Tahap Ketiga Penjaringan METODE PENELITIAN

109 Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa ada lima tahap yang dilakukan oleh Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang dalam mengimplementasikan program Krenova yaitu, pra pelaksanaan, sosialisasi, penjaringan, pelaksanaan, dan hasil. Untuk tahap kesatu dan kedua dilakukan secara formal, sementara tahap penjaringan atau tahap ketiga dilakukan secara informal. Selanjutnya, tahap keempat dan kelima kembali dilakukan secara formal. Studi ini akan menguraikan kelima tahap tersebut, terutama akan lebih ditekankan pada tahap ketiga yaitu penjaringan masyarakat Krenova melalui pendekatan informal.

5.2.1. Tahap Pertama Pra Pelaksanaan

Para staf Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang melakukan persiapan dokumen seperti menyiapkan poster, leafleat, panduan kegiatan, formulir peserta, dan jadwal pelaksanaan. Selain itu, pembentukan tim panitia sebagai organizing committe dilakukan dengan melibatkan beberapa staf di kantor ini dan juga staf di dinasinstansi lain di lingkungan Kota Magelang. Sedangkan tim penilai diambil dari akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Kota Magelang, serta praktisikonsultan yang ahli di bidangnya. Pembebanan biaya penyusunan program dan pembentukan tim tersebut dianggarkan melalui Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah APBD Kota Magelang. Menurut konsep Triple Helix, hal ini sudah menandakan bahwa Kota Magelang sudah memenuhi elemen kerjasama di ketiga sektor, yaitu government, private sectorindustry, and academician. Triple Helix adalah konsep sinergi antara aktor-aktor yang mempengaruhi keberhasilan inovasi iptek, yaitu dari kalangan Academicians-Business-Governments ABG. Untuk implementasi di Indonesia, diharapkan Society – masyarakat dapat turut dilibatkan dalam proses harmonisasi ABG-S untuk menghasilkan inovasi Kemenristek, 2012.

5.2.2. Tahap Kedua Sosialisasi

Para staf Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang melakukan pengiriman informasi Krenova berupa brosur, leaflet, dan poster ke tempat-tempat umum atau kepada masyarakat secara langsung dan tidak langsung, serta menyiarkan iklan di radio dan surat kabar. Selain beberapa pengumuman Krenova yang dipampang di tempatpapan pengumuman publik, informasi dikirim ke satuan kerja perangkat daerah SKPD lain di lingkungan Pemkot Magelang dan beberapa pelaku usaha yang memiliki probabilita besar keterlibatannya dalam program Krenova ini, baik sebagai peserta maupun penyandang danafasilitas. Hingga saat ini, Pemkot Magelang selalu menampilkan pengumuman program Krenova terbaru yang lengkap beserta panduan program dan jadwalnya melalui website www.magelangkota.go.id atau www.litbang.magelangkota.go.id yang dapat diakses langsung oleh masyarakat umum secara gratis. Rose 2004 menguatkan bahwa informasi merupakan unsur penting untuk membangun komunikasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat, terlebih lagi jika masyarakat dapat mengakses informasi dari pemerintah yang didapat dari berbagai media seperti media massa atau media elektronik.

5.2.3. Tahap Ketiga Penjaringan

Tahap ini dibagi menjadi lima bagian, yaitu penerimaan pendaftaran peserta Krenova melalui surat, email, dan SMS; penyempurnaan proposal melalui pendekatan informal; penyesuaian tim penilai terhadap materi peserta yang mendaftar; pengumpulan proposal peserta untuk persiapan penilaian; dan penentuan aturan penilaian peserta melalui pembahasan dengan penilai secara informal. Semua kegiatan di tahap ketiga ini dilakukan secara informal oleh tim panitia Krenova, khususnya organizing committee dari Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang. Beberapa aktor di dalam organisasi dalam berkomunikasiberhubungan dengan pelanggan guna mencapai tujuan organisasi, umumnya membangun dan mempertahankan ikatan informal mereka di samping juga struktur formal tidak mengganti struktur formal dengan ikatan informal. Hal ini seharusnya memberikan hasil kerjasama lebih besar daripada struktur formal bagi tiap aktor. Dengan kata lain, menumbuhkan dan mempertahankan hubungan langsung dari tiap aktor dapat menempuh cara lebih 110 pendeksingkat yang pada akhirnya dapat meminimalisir jarak antar aktor Brass dalam Rank, 2008. Sebagaimana studi Brass tersebut, penjaringan masyarakat Krenova Kota Magelang juga didominasi oleh ikatan informal antara staf litbang dan statistik, akademisi dari Universitas Muhammadiyah Magelang, serta pelaku inovasi. Proses penjaringan masyarakat inovator oleh para staf litbang bukanlah hal mudah. Studi menemukan bahwa beberapa kendala yang dihadapi antara lain jumlah dan jarak masyarakat inovator yang sporadis, masyarakat inovator masih tertutup tidak mau membuka diri dengan pemerintah lokal, serta minat masyarakat Kota Magelang masih rendah terhadap produk buatan lokal. Beberapa pendekatan informal penjaringan masyarakat Krenova dilakukan dengan memanfaatkan nilai-nilai lokal masyarakat Kota Magelang. Hal ini menguatkan studi Wilbur and Ing 1996 bahwa kelompok-kelompok kecil justru sering menggunakan komunikasi informal untuk meningkatkan kinerja kelompoknya. Beberapa komunikasi informal yang dilakukan oleh para staf litbang dan statistik Kota Magelang antara lain: 1. Kunjungan langsung staf kantor litbang ke rumah warga penemu face to face di luar jam kantor. Cara ini ditempuh agar warga penemu tersebut lebih dapat berkomunikasi tanpa dibebani rasa segan untuk mengungkapkan secara terbuka hasil temuan produk inovatifnya kepada salah satu staf Pemkot Magelang. Hal ini merupakan nilai-nilai Jawa yang mana jika seseorang menemui orang lain secara langsung di rumahnya merupakan suatu kehormatanpenghargaan tersendiri. 2. Ajakan untuk makan sambil berdiskusi bersama tentang industri kecil menengah IKM serta kontribusi apa yang bisa diberikan untuk pengembangan IKM di Kota Magelang melalui produk-produk inovatif yang dihasilkan. Karena budaya masyarakat di sana melalui “makan bersama” akan menjadikan hubungan antar pihak akan mencair, sehingga beberapa permasalahan dapat didiskusikan dan dicari jalan keluarnya. 3. Mengajak masyarakat innovator ke acara-acara seminar IKM, iptek, dan sebagainya dengan pembiayaan ditanggung oleh Pemerintah Kota Magelang atau dengan pembiayaan yang ditanggung bersama. Upaya pelibatan ini dilakukan agar masyarakat innovator merasa dirinya juga ikut dilibatkan dan bertanggungjawab terhadap produk- produk inovatif mereka. Sistem pembiayaan seperti ini di masyarakat Jawa akan menumbuhkan rasa kepercayaan kepada pemerintah, meminimalisir kerugian bagi masyarakat sendiri, dan menguatkan arti bahwa tanggung jawab pengembangan produk inovatif mereka akan dipikul bersama yaitu oleh Pemerintah Kota Magelang dan oleh masyarakat sebagai penemu. Meminjam konsep Eisenberg et al 2010, fase momen ke momen untuk bekerja di luar tekanan merujuk secara spesifik pada keseimbangan kreativitas berpikir secara inovatif, memiliki kemauan untuk menguji kembali kegiatan dan rutinitas yang dianggap taken for granted, mendorong ide-ide baru dan lainnya dan berbagai hambatan pembentukan realitas yang menghambat pilihan respon strategis individu, seperti deadline, batas finansial, aturan organisasi dan lainnya. Upaya yang dilakukan oleh para staf litbang Kota Magelang melalui pendekatan informal dalam penjaringan masyarakat Krenova memang berbeda dari tatanan sistem formal pemerintah, namun tidak sepenuhnya mengabaikan tatanan formal tersebut. Menguatkan hal ini, Janowicz and Noordehaven 2008 mengemukakan bahwa perilaku di dalam suatu organisasi tidak sepenuhnya dilakukan secara terprogramformal, tetapi juga secara informal untuk mencapai suatu tujuan. Berbagai upaya penjaringan yang dilakukan secara informal tersebut didukung oleh beberapa potensi yang ada dan telah berkembang di Kota Magelang antara lain : 1. Sumber daya manusia kreatif di Kota Magelang yang telah menemukan berbagai produk inovatif yang telah memberikan nilai tambah ekonomi di Kota Magelang dan sekitarnya. 2. Beberapa fasilitas pendidikan tinggi di Kota Magelang seperti Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Tidar, Akademi Teknik Tirta Wiyata, dan lainnya merupakan institusi pendukung munculnya ide-ide kreatif-inovatif yang dapat membantu 111 masyarakat inovator mengembangkan produk mereka, bahkan memunculkan inovator baru. 3. Kesempatan dan dukungan dari Pemerintah Kota Magelang berbentuk fasilitas tempat, bantuan dana untuk pengembangan produk inovatif. Dukungan fasilitas misalnya diberikan dalam bentuk penyediaan tempat Sosialisasi Sentra Magelang Hak Kekayaan Intelektual dan Seminar Nasional HAKI yang bekerjasama dengan Kemenristek serta Universitas Muhammadiyah Magelang. 4. Dukungan dana berupa bantuan modal pengembangan sebesar Rp 15.000.000 kepada masyarakat paling inovatif dalam program Krenova Kota Magelang. Akses informasi yang terbuka luas telah diberikan oleh Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang dan dapat diakses oleh masyarakat umum baik secara online, melalui media massa, radio, pengumuman, maupun datang langsung ke kantor litbang. Dalam perspektif hubungan nasional-daerah, koherensi kebijakan inovasi dalam penguatan SIN Sistem Inovasi Nasional di Indonesia perlu dibangun melalui kerangka kebijakan inovasi innovation policy framework yang sejalan, dengan sasaran dan milestones terukur serta komitmen sumberdaya yang memadai baik pada tataran pembangunan nasional maupun daerah sebagai platform bersama Taufik, 2012. Aplikasi konsep ini, sebagaimana dukungan penuh dari Walikota Magelang terhadap produk-produk kreatif-inovatif di Kota Magelang, terus ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan salah satu misi Walikota Magelang yaitu memperkuat dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian kerakyatan dengan mengoptimalkan potensi daerah yang didukung oleh kemandirian masyarakat Bappeda Kota Malang, 2012. Meskipun demikian, Pemkot Magelang yang diwakili oleh Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang memberi kebebasan kepada masyarakat inovator terhadap produk-produknya untuk disosialisasikan, didesiminasikan, dan diaplikasikan di mana saja yang mereka mau. Hal ini agar produk-produk tersebut dapat berkembang lebih maju tidak hanya di wilayah Kota Magelang dan sekitarnya, akan tetapi juga di wilayah Indonesia bahkan lintas negara.

5.2.4. Tahap Keempat Pelaksanaan