PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL

Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 56 Permasalahan lain yang dihadapi dalam penguatan SINas adalah kecenderungan industri nasional untuk melakukan inovasi proses dan produk dalam proses produksi dengan mengandalkan lisensi impor sehingga kemampuan litbang industri menjadi kurang berkembang karena ketergantungan yang sangat besar pada pemberi lisensi. Hal ini menyebabkan partisipasi swasta dalam pengembangan, penguasaan, serta pemanfaatan Iptek menjadi relatif kecil, sehingga pembiayaan untuk tujuan tersebut menjadi beban dari dana publik. Pembiayaan yang bersumber dari dana publik untuk mendukung kegiatan pengalihan teknologi technology transfer, adaptasi teknologi technology adaption, integrasi teknologi technology integration, inovasi teknologi technology innovation, perekaan teknologi technology invention maupun penemuan teknologi technology discovery masih menempati porsi yang relatif besar dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk negara-negara tetangga di ASEAN. Untuk meningkatkan kontribusi swasta dalam penguasaan, pengembangan, serta pemanfaatan Iptek maka perlu ditingkatkan kemitraan berbasis sinergi program dengan melakukan penjajaran antara kebutuhan industri dengan kegiatan litbang yang dilakukan oleh lembaga penghasil teknologi. Berbagai permasalahan penguatan SINas, baik yang terkait dengan SDM, jejaring kerja antar pemangku kepentingan SINas, maupun permasalahan yang terjadi karena dinamika perubahan lingkungan internal maupun eksternal SINas, merupakan masukan bagi pengembangan kelembagaan Puspiptek kearah lembaga ISTP. Pengembangan lembaga ini dilakukan dengan melihat posisi kelembagaan terhadap penyelesaian permasalahan penguatan SINas secara komprehensif sehingga positioning dari masing-masing lembaga dapat diidentifikasi dan dipetakan. Pengembangan lembaga ISTP memainkan peran yang strategis untuk mendukung penguatan SINas sehingga mampu memberikan sinergi bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional serta tujuan berbangsa dan bernegara sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi. Berbagai kendala yang dihadapi dalam penguatan SINas perlu dicarikan solusinya dengan implementasi kebijakan yang konsisten dan simultan sehingga pendekatan- pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan kelembagaan iptek dapat mencapai target yang ditetapkan. Berkaitan dengan kendala yang terjadi dalam penguatan SINas, maka pengembangan lembaga ISTP dimaksudkan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk menyelesaikan isu publik yang belum terakomodasi secara optimal oleh berbagai lembaga publik yang telah ada.

2. PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL

Kontribusi pemangku kepentingan dalam mendukung tercapainya tujuan SINas hingga saat ini masih belum optimal karena berbagai kendala yang terjadi. Hal ini merupakan kondisi faktual yang terjadi hingga saat ini, sehingga diperlukan intervensi pemerintah dalam bentuk dukungan kebijakan untuk mendorong penguatan SINas. Kebijakan penguatan SINas merupakan langkah strategis untuk mengakselerasi terwujudnya daya saing industri nasional maupun kemandirian bangsa di berbagai bidang kehidupan. Penguatan SINas difokuskan pada tiga permasalahan mendasar, yakni: 1 pengembangan kelembagaan Iptek; 2 pengembangan sumber daya iptek; serta 3 pembentukan jejaring kerja iptek yang kondusif antar unsur-unsur kelembagaan Iptek. Pengembangan kelembagaan iptek yang terdiri atas unsur perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang dimaksudkan untuk mengatasi kendala yang terkait dengan belum optimalnya pengelolaan dan penyelenggaraan terhadap pembentukan sumber daya manusia, penelitian, pengembangan, perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. Pengembangan kelembagaan iptek diharapkan mampu mewujudkan iklim kondusif pada jejaring kerja antar pemangku kepentingan SINas, baik pemerintah, perguruan tinggi, maupun industri. Sedangkan pengembangan sumber daya Iptek yang terdiri atas keahlian, kepakaran, kompetensi manusia