157
sama dengan nol, dengan demikian kualitas perairan akan sesuai dengan baku mutu yang berlaku. Gambar 41 memperlihatkan bahwa perairan pesisir
Tanjungpinang tidak lagi dapat mengasimilasi beban nitrat yang masuk dari perairan sungai sehingga bahan pencemar yang masuk semakin lama akan
semakin tinggi. Hal ini diduga karena besarnya bahan pencemar nitrat yang masuk ke perairan berasal dari limbah antropogenik yang tidak dapat lagi dinetralisir
oleh aktivitas hidrodinamika perairan tersebut.
Gambar 41. Hubungan Konsentrasi Nitrat di Perairan Pesisir dengan Load Nitrat di Estuari
5.4.2.2 Kapasitas Asimilasi Nitrit NO
2 -
Hasil analisis perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu maka diketahui nilai kapasitas asimilasi untuk senyawa nitrit sebesar 131 tontahun,
sedangkan rata-rata beban limbah nitrit yang masuk ke dalam perairan adalah sebesar 140 tontahun. Keadaan beban nitrit yang berada di perairan pesisir Kota
Tanjungpinang sama halnya dengan beban nitrat dimana pada umumnya kapasitas asimilasi sudah terlampaui. Sumbangan beban nitrit terbesar terhadap konsentrasi
nitrit di perairan pesisir adalah berasal dari sungai Ladi yaitu sebesar 351 tontahun, sedangkan sumbangan yang terkecil berasal dari Sungai Dompak
yaitu sekitar 4 tontahun.
baku mutu = 0.008
y = 0.0004x + 0.0384 R
2
= 0.8418
-0.15 -0.1
-0.05 0.05
0.1 0.15
0.2 0.25
0.3 0.35
-250 -50
150 350
550 750
Loa d Nitra t di Estuari tonta hun K
o n
s e
n tr
a s
i N
it ra
t d
i P
e s
is ir
m g
l
158
Kapasitas asimilasi untuk nitrit ini ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi
= 0,0003 + 0,0208, dengan Koefisien determinasi R
2
= 0.390 artinya hanya 39 variasi sampel nilai konsentrasi nitrit di perairan pesisir yang dapat dijelaskan oleh beban nitrit di estuari. Dengan demikian, secara
umum kondisi perairan pesisir kota Tanjungpinang telah melebihi daya tampung oleh parameter nitrit karena nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui.
5.4.2.3 Kapasitas Asimilasi Ammonium NH
4 +
Penentuan kapasitas asimilasi untuk amonium dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi
= 0,0003 + 0,0828, dengan Koefisien determinasi
= 0,766 artinya 76,60 variasi konsentrasi amonium di perairan pesisir mampu dijelaskan oleh beban amonium di estuari. Kapasitas
asimilasi amonium adalah sebesar 724 tontahun, sedangkan beban limbah amonium yang masuk ke perairan tersebut rata-rata sebesar 445 tontahun.
Gambar 42 memperlihatkan bahwa kondisi perairan pesisir Kota Tanjungpinang ditinjau dari masukan beban load ammonium secara keseluruhan
di beberapa perairan estuari seperti ditemukan di perairan estuari Sungai ular, Sungai Ladi, Sungai Jang dan Sungai Dompak, sumbangan beban amonium masih
lebih rendah daripada nilai kapasitas asimilasinya. Hal ini disebabkan karena di masing-masing perairan sungai tersebut kandungan oksigen terlarut DO masih
cukup tinggi sehingga akan menghambat proses pembentukan nitrit menjadi amonium. Namun pada perairan estuari Sungai Tanjung Unggat dan Sungai
Carang beban ammonium telah melampaui kapasitas asimilasi perairan.
159
Gambar 42. Hubungan Konsentrasi Amonium di Perairan Pesisir dengan Load Amonium di Estuari
5.4.2.4 Kapasitas Asimilasi DIN
Nilai Kapasitas asimilasi DIN yang merupakan penjumlahan dari konsentrasi Nitrat, Nitrit dan Amonium telah diperoleh dengan menggunakan
persamaan regresi = 0,0004 + 0,0847. Koefisien determinasi
= 0,906 yang terbentuk adalah sebesar 0,906 artinya 90,60 variasi konsentrasi DIN di
perairan pesisir Kota Tanjungpinang dipengaruhi oleh beban DIN yang berasal dari aliran sungai yang bermuara ke perairan pesisir tersebut.
