Mangrove Kawasan Estuari Sungai Jang

195 mangrove di estuari dapat bertindak sebagai penyerap nutrien sebesar 26.000 kg Nitrogen per hari dan 3.100 kg Fhospor per hari. Menurut Kumar et al., 2011 akumulasi tahunan Nitrogen pada mangrove adalah sebesar 55,74 kgha, sedangkan yang di buang ke lingkungan dari hasil serasah return adalah sebesar 51,30 kgha. Sehingga jumlah N bersih yang diserap oleh mangrove adalah sebesar 0,92 kg Nhatahun, adalah hasil rasio Nitrogen yang dibuang ke lingkungan dari serasah dengan Nitrogen yang diakumulasi di dalam mangrove. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat diketahui bahwa potensi penyerapan DIN oleh mangrove yang terdapat di pesisir Tanjungpinang dengan luas total ekosistem mangrove 774,25 ha adalah sebesar 712,31 kgtahun. Mengacu pada hasil perhitungan tersebut, dengan kondisi saat ini diperoleh beban limbah Nitrogen yang berasal dari daratan Tanjungpinang adalah sebesar 1.703,98 tontahun. Dengan luas hutan mangrove yang terdapat di wilayah Tanjungpinang seluas 774,25 ha, maka pada kondisi ini diperlukan luas hutan mangrove seluas 23.999,72 ha untuk menyerap buangan Nitrogen Inorganik terlarut di wilayah Tanjungpinang. Kondisi ini lebih mendukung untuk pengurangan kandungan nitrogen di perairan, terkait fungsi hutan mangrove sebagai penyaring biofilter sehingga dapat mengurangi beban limbah nitrogen yang masuk ke lingkungan perairan pesisir Tanjungpinang. Dijelaskan bahwa laju penyerapan bahan organik dan nutrien berupa nitrogen inorganik dan phospor berkorelasi positif dengan pertumbuhan mangrove Yang, 2008. Hasil penelitian Ye et al., 2001 menyatakan bahwa efisiensi penyerapan nutrien berupa Nitrogen di area mangrove yang didominasi oleh jenis Bruguiera gymnorrhiza pada tingkat salinitas berbeda adalah sebesar 92,7, dimana 80,7 diserap oleh tanah melalui pengendapan sedimen dan 12,0 diserap oleh tumbuhan mangrove. Efisiensi penggunaan nitrogen berdasarkan pengukuran photosintesis secara signifikan lebih besar Rhizophora stylosa dari pada Avicennia marina Alongi et al., 2005. Hal ini juga didukung oleh hasil 196 penelitian Lin et al., 2010 yang menunjukkan bahwa efisiensi penyerapan nitrogen pada jenis mangrove Rhizophora stylosa lebih tinggi dibandingkan efisensi penyerapan posphor. Menurut wu et al., 2008 lahan basah mangrove dapat berperan sebagai sistem treatmen air limbah perkotaan dengan persentase removalpenghilangan nitrogen anorganik yang yang terdapat pada air limbah kota adalah sebesar 78 sampai 56 dengan tingkat salinitas yang bagus untuk pertumbuhan mangrove pada kondisi salinitas 15 ppt. Selanjutnya ditambahkan oleh Wickramasinghe et al., 2009 bahwa penghilanganremoval limbah nitrogen pada sedimen mangrove dapat terjadi melalui tahapan proses nitrifikasi oleh bakteri dan mikroorganisme lain, selanjutnya denitrifikasi konvensional dan proses anammox. Dengan demikian hal ini menegaskan bahwa lahan basah mangrove dapat digunakan sebagai proses treatmen sekunder untuk pengolahan air limbah perkotaan Wu et al., 2008. Pernyataan Lin 2004 memperkuat peran mangrove sebagai penyerap nutrien antropogenik sehingga mangrove dapat bertindak sebagai buffers penyangga kawasan pesisir dari efek antropogenik untuk perlindungan lingkunga laut. Zhang et al., 2010 dijelaskan lebih lanjut bahwa jenis mangrove Sonneratia apetala Buch-Ham lebih efektif menyerap nutrien dari pada logam berat di wilayah pesisir. Selanjutnya hasil penelitian Neto et al. 2008 menemukan terdapat perbedaan import dan eksport load DIN pada perairan estuary yang ditumbuhi oleh mangrove, dimana load DIN yang di import adalah sebesar 549,38 tontahun sedangkan yang di eksport dari hanya sebesar 56,83 tontahun. Estimasi laju rata-rata eksport nitrogen dari hutan mangrove tropis di Brazil adalah sebesar 1,6 kg ha -1 tahun -1 Silva et al., 2007.