dan pengorganisasiannya, kekayaan intelektual dan informasi, serta sarana dan prasarana iptek perlu dilakukan sebagai faktor krusial untuk mendukung berjalannya proses inovasi dalam SINas. Kunci keberhasilan dalam jejaring kerja yang kondusif adalah terwujudnya sinergi untuk menghasilkan kinerja dan manfaat Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 57 yang lebih besar dari keseluruhan yang dapat dihasilkan oleh masing-masing unsur kelembagaan secara sendiri-sendiri. Pembangunan kemampuan iptek nasional diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dalam penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan iptek yang dibutuhkan bagi peningkatan daya saing industri nasional dan kesejahteraan bangsa. Pengembangan kelembagaan iptek untuk mendukung industrialisasi dalam rangka peningkatan nilai tambah added value dari sumber daya nasional perlu diselaraskan dengan strategi pembangunan pemerintah saat ini, yakni pro growth, pro poor, pro job, dan pro environment, yang telah dicanangkan pencapaiannya dalam 12 fokus pembangunan nasional. Keberhasilan industrialisasi mutlak memerlukan dukungan teknologi terutama berkaitan dengan kegiatan inovasi proses dan inovasi produk yang dilakukan oleh dunia industri nasional. Keberhasilan inovasi proses dan inovasi produk akan secara langsung memicu peningkatan daya saing industri nasional dalam kompetisi global. Keberhasilan produk industri nasional dalam berkompetisi pada pasar global akan memicu pertumbuhan industri lainnya, baik industri pemasok, industri terkait, maupun industri jasa sehingga prospektif sebagai sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Kemampuan produk industri nasional berkompetisi di pasar global secara langsung akan meningkatkan penerimaan devisa dan kesempatan kerja dengan jumlah yang signifikan, sehingga memberikan solusi terhadap salah satu permasalahan nasional, yakni tingginya angka pengangguran yang terjadi. Di samping itu, keberhasilan inovasi produk atau proses dari dunia industri yang menghasilkan barang yang lebih murah dari barang yang ada dan memiliki fitur yang dipandang memadai oleh pengguna golongan bawah, akan memicu tumbuhnya industri penghasil inovasi frugal. Produk inovasi frugal dari industri berbasis teknologi, dicirikan terutama oleh harga konsumsi yang murah dan kualitas produk yang memenuhi atau bahkan melebihi standard minimal tertentu, diproduksi dengan proses yang mengefisienkan penggunaan material dan dana yang seringkali menuntut perubahan model bisnis dan tidak jarang menuntut kemampuan manufakturing yang tinggi. Murahnya produk inovasi frugal mutlak diperlukan di tengah-tengah keterbatasan sumberdaya yang dimiliki masyarakat lapis bawah. Salah satu faktor penentu terwujudnya peningkatan daya saing industri nasional adalah tingkat adopsi teknologi yang tinggi dari dunia industri sebagai pengguna teknologi. Salah satu penentu daya saing produk industri nasional adalah kemampuan teknologi, yang dalam arti luas tidak hanya menyangkut rekayasa teknologi, tetapi juga sistem dan manajemennya. Hal ini dapat dipahami karena teknologi sendiri merupakan kesatuan embodied dengan barang modal capital goods, sistem produksi yang diterapkan dalam proses-proses industri, serta barang jadi consumer goods. Pengembangan kelembagaan iptek yang diselaraskan dengan pengembangan industri nasional merupakan kegiatan yang strategis karena akan mendorong pengembangan industri yang berbasis pada peningkatan kemampuan adopsi teknologi. Kemampuan adopsi teknologi dari dunia industri nasional belum dapat dilakukan secara optimal karena komunikasi antara lembaga penghasil teknologi dengan lembaga pengguna teknologi masih belum kondusif karena berbagai hambatan yang terjadi. Lembaga penghasil teknologi masih terkungkung di dalam entitasnya masing-masing, baik di lingkungan lembaga pemerintah kementerian, lembaga pemerintah non kementerian, perguruan tinggi maupun lembaga intermediasinya, sehingga belum mampu mendorong barang modal yang dihasilkannya dalam peningkatan nilai tambah melalui proses produksi di dunia industri. Pada