KESIMPULAN Sistem Rantai Pasok

131 memberikan hasil yang sama-sama bagus untuk pengembangan kentang secara in vitro, meskipun masih perlu ketrampilan agar lebih luwes dalam penggunaannya. Sumber: Dokumentasi pribadi 2012 Gambar 3. Petani yang Dilatih Khusus di Laboratorium Kultur Jaringan

4. KESIMPULAN

1. Dosis irradiasi 25 Gy, dapat menumbuhkan kalus paling cepat yaitu 7 hari setelah tanam hst dengan persentase kalus hidup paling tinggi yaitu 100 . 2. Konsentrasi asam fusarat 30 ppm untuk uji ketahanan terhadap layu fusarium menghasilkan eksplan hidup paling banyak yang ditandai dengan kalus tetap berwarna hijau. 3. Pertumbuhan plan let kentang tahan terhadap layu fusarium sangat bagus pada media MS+2 ppm NAA + 0,3 ppm Kinetin 4. Enkas merupakan produk inovasi alat penaburan eksplan yang dapat digunakan untuk pengembangan kentang tahan terhadap layu fusarium. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ditlitabmas Ditjen Dikti yang telah memberikan dana penelitian melalui skim Strategis Nasional dengan surat perjanjian pelaksanaan penelitian nomor : 0318E5.2PL2012 tanggal 23 Februari 2012. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Ibu Prof. Nurpilihan dari Universitas Padjadjaran yang telah memberikan masukan pada makalah ini saat monev. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Ibu Dr. Sri Wuryani, M.Agr. dari UPN “Veteran” Yogyakarta yang telah merevisi makalah ini. PUSTAKA Agrios, G.N., 1996. Plant Pathology Ilmu Penyakit Tumbuhan, alih bahasa: M. Busnia Edisi ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Fahmi, N. T. Wardiati dan S. Lamadji., 2000. Variasi somaklonal Kentang Hasil Induksi Sinar Gamma. Agrivet 4. 1: 1-14 Gunawan,L.W., 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. IPB. Bogor. Hoesen, D.S.H., 1998. Kultur Jaringan Kunir Putih. Berita Biologi 44: 175-181 Lestari, E.G., R. Purnamaningsih, I. Mariska, S. Hutami, M. Kosmiatin dan I. Roostika, 2008. Mutasi Induksi dan seleksi in vitro pisang raja bulu untuk ketahanan terhadap penyakit layu. Prosiding Simposium Teknologi Aplikasi Teknologi isotop dan Radiasi di BATAN. 132 Lestari, E.G., Mariska, I., Roostika dan Kosmiatin, M., 2006. Induksi Mutasi dan seleksi in vitro menggunakan asam fusarat untuk ketahanan penyakit layu pisang ambon hijau. Berita Biologi 81 : 27-35. Molla, M.M.H., M.D.Khanam, M.M. Khatun, M. Al-Amin and M.A. Malek, 2004. In vitro Rooting and Ex vitro Planlet Establishment of BARI Banana 1 Musa sp. as Influenced by Defferent Concentration of IBA. Asian Journal of Plant Sciences 3 2: 196-199. Nagata, Tosshifumi, Setsuko Todoriki and Shoshi Kikuchi. 2004. Radial Expansion of root cells and elongation of root hairs of Arabidopsis thaliana Induced by Massive Doses of Gamma Irradiation. Plant Cell Physiology 45 11: 1557-1565. Purwati, D.U. Setyobudi dan Sudarsono, 2007. Penggunaan asam fusarat dalam seleksi in vitro untuk resistensi abaka terhadap Fusarium oxysporum f. Sp. Cubense. Jurnal Litri 13 2: 64-72 Santosa, DDS dan Human, S., 2007. Pengaruh kondisi persiapan analisa karakteristik pati hidroksipropilasi galur mutan sorghum ZH-30. Risalah seminar ilmiah Aplikasi Isotop dan radiasi. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta. Sisworo, E.L., K. Idris, A., Citraresmi dan Sugoro, I., 2006. Teknik Nuklir untuk Penelitian Hubungan Tanah-tanaman: Perhitungan dan Interpretasi Data. Badan Tenaga Nuklir Nasional. P.130. Simon P.G., Sisworo, E.L. dan Rasjid, 2005. Use of a Netron Probe to Determine Water Characteristics on Sandy Soil in The South Coastal Areas of Special Provience Yogyakarta. Jurnal stigma XIII 3: 177-183. Srilestari, R., 2003. Pengaruh konsentrasi BAP dan NAA terhadap induksi kalus pepaya. Agrivet Vol 22: 123-126. Sulistyaningsih, R., 1999. Penyaringan in vitro kalus padi terhadap layu fusarium dengan PEG 6000. Agrosains 123 Widiastoety, D., 2000. Pengaruh Naungan Terhadap Produksi Tiga Kultivar Bunga Anggrek Dendrobium. Dalam: Jurnal Hortikultura 9.4: 302-306 Wirawati, T., 2007. Usaha Peningkatan Daun Iles-iles sebagai Bahan Stek Tanaman Melalui Pemacu ZPT. Jurnal Agronomi PGRI 11: 12-17 133 APPLICATION OF PULP MODIFICATION FOR AUTOMOTIVE BRAKE LINING Wawan Kartiwa Haroen 1 , Posma Reginald Panggabean 2 1,2, Center for Pulp and Paper, Ministry of Industry Jl. Raya Dayeuhkolot 132, Bandung, INDONESIA Email: 1 wawankhyahoo.com ABSTRACT Mechanical and or chemical pulp fiber is usually used for papermaking and other kind of paper products. In fact, physical properties of chemical and or mechanical pulp showed that it can be utilized as filler of automotive brake lining. Pulp fiber is non-asbestos cellulosic fiber with high heat absorption rate which can fit into criterion of good quality brake lining. Mixture of pulp fiber with some other composites materials can create high fiber bonding with some hardness, friction materials, clutching, heat and dust retainer fiber which is free of asbestos fiber. Current automotive brake lining uses asbestos fiber as main filler, which is in fact known as cancer triggers. A series of study and assessment in using of pulp fiber in a specified composition as brake lining filler have been carried out. The research and field experiment revealed that a mixture of pulp fiber can be further examined and feasible for brake lining proto type filler application which is ready for automotive vehicles operation. The development and application of fiber pulp as brake lining filler has been tested on two wheeled vehicles with considerable result. Keywords: chemical and mechanical pulp, automotive brake lining, non-asbestos cellulosic fiber, brake lining filler

1. INTRODUCTION