Gambar 43 memperlihatkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 538 tontahun, sedangkan rata-rata beban DIN yang masuk ke perairan pesisir adalah
sebesar 882 tontahun. Beban DIN terbesar berasal dari Sungai Tanjung Unggat, yaitu sebesar 2.086 tontahun, diikuti berturut-turut oleh Sungai Carang 1.439
tontahun, Sungai Ladi 903tontahun, Sungai Jang 574 tontahun, Sungai Ular 130 tontahun dan terkecil dari Sungai Dompak sebesar 161 tontahun.
baku mutu = 0.3
y = 0.0003x + 0.0828 R
2
= 0.7656
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7
500 1000
1500
Load Amonium di Estuari tontahun
K o
n s
e n
tr a
s i
A m
o n
iu m
d i
P e
s is
ir m
g l
it e
r
Kapasitas asimilasi =
724 tonthn
Kapasitas
160
Gambar 43. Hubungan Konsentrasi DIN di Pesisir dengan Load DIN di Estuari
Tingginya beban DIN di perairan Sungai Tanjung Unggat disebabkan karena di sepanjang aliran Sungai Tanjung Unggat merupakan kawasan padat
aktivitas masyarakat urban yang terdiri dari pemukiman penduduk, hotel dan restoran, dan industri makanan, serta berbagai aktivitas lainnya yang berpotensi
menghasilkan limbah nitrogen anorganik yang umumnya banyak terdapat pada buangan limbah domestik. Kondisi ini menyebabkan Sungai Tanjung Unggat
yang dulunya berfungsi sebagai sarana transportasi masyarakat di sekitar sungai telah beralih fungsi sebagai tempat pembuangan limbah masyarakat, sehingga
menyebabkan beban DIN di perairan sungai tersebut menjadi tinggi. Kondisi sebaliknya terjadi di Sungai Dompak, dimana hampir tidak ada
aktivitas manusia di sekitar kawasan tersebut. Hal ini berimplikasi terhadap produksi beban limbah yang dihasilkan oleh masyarakat juga kecil, sehingga
beban DIN di sungai Dompak menjadi rendah.
baku mutu = 0.2
y = 0,0004x + 0,0847 R
2
= 0,9063
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4
500 1000
1500 2000
2500
Load DIN di Estuari tontahun K
o n
s e
n tr
a s
i D
IN d
i P
e s
is ir
m g
l it
e r
161
5.5 Fluks Nitrogen Anorganik Terlarut di Perairan 5.5.1 Fluks Nitrogen Anorganik di Perairan Sungai
Fluks nitrogen anorganik terlarut di perairan didapatkan dengan cara perkalian antara konsentrasi senyawa-senyawa nitrogen anorganik dengan
kecepatan aliran Wu et al. 2007. Dalam penelitian ini nilai fluks merupakan tranport atau proses perjalanan nitrogen anorganik terlarut di perairan. Hasil nilai
fluks nitrogen anorganik pada masing-masing sungai di sajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Fluks nitrogen anorganik terlaut pada masing-amsing perairan sungai di
Tanjungpinang
Lokasi Sungai
Fluks Nitrogen Anorganik Terlarut
x 10
-3
g m
-2
detik
-1
Nitrat NO
3
-N Nitrit
NO
2
-N Amonium
NH
4
-N DIN
Sungai Ular 17
22 7
46 Sungai Ladi
28 22
6 56
Sungai Carang 16
6 65
87 Sungai Tanjung Unggat
59 27
106 193
Sungai Jang 57
5 43
106 Sungai Dompak
7 0,4
8 16
Rata-rata 31
14 39
84
Tabel 28 menunjukkan nilai fluks DIN pada masing-masing sungai di wilayah Tanjungpinang, dengan nilai fluks DIN tertinggi terdapat pada perairan
Sungai Tanjung Unggat yaitu sebesar 193x10
-3
grm
2
detik, dan fluk DIN tertinggi ke dua ditemukan di Sungai Jang sebesar 106x10
-3
grm
2
detik. Selanjutnya di ikuti oleh fluks DIN pada perairan Sungai Carang, Sungai Ladi dan Sungai Ular
yang masing-masing memiliki nilai fluks sebesar 87x10
-3
grm
2
detik, 56x10
-3
grm
2
detik dan 46x10
-3
grm
2
detik. Sedangkan fluks DIN terendah ditemukan di perairan Sungai Dompak 16x10
-3
grm
2
detik. Nilai rata-rata fluks nitrogen anorganik terlarut DIN yang ditemukan
pada perairan sungai di wilayah Tanjungpinang sebesar 0,084 gr m
-2
detik
-1
, merupakan nilai fluks yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan fluks
yang terdapat pada perairan Sungai Gangga di India yaitu sebesar 0,764 gr m
-2
detik
-1
Singh and Ramesh, 2011, dan fluk DIN yang ditemukan di perairan estuary Hooghly di India yaitu sebesar 0,227 gr m
-2
detik
-1
Mukhopadhyay,