sisi lain, pelaku industri melakukan inovasi proses dan inovasi produk secara mandiri karena tuntutan pasar yang dinamis dengan siklus hidup produk consumer’s goods yang semakin pendek karena tuntutan perkembangan teknologi informasi yang semakin menguat. Perkembangan teknologi informasi mempunyai kontribusi yang signifikan pada dinamika pasar dengan menipisnya ukuran-ukuran batas negara yang dapat dilihat secara transparan. Pengembangan kelembagaan yang dilakukan pemerintah perlu melihat kedua kutub permasalahan tersebut, sehingga dapat dilakukan sinergi agar memberikan kontribusi yang optimal pada pembangunan ekonomi nasional dan daerah. Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 58 Berangkat dari kondisi kelembagaan Iptek yang telah ada serta permasalahan faktual yang dihadapi dalam mendukung interaksi yang lebih intensif antara lembaga penghasil teknologi dengan lembaga pengguna, maka perlu dikembangkan kebijakan untuk menumbuhkan lembaga yang mampu menjadi katalisator agar sinergi kelembagaan dalam SINas dapat diwujudkan di masa mendatang. Pengembangan kelembagaan Puspiptek kearah ISTP merupakan alternatif solusi untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam mewujudkan sinergi antara lembaga penghasil teknologi dan pengguna teknologi guna mendongkrak peningkatan daya saing produk industri nasional maupun kemandirian bangsa di bidang iptek. Disamping itu, pembentukan lembaga ISTP juga akan memainkan peran strategis bagi terwujudnya pengembangan kebijakan yang mampu mewujudkan iklim kondusif bagi interaksi kelembagaan yang intensif pada jejaring kerja sehingga mampu mendukung tercapainya tujuan SINas yang telah ditetapkan. Terwujudnya iklim kondusif selanjutnya akan memicu terwujudnya komunikasi antar pemangku kepentingan SINas yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan sinergi kelembagaan iptek dalam pelaksanaan penguasaan, pengembangan, serta pemanfaatan Iptek. Sinergi antar kelembagaan iptek ini sangat penting agar penguasaan, pengembangan, serta pemanfaatan iptek tersebut mampu meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa secara berkelanjutan. Namun demikian, sinergi antar kelembagaan iptek tersebut dirasakan belum optimal karena berbagai kendala yang dihadapi oleh masing-masing lembaga, baik lembaga litbang, lembaga penunjang, serta perguruan tinggi yang relasinya dikenal dengan model ‘tripple helix’ dalam SINas. Pengembangan lembaga ISTP dimaksudkan menjadi lembaga intermediasi yang mampu memberikan alternatif solusi terhadap kendala dalam penguatan SINas, terutama menjembatani bridging kebutuhan antara penghasil teknologi dengan pengguna teknologi agar dapat bekerjasama dan bersinergi. Dengan demikian, lembaga penghasil teknologi dapat mendukung dunia industri baik dalam inovasi produk, pengembangan pasar, pengembangan teknologi dan pengembangan SDM. Interaksi antar pemangku kepentingan pada SINas yang belum intensif pada jejaring kerja yang telah terbentuk memerlukan peningkatan peran lembaga intermediasi yang mampu mendorong berjalannya proses inovasi dalam SINas. Peningkatan peran lembaga ISTP sebagai lembaga intermediasi merupakan salah satu strategi untuk mengoptimalkan tata kelola sistem kelembagaan Iptek yang telah terbentuk dalam SINas. Pengembangan jejaring kerja yang kondusif antar pemangku kepentingan SINas perlu dilakukan secara sistematik dan berkelanjutan sehingga interaksinya dalam Sistem Triple Helix ABG pada SINas dapat semakin intensif. Salah satu strategi untuk mewujudkan iklim kondusif dalam jejaring kerja antar pemangku kepentingan tersebut adalah mendukung pengembangan lembaga intermediasi yang difokuskan untuk mendukung utilisasi sumber daya iptek yang telah ada, terutama yang berada di Kawasan Puspiptek Serpong. Lembaga intermediasi iptek menjalankan peran intermediasi yang terkait dengan pelaksanaan proses inovasi pada SINas, terutama untuk mewujudkan interaksi yang intensif dan komunikatif pada jejaring kerja antar pemangku kepentingan.

3. PERAN DAN KONSTELASI LEMBAGA ISTP DALAM PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL