Skenario Moderat Penyusunan Skenario Pengelolaan DIN dan Penyerapan Mangrove

228 sistem, yaitu 1 pertumbuhan penduduk, 2 partisipasi masyarakat, 3 luas mangrove, 4 dukungan pemerintah daerah dan 5 pertumbuhan hotel. Kebijakan yang dapat diterapkan untuk menekan beban limbah Nitrogen agar tidak melebihi daya tampung perairan pesisir berdasarkan prioritas adalah: 1 menekan laju pertumbuhan penduduk di sekitar kawasan pesisir Tanjungpinang, 2 meningkatkan partisipasi dan persepsi masyarakat tentang pengendalian pencemaran perairan pesisir, 3 menekan laju konversi lahan mangrove, 4 meningkatkan peran pemerintah daerah untuk membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah, dan 5 pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan hotel untuk peningkatan PAD yang dialokasikan untuk membangun IPAL komunal. 5. Pengelolaan nitrogen inorganik terlarut di perairan pesisir Tanjungpinang secara efektif dapat dilakukan dengan strategi optimistik, namun perlu didukung oleh beberapa kebijakan berupa 1 dukungan pemerintah untuk membangun fasilitas pengolahan limbah cair penduduk atau IPAL komunal, 2 peningkatan partisipasi dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan 3 menyusun rencana strategis daerah khusus bidang pengelolaan lingkungan perairan dalam rangka pengendalian pencemaran di perairan pesisir Tanjungpinang.

6.2 Saran

Model pengelolaan nitrogen inorganik terlarut dan ekosistem mangrove di perairan pesisir yang dihasilkan dapat diaplikasikan pada peraian pesisir pulau- pulau kecil di daerah lain dengan melakukan penyesuaian atau perubahan pada beberapa variabel tertentu yang disesuaikan dengan kondisi eksisting perairan pesisir pulau-pulau kecil setempat. Penelitian ini baru mencakup kemampuan satu ekosistem dalam menyerap nitrogen inorganik terlarut di perairan yaitu hanya terbatas pada ekosistem mangrove. Sedang potensi penyerapan DIN oleh ekosistem pesisir yang lain seperti ekosistem lamun dan terumbu karang belum dilakukan. 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Limbah Nitrogen yang berasal dari daratan yang masuk ke perairan pesisir Tanjungpinang adalah sebesar 1.073,98 tontahun, dengan penyumbang terbesar adalah limbah dari aktivitas penduduk yaitu sebesar 806,56 tontahun, diikuti berturut-turut oleh: limbah dari kegiatan hotel dan restoran 139,07 tontahun, limbah dari industri makanan 95,52 tontahun, limbah dari kegiatan peternakan 32,65 tontahun, dan limbah yang berasal dari kegiatan pertanian sebesar 0,17 tontahun. 2. Beban limbah nitrogen inorganik di perairan yaitu sebesar 5.293 tontahun dan telah melampui nilai kapasitas asimilasi 538 tontahun. Hal ini menunjukkan bahwa limbah nitrogen dari daratan telah melampui daya tampung perairan pesisir Tanjungpinang yang mengindikasikan bahwa perairan pesisir Tanjungpinang telah mengalami over kapasitas. Fluks nitrogen inorganik terlarut rata-rata di perairan sungai 84x10 -3 grm 2 detik relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata fluks di perairan pesisir 73x10 -3 grm 2 detik dengan pola penyebaran senyawