Beban Pencemar dan Kapasitas Asimilasi Perairan

merencanakan berbagai aktivitas ekonomi yang terjadi di wilayah pesisir, mengatur perilaku behavior manusia, manajemen intervensi dan koordinasi kebijakan, dan mengintegrasikan pemanfaatan perairan pesisir dalam perencanaan penggunaan lahan land-use. Tujuan akhir ICM adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi tatakelola pesisir terkait dalam kemampuannya untuk mencapai pemanfaatan yang berkelanjutan sumberdaya pesisir dan jasa ekosistem Ecosystems services di wilayah pesisir Chua 2006. Dalam mewujudkan pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan sustainable, maka diperlukan keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan pesisir dan laut yang mencakup tiga dimensi ; dimensi sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis Dahuri, et.al. 2004. Keterpaduan sektor diartikan sebagai perlunya koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antara sektor atau instansi pemerintah pada tingkat pemerintah tertentu horizontal integration; dan antara tingkat pemerintah mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan propinsi sampai tingkat pusat vertical integration. Prinsip keterpaduan sangat penting dalam konteks pengelolaan pesisir karena wilayah pesisir memiliki fungsi yang dinamik. Cincin-Sain and Knecht 1998 dalam Adrianto 2005 memberikan acuan bahwa elemen keterpaduan dalam pengelolaan pesisir adalah 1 keterpaduan sektoral, 2 keterpaduan pemerintahan, 3 keterpaduan spasial, 4 keterpaduan ilmu dan manjemen, dan 5 keterpaduan internasional. Didasari kenyataan bahwa wilayah pesisir terdiri dari sistem sosial dan alam yang terjalin secara kompleks dan dinamis, maka keterpaduan bidang ilmu mensyaratkan di dalam pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilaksanakan dengan pendekatan interdisiplin ilmu, yang melibatkan bidang ilmu; ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum, dan lainnya yang terkait. Hal ini disebabkan karena wilayah pesisir terdiri dari berbagai ekosiostem mangrove, terumbu karang, lamun, estuaria dan lain-lain yang saling terkait satu sama lain, disamping itu wilayah ini juga dipengaruhi oleh berbagai kegiatan manusia, proses-proses alamiah yang terdapat di lahan atas upland areas maupun laut lepas, kondisi ini mensyaratkan bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu PWPT harus memperhatikan keterkaitan ekologis tersebut Dahuri et.al. 2004. Konsep batasan ekologis dalam pengelolaan wilayah pesisir harus berisikan upaya mengintegrasikan empat komponen penting yang merupakan satu kesatuan meliputi; a Batasan wilayah perencanaan: natiral domain bukan batasan administratif, b Kawasan pesisir sebagai dasar pengelolaan kawasan di hulunya, c Pendekatan keterpaduan meliputi integrasi ekosistem darat-maritim, integrasi perencanaan sectoral horizontal, integrasi perencanaan vertikal dan integrasi sains dengan manjemen, dan d Alokasi ruang proporsional, dimana 30 dari wilayah perencanaan merupakan lahan alami. Pada dasarnya PWPT atau ICZM adalah sistem pengelolaan sumberdaya yang dilakukan oleh pemerintah pada level lokalregional dengan bantuan pemerintah pusat. ICZM berfokus pada pemanfaatan sumberdaya pesisir berkelanjutan, konservasi biodiversitas, perlindungan lingkungan pantai, dan penanggulangan bencana alam di wilayah pantai. Dijelaskan juga bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu pada prinsipnya merupakan suatu proses yang bersifat siklikal, sehingga diharapkan dapat terwujud one plan dan one management serta tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Konsep Integrateg Coastel Zone Manegement ICZM menurut Clark 1998 diarahkan untuk mewarnai pembangunan wilayah pantai melalui pendidikan, pengaturan pengelolaan sumberdaya, dan penilaian lingkungan. Beberapa instrumen utama ICZM adalah: a Peraturan pemerintah tentang perlindungan biodiversitas dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya pesisir; dan b Penilaian lingkungan yang dapat memprediksi dampak dari berbagai kegiatan pembangunan. Cicin-Sain Knecht 1998 menjelaskan Integrated Coastal Management ICM merupakan proses pengambilan keputusan secara kontinyu bertujuan memelihara, memperbaiki ataumeningkatkan kualitas spesifik dari ekosistem pesisir. Semua inisiasi ICM harus dirancang untuk memenuhi pesyaratan keberlanjutan kegiatan dalam periode waktu yang lama. Menurut Chua 2006 ancaman terbesar terhadap ekosistem pesisir berasal dari aktivitas perkembangan populasi yag didorong oleh peningkatan migrasi sepanjang wilayah pesisir. Ancaman tersebut termasuk pencemaran dan sedimentasi, overfishing dan pengrusakan perikanan, kehilangan habitat, over- eksploitasi dan pengembangan industri. Dikatakan bahwa Pencemaran laut adalah ancaman yang sering menimbulkan dampak malapetaka. Secara umum, pencemaran di Asia Timur sebagian besar berasal dari sumber lahan darat land- based dari limbah cair domestik sewage, air larian run-off aquaculture dan agriculture , limbah industri dan modifikasi habitat Chua 2006. Berbagai dampak lingkungan yang terjadi pada kawasan pesisir merupakan akibat dari dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan atas, seperti pertanian, industri, pemukiman dan sebagainya. Demikian pula kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti kegiatan pengeboran minyak lepas pantai dan pertambangan laut. Penanggulangan pencemaran pesisir yang diakibatkan oleh limbah tidak dapat dilakukan hanya di kawasan pesisir saja, tetapi harus dilakukan mulai dari sumber dampaknya. Oleh karena itu, pengelolaan wilayah pesisir harus diintegrasikan dengan wilayah daratan dan laut serta Daerah Aliran Sungai DAS menjadi satu kesatuan dan keterpaduan pengelolaan Dahuri et al. 2004. Tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan lautan Indonesia pada saat ini telah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan Daruri et al. 2004. Sumber utama pencemaran pesisir dan lautan terdiri dari tiga jenis kegiatan di darat Land-based pollutin sources, yaitu kegiatan industri, kegiatan rumah tangga dan kegiatan pertanian. Sementara bahan utama yang terkandung dalam buangan limbah dari ketiga sumber tersebut berupa sedimen, unsur hara, pestisida, organisme patogen, dan sampah. Jika dianalisis secara mendalam, dapat disimpulkan bahwa kawasan-kawasan yang masuk dalam kategori dengan tingkat pencemaran yang tinggi merupakan kawasan-kawasan pesisir yang padat penduduk, kawasan industri, dan juga pertanian. ICZM dipandang efektif untuk memecahkan berbagai permasalahan lingkungan yang melibatkan interaksi daratan-lautan termasuk persoalan konflik pemanfaatan sumberdaya melalui tahapan-tahapan proses penilaian lingkungan. Clark 1996 dan Kay 2005 menyatakan bahwa beberapa persoalan penting yang dihadapi ICZM adalah sebagai berikut: a. Deplesi sumberdaya; demand terhadap sumberdaya pesisir sampai saat ini dinilai telah melampaui supplay yang tersedia. ICZM menawarkan konsep sustainable use management untuk menjamin ketersediaan sumberdaya terbarui renewable untuk saat ini dan masa yang akan datang. b. Polusi atau pencemaran; polusi atau pencemaran menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung biologis dan kualitas area wisata. c. Biodiversitas; konsekuensi dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi adalah tekanan terhadap species yang memiliki nilai etik dan ekonomi tinggi. Pengaturan melalui kebijakan pemerintah diperlukan untuk melindungi species yang terancam punah. d. Bencana alam; ICZM mengintegrasikan perlindungan kehidupan dan sumberdaya pantai dari bencana alam seperti; banjir, siklon dan amblesan tanah kedalam perencanaan pembangunan. e. Kenaikan permukaan air laut; kenaikan permukaan air laut lebih dari 1 kaki 30 cm dalam kurun waktu 100 tahun terakhir yang di sebabkan oleh tingginya konsentrasi gas rumah kaca GRK di Atmosfer berpotensi menimbulkan banjir yang mengancam kehidupan masyarakat. f. Abrasi pantai; abrasi pantai adalah masalah yang mengancam masyarakat yang tinggal didekat bibir pantai. ICZM merekomendasikan pendekatan nonsturuktural seperti penataan kembali garis pantai dan memberikan jarak aman dari garis pantai untuk semua kegiatan pembangunan. g. Pemanfaatan lahan; pemanfaatan lahan misalnya: untuk industri dan permukiman menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistim pesisir misalnya: penurunan bidiversitas karena polusi. ICZM mengantisipasi hal itu dan merekomendasikan solusinya. h. Hinterlands; ICZM berperan dalam menyusun strategi untuk mengurangi dampak negatif pemanfaatan lahan hinterlands terhadap sumberdaya pesisir. i. Landscape ; landscape wilayah pesisir bersifat unik sehingga memerlukan perhatian khusus untuk melindungi dan untuk menjamin akses masyarakat ke wilayah tersebut. Salah satu program ICZM adalah melakukan preservasi keindahan landscape pesisir. j. Konflik pemanfaatan sumberdaya; wilayah pesisir adalah tempat terjadinya konflik di antara para pengguna sumberdaya. ICZM menyediakan platform metodologi resolusi konflik secara internal.

2.7 Konsep Dasar dan Pendekatan Sistem Dinamik

Sistem dinamik telah dikenal sebagai metode yang tepat untuk mengilustrasikan dinamika yang kompleks dan menganalisis implikasi-implikasi kreatif dari suatu kebijakan. Sistem dinamik mengkaji sistem atau proses sebagai suatu kesatuan yang terdiri atas elemen-elemen yang saling berinteraksi dan menetukan kinerja sistem secara keseluruhan. Menurut Zhang et al. 2009 metode sistem dinamik terdiri atas model simulasi dinamik mencakup informasi umpan balik feedback yang membangun interaksi dalam sistem yang ditargetkan. Melalui simulasi kecendrungan sistem dan identifikasi interelasi dan informasi dengan umpan balik antar faktor sistem, model sistem dinamik dapat memberikan informasi lebih mendetail yang berguna untuk mengungkap mekanisme yang tersembunyi dan memperbaiki kinerja sistem secara keseluruhan. Model sistem dinamik terkait dengan tahapan-tahapan tertentu sebagai fungsi tertentu dalam proses simulasi. Pada tiap tahap, variabel-variabel sistem menunjukkan keadaan sistem yang diperbaharui untuk merepresentasikan konsekuensi hasil dari tahap simulasi sebelumnya. Kondisinilai awal initial dibutuhkan untuk tahap pertama. Dalam sistem dinamik dikenal variabel level, variabel rate, dan variabel auxiliary Muhammadi 2001. Gambar 3 merupakan contoh gambaran umum diagram alir model dinamik. Gambar 3. Contoh bentuk umum diagram alir model sistem dinamik Level merupakan hasil akumulasi dari aliran-aliran dalam diagram alir dan menyatan kondisi sistem setiap saat. Persamaan model untuk aliran level adalah: ? Auxiliary Rate_masuk Constant_1 ? ? ? ? ? Level_1 Rate_keluar Constant_2 Init LEV = kondisi awal Flow LEV = -dtRK+dtRM Dengan : LEV = Level unit RM = rate laju masukan RK = rate laju keluaran dt = interval waktu simulasi satuan waktu Init = initial, nilai awal Flow = aliran untuk variabel level Rate merupakan suatu aliran yang menyebabkan bertambah atau berkurangnya suatu level. Rate terdiri dari dua jenis, yaitu rate masuk dan rate keluar. Rate masuk akan menambah akumulasi di dalam suatu level dan dilambangkan dengan katub yang dihubungkan dengan katub yyang dihubungkan dengan panah yang menunjuk pada sink. Simbol awan menunjukkan source dan sink suatu material yang mengalir ke dalam atau ke luar level. Aliran informasi dalam powersim dilambangkan dengan tanda panah yang tegas. Aliran ini merupakan penghubung antar sejumlah variabel di dalam suatu sistem. Jika suatu informasi ke luar dari level, aliran tersebut tidak akan mengarungi akumulasi yang terdapat di dalam level. Variabel auxiliary adalah suatu penambahan informasi yang dibutuhkan dalam merumuskan persamaan atau variabel rate. Dengan kata lain variabel auxiliary adalah suatu variabelyang membantu untuk memformulasikan variabel rate . Variabel auxiliary digambarkan dengan suatu lingkaran penuh. Simbol belah ketupat dalam powersim menggambarkan konstanta, yaitu suatu besaran yang nilainya tetap selama proses simulasi. Pendekatan sistem system approach diartikan sebagai suatu metode penyelesaian masalah yang dimulai secara tentatif dengan mendefinisikan atau merumuskan tujuan dan hasilnya merupakan suatu sistem operasi yang secara efektif dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan kompleks. Dalam pendekatan sistem, selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh. Menurut Eriyatno 2003 pada pendekatan sistem umumnya mengunakan dua hal, yaitu: 1 mencari semua faktor yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan 2 dibuat suatu model kuantatif untuk membantu membuat keputusan secara rasional. Tiga pola dasar yang menjadi pegangan dalam penyelesaian permasalahan dengan pendekatan sistem, yaitu: 1 goal oriented atau sibernetik, artinya dalam penyelesaian permasalahan berorientasi pada tujuan. Tujuan ini diperoleh melalui need analysis analisis kebutuhan, 2 holistik yaitu cara pandang yang utuh terhadap totalitas sistem, atau menyelesaikan permasalahan secara utuh, menyeluruh dan terpadu, dan 3 efektif, artinya lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan, bukan sekedar pendalaman teoritis. Dengan demikian, berbagai metodologi dikembangkan sebagai karakter dalam pendekatan sistem sehingga beragam metode yang ada diberbagai disiplin ilmu lainnya dapat digunaakan sebagai alat bantu oleh ahli sistem. Menurut Manetsch dan Park 1977 suatu pendekatan sistem akan dapat berjalan dengan baik jika terpenuhi kondisi-kondisi berikut: 1 tujuan sistem didefinisikan dengan baik dan dapat dikenali jika tidak dapat dikuantifikasikan, 2 prosedur pembuatan keputusan dalam sistem riil adalah tersentralisasi atau cukup jelas batasannya, dan 3 dalam perencanaan jangka panjang memungkinkan untuk dilakukan. Sedangkan Menurut Ford 1999 mendefinisikan sistem sebagai suatu kombinasi dari dua atau lebih elemen yang saling terkait dan memiliki ketergantungan antar komponen. Selanjutnya Eriyatno 2003 menyatakan bahwa untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dengan pendekatan sistem melalui beberapa tahapan, yaitu: 1 analisis kebutuhan, bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari semua pelaku dalam sistem, 2 formulasi permasalahan, yang merupakan kombinasi dari semua permasalahan yang ada dalam sistem, 3 identifikasi sistem, bertujuan untuk menentukan variabel-variabel sistem dalam rangka, 4 pemodelan abstrak, pada tahap ini mencakup suatu proses interaktif antara analisis sistem dengan pembuat keputusan, yang menggunakan model untuk mengeksplorasi dampak dari berbagai alternatif dan variabel keputusan terhadap berbagai kriteria sistem, 5 implementasi, tujuan utamanya adalah untuk memberikan wujud fisik dari sistem yang diinginkan, dan 6 operasi, pada tahap ini akan dilakukan validasi sistem. Pada tahap ini terjadi modifikasi-modifikasi tambahan karena cepatny berfungsi. Menurut Pramud tahapan kerja yang sistema evaluasi, seperti disajikan pa Gambar 4. Tahapan kerja Analisis sistem merupa 1 mengidentifikasi unsur memahami proses-proses kemungkinan-kemungkinan perubahan dalam sistem. De suatu metode pendekatan m Pramudya 1989 analisis si dengan menggunakan azas- dan model yang digunaka perubahan-perubahan strukt dan taktik. Winardi 1989 men dan akan bersifat goal se tnya perubahan lingkungan dimana sistem mudya 1989 pendekatan sistem dilakuka matis yang dimulai dari analisis kebutuhan hingga n pada Gambar 4. rja dalam pendekatan sistem dinamik Pramudy erupakan kajian mengenai struktur sistem yang nsur-unsur penyusunan sistem atau sub-si s yang terjadi dalam sistem, dan 3 me nan keluaran sistem yang terjadi sebagai akib Dengan demikian analisis sistem dapat diartika n masalah dalam pengelolaan sistem tersebut sistem merupakan studi mengenai sistem atau or -azas metode ilmiah, sehingga dapat dibentuk nakan sebagai dasar pengelolaan untuk me uktur dan metode serta menentukan kebijakan, enyatakan bahwa sistem harus dipandang seca seeking mengejar sasaran, sehingga terjadi em tersebut kukan dengan hingga tahap udya 1989 ng bertujuan sistem, 2 memprediksi kibat adanya tikan sebagai but. Menurut au organisasi ntuk konsepsi mengadakan kan, strategi cara holistik rjadi sebuah keseimbangan untuk mencapai tujuan. Suatu sistem mempunyai input yang akan berproses untuk menghasilkan output. Pada suatu sistem terdapat umpan balik yang berfungsi sebagai pengatur komponen sistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem yang lebih besar dapat terdiri dari beberapa sub-sistem yang akan membentuk suatu hirarki. Menurut Djojomartono 2000 Perubahan pada suatu komponen dari suatu sistem akan mempengaruhi komponen lain dan biasanya akan menghasilkan umpan balik pada periode yang sama atau pada periode berikutnya. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Sistem dinamis merupakan sistem yang memiliki variabel yang dapat yang dapat berubah sepanjang waktu sebagai akibat dari perubahan input dan interaksi antar elemen- lemen sistem. Dengan demikian nilai output sangat tergantung pada nilai sebelumnya dari variabel input.

2.8 Model dan Pemodelan Sistem

Model didefinisikan sebagai suatu abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual Eriyatno 2003. Menurut Muhammadi et al. 2001 model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Ford 1999 mendefinisikan model sebagai suatu substitusi dari sistem nyata, sedangkan menurut Grant et al. 1997 model adalah suatu abstraksi atau representasi dari suatu realitas atau sistem nyata. Sistem nyata adalah sistem yang sedang berlangsung dalam kehidupan atau sistem yang dijadikan titik perhatian dan dipermasalahkan. Modeldapat dikatakan lengkap jika dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang dikaji. Menurut Hartisari 2007 model merupakan penyederhanaan sistem. Model disusun dan digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hampir tidak mungkin untuk bekerja dalam keadaan sebenarnya. Selain itu model merupakan representasi yang ideal bagi suatu sistem untuk menjelaskan perilaku sistem. Pemodelan atau modelling diartikan sebagai suatu gugus pembuatan model Eriyatno 2003. Defenisi modelling menurut Pramudya 1989 adalah suatu abstraksi dari keadaan sesungguhnya atau merupakan pernyataan sistem nyata untuk memudahkan pengkajian suatu sistem. Dalam pelaksanaan pendekatan sistem, pengembangan model merupakan hal yang sangat penting yang akan menentukan keberhasilan dalam mempelajari sistem secara keseluruhan. Disamping itu, pengembangan model diperlukan guna menemukan peubah- peubah penting dan tepat serta hubungan antar peubah dalam sistem yang dikaji. Menurut Winardi 1989 pemodelan adalah suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata dalam