Ternak Sapi Sebagai Tabungan Keluarga Miskin SITT : Sapi dan Tanaman Pangan

252 Tabel 1. Penggunaan Lahan , Populasi Ternak Ekor, Produksi Pangan UtamaKecamatan Kecamatan Sawah Tegalan Hutan Sapi Kado Unggas Padi Jagung Bogorejo 26,28 37,08 24,13 20.026 8.133 189.140 5.845 20.942 Randublatung 16,59 9,59 65,69 20.178 18.784 144.678 17.116 36.951 Japah 20,41 19,11 54,33 20.243 7.424 133.324 17.166 16.740 Sumber : BPS Kab. Blora 2010 kado = kambingdomba Komoditas sapi, unggas, padi dan jagung berpotensi di seluruh kecamatan, beras jagung juga menjadi makanan pokok masyarakat. Tanaman jagung toleran terhadap kekeringan, sesuai dengan kondisi rata-rata hari hujan di Blora atau daerah kajian pada tahun 2001 — 2005, yaitu 64 hari 44 –-74 hari, curah hujan 1.268 mm 809–-1.566 mm, daerah lahan kering. Sebagian besar masyarakat mengandalkan mata pencaharian di sektor pertanian. Mayoritas tamatan SD, dan minoritas pendidikan SMP dan SMA. Namun semangat dan motivasi warga Blora dalam bekerja cukup tinggi bekerja dengan ikhlas dan perwujudan ibadah. Rintangan dan cobaan dalam hidup harus dihadapi dengan pasrah dan nrimo, menjadi satu pemicu masyarakat desa dalam menghadapi berbagai cobaan berat. Mereka menganggap tanah tidak saja bernilai tinggi dari berbagai aspek, juga mempunyai nilai sosial dan ekonomi. Secara sosial, tanah mempunyai makna sebagai tempat tinggal dan tempat berkumpulnya sanak saudara. Hanya sedikit sekali warga menyewa lahan atau melakukan pengolahan lahan dengan sistim bagi hasil; meskipun rata-rata kepemilikan lahan mereka terbatas namun lahan tersebut tetap digarap. Luas penguasaan lahan umumnya mencapai 60 – 65 dengan luasan hanya kurang dari 0,5 haKK.

3.2. Ternak Sapi Sebagai Tabungan Keluarga Miskin

Ternak sapi dan unggas merupakan ternak dominan, sekitar 85 setiap keluarga memiliki sapi, hampir 100 memiliki ayam buras. Ternak sapi sebagai tabungan masa depan untuk hal-hal yang memerlukan biaya besar pada keluarga tidak miskin, dan keluarga miskin. Sedangkan ayam buras sebagai tabungan tidak terduga Wasito, 2010. Angka kemiskinan berdasarkan keluarga miskin penerima bantuan langsung tunai BLT BPS Kab. Blora, 2006 di Kecamatan Bogorejo 38,76, Randublatung 43,24 dan Japah 43,75 tinggi Tabel 5, demikian halnya berdasarkan tingkat kemiskinan keluarga pra sejahtera cukup tinggi 63,02; 62,59; dan 52,85 2003 – 2005.

3.3. SITT : Sapi dan Tanaman Pangan

Usaha ternak sapi di Kabupaten Blora sangat potensial posisi 1, nilai 3 di tingkat mikro, juga usahatani padi, ayam buras, dan kambing. Usaha ternak sapi potensial posisi 2, nilai 2,25 di Randublatung, Japah 2,25, Bogorejo 2,13 di tingkat makro, sedangkan ayam buras dan kambing pada posisi 3 dan 4 di Randublatung dan Japah, serta 2 dan 3 di Bogorejo Wasito, 2010. Hal ini berdasarkan penilaian posisi komoditas potensial di tingkat makro kecamatan dengan indikator: a peluang pasar besarnya peluang komoditi dalam mengembangkan usaha berdasarkan permintaan; b kondisi iklim kondisi tanah cocok, iklim, suhu, kelembaban, dan curah hujan sangat mendukung perkembangan komoditi; c 253 tingkat keuntungan usaha besarnya keuntungan dari usahatani komoditi yang dikelola; d preferensi petani tingkat kesukaan dan budaya petani terhadap komoditi; e arah kebijakan pemerintah kesesuaian komoditas dengan kebijakan untuk pengembangan; f penyerapan tenaga kerja usahatani komoditi dapat menyerap tenaga kerja. SITT telah diadopsi dan memasyarakat di wilayah kajian, walaupun terbatas hanya penggunaan jerami tanpa fermentasi sebagai pakan ternak, atau kotoran ternak tanpa dekomposer sebagai pupuk. Bahan fermentasi dan dekomposer yang tidak mudah memperolehnya, dan sistem manajemen kelompok yang belum optimal, diduga sebagai sebab tidak diadopsinya kedua bahan tersebut. Selain itu, pengetahuan tentang jerami perlu dikembalikan ke lahan sawah sebagai kompos, dengan cara dibenamkan atau diolah menjadi kompos, atau dijadikan pakan ternak melalui proses fermentasi, kotoran ternak yang mengalami proses dekomposer belum menjadi pilihan bertindak masyarakat petani. Inovasi frugal pada SITT ini bekerja pada pemanfaatan limbah pertanian, ternak sehingga bernilai ekonomi kreatif. Pemenuhan kebutuhan limbah pertanian sebagai pakan ternak, dan limbah ternak untuk kesuburan lahan menciptakan budaya kreatif di lingkungan masyarakat petani maupun pengembang dalam menghasilkan sebuah produk kreatif yang mempunyai nilai ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat petani berbagai lapisan di wilayah kajian. Strategi pengembangan SITT yang frugal ini, sebagai inovasi yang murah dan mampu meningkatkan kualitas hidup sebagian besar masyarakat petani, juga yang masih berada pada kelompok sosial ekonomi bawah. Inovasi SITT diyakini dapat menawarkan solusi bagi masalah yang dihadapi oleh masyarakat lapisan bawah sampai atas dengan input produksi pertanian rendah. Artinya inovasi SITT yang frugal merupakan inovasi proses yang mampu memberikan solusi masalah dengan harga terjangkau oleh petani lapisan bawah di tengah- tengah keterbatasan sumberdaya, dan akses terhadap institusional. Inovasi SITT yang diadopsi dan telah terjadi difusi inovasi, baik pada berbagai lapisan masyarakat petani di Kabupaten Blora ini dalam pengembangannya sebagai sebuah fenomena sosial ekonomi dalam sebuah sistem kemasyarakatan.

3.4. Sifat Inovasi SITT