat segarnya, dan masing-masing diambil sub sampel dan dianalisis di laboratorium dengan pengeringan oven pada suhu 70 C selama 48 jam hingga berat konstan.untuk mendapatkan kadar bahan kering. Produksi BK jerami dan klobot masing-masing dihitung dari hasil perkalian produksi segar dengan kadar BK. Kualitas jerami dapat diketahui dari kadar protein kasar dan dan serat kasar masing- masing menurut metoda Islam et al. 1992. Semua data hasil pengamatan dianalisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan, kemudian dilanjutkan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan terhadap parameter yang diamati. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Produksi Jagung Manis Produksi jagung manis nyata dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan P 0,05. Tabel 1 menunjukkan data produksi jagung berklobot jagung dengan klobot dan produksi jagung tanpa klobot dengan berbagai perlakuan yang diberikan. Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa pemberian pupuk organomineral dikombinasikan dengan pupuk amonium sulfat T5 menghasilkan produksi jagung dengan klobot maupun produksi jagung tanpa klobot berbeda tidak nyata dibanding T6, T7 dan T8. Namun menghasilkan produksi jagung klobot maupun produksi jagung tanpa klobot cenderung lebih tinggi dibanding T1, T3 dan T4, serta nyata lebih tinggi dibanding T2 produksi jagung berklobot dan T0 Tabel 1. Tabel 1. Produksi Jagung Manis dengan Berbagai Perlakuan Pemupukan Perlakuan Produksi jagung dengan klobot tonha Produksi jagung tanpa klobot tonha T0 kontrol 12.557 c 8.537 c T1 pukan 15.667 bc 10.387 abc T2 SPO 14.200 c 9.887 bc T3 BP+AS 16.813 abc 11.683 abc T4 SP+urea 15.850 bc 10.427 abc T5 Organomineral+AS 19.947 ab 12.297 ab T6Pukan+SP+urea 20.830 a 13.627 a T7 SPO + BP+AS 20.257 ab 13.463 a T8 SPO+SP+urea 19.407 ab 12.220 ab Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata P0,05 Secara umum pemberian pupuk organik pukan, organomineral, SPO dengan berbagai kombinasi perlakuan P SP, BP dan N amonium sulfat, urea, mampu meningkatkan produksi jagung. Menurut Noor 2003, ketersediaan unsur hara P meningkat dengan penambahan bahan organik kedalam tanah dan mampu menghasilkan humus yang berperan dalam menekan jerapan P. Pupuk kandang termasuk pupuk organik yang berperan terutama dalam memperbaiki sifat fisik atau kesuburan fisik tanah, dan bersifat lambat tersedia. Mayadewi 2007 menyatakan bahwa unsur-unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang tersedia sedikit demi sedikit, dan dalam jangka waktu lama. Pengaruh pemberian pupuk kandang umumnya terlihat terutama pada musim tanam kedua. Smithson dan Giller 2002 menyatakan bahwa kombinasi pupuk organik – anorganik diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan di daerah tropis. Kombinasi pemupukan SP+urea tidak berbeda nyata dibanding kombinasi BP+amonium sulfat dalam menghasilkan produksi jagung. Pupuk SP-36 merupakan hasil reaksi antara batuan fosfat dengan asam sulfat sehingga mudah larut dalam air dan cepat tersedia bagi akar tanaman. Sedangkan pupuk BP lebih sesuai untuk tanah masam pH 5,5 Dierolf et 171 al. 2001. Dilain pihak, pupuk amonium sulfat AS bereaksi masam, sehingga dapat meningkatkan kelarutan P dari pupuk BP. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Lukiwati et al. 2001 bahwa kombinasi pemupukan BP+amonium sulfat menghasilkan produksi dan kualitas rumput setaria setara dengan perlakuan kombinasi pemupukan SP+urea. Efektivitas pupuk BP meningkat pada kondisi asam Hasanudin et al., 2007; Bationo Kumar, 2002. Pupuk organik dapat meningkatkan produksi jagung dan jerami apabila dikombinasikan dengan pupuk anorganik Lukiwati et al., 2010. Kombinasi pupuk organik dan anorganik dengan berbagai jenis sumber pupuk menghasilkan produksi jagung cenderung tidak berbeda. Namun, khususnya ‘biaya’ perlakuan T5 lebih murah dibanding kombinasi lainnya karena menggunakan bahan baku lokal dan terjangkau oleh petani.

3.2. Produksi Bahan Kering Jerami dan Klobot Jagung