hal-hal tertentu. Model tersebut memperlihatkan hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Suatu model yang baik akan menggambarkan dengan baik segi tertentu yang penting dari perilaku dunia nyata. Menurut Eriyatno 2003 model dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis menurut jenis, dimensi, tujuan pokok pengkajian atau derajat keabstrakannya, yaitu: 1 model ikonik atau model fisik, yakni model yang mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan, meskipun skalanya dapat diperbesar atau diperkecil, 2 model analog atau model diagramatik, yakni model suatu proses atau sifat model ini sifatnya lebih sederhana dan sering dipakai pada situasi khusus, seperti pada proses pengendalian mutu industri, 3 model simbolik atau model matematik, yakni model yang menggunakan simbol-simbol matematika. Hartisari 2007 mengelompokkan model dalam dua kategori yaitu modek fisik dan model abstrak atau model mental. Model fisik juga merupakan miniatur replika dari keadaan sebenarnya sehingga dapat menggambarkan perilaku sistem dengan variabel yang sama seperti yang digunakan pada sistem nyata. Model abstrak merupakan model yang bukan fisik tetapi dapat menjelaskan kinerja dari sistem. Baik model fisik maupun model abstrak dapat dibagi lagi menjadi model statis dan model dinamis. Model dinamis memberikan gambaran nilai peubah terhadap perubahan waktu. Dalam model dinamis, variabel yang tidak berubah dengan wwaktu disebut ‘parameter’ atau ‘konstanta’. Model statis memberikan informasi tentang peubah model hanya pada titik tunggal dari waktu Eriyatno 2003. Model statis tidak memperhitungkan waktu yang selalu berubah. Sistem merupakan kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks Eriyatno 2003. Menurut Muhammadi 2001 sistem adalah keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan. Marimin 2007, mendefinisikan sistem sebagai suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian- bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks, Sedangkan menurut Hartisari 2007 sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tuhuan tertentu. Pemodelan sistem menurut Eriyatno 2003 merupakan pembentukan rangkaian logika untuk menggambarkan karakteristik sistem tersebut dalam format matematis. Proses pemodelan merupakan proses yang kreatif, tidak linier, namun harus mematuhi disiplin ilmiah dan pemikiran yang unik serta bersifat iteratif. Prosedur dalam pemodelan adalam menyatakan kembali permasalahan yang akan diselesaikan sesuai dengan tujuan kajian sistem, menyusun hipotesis, memformulasikan model, menguji serta menganalisis model. Menurut Muhammadi 2001 pembuatan model berdasarkan konsep berfikir umum dimulai dengan suatu model mental, kemudian dijabarkan dalam suatu kerangka konsep, pembuatan diagram sebab akibat, pembuatan diagram alir, simulasi model untuk melihat perilaku, dan akhirnya uji sensitivitas serta analisis kebijaksanaan. Dalam membangun suatu model harus dimulai dari konsep yang paling sederhana dengan cara mendefinisikan pemasalahan secara hati-hati serta menggunakan analisis sensitivitas untuk membantu menentukan rincian model. Selanjutnya untuk penyempurnaan dilakukan dengan menambahkan variabel secara gradual sehingga diperoleh model yang logis dan dapat merepresentasikan keadaan yang sebenarnya Eriyatno 2003. Model yang dibangun haruslah merupakan gambaran yang sahih dari sistem yang nyata, realistik dan informatif. Model yang tidak sahih akan memberikan hasil simulasi yang sangat menyimpang dari kenyataan yang ada, sehingga akan memberikan informasi yang tidak tepat. Model dianggap baik apabila model dapat menggambarkan semua hal yang penting dari dunia nyata dalam sistem tersebut. Pramudya 1989 menyatakan bahwa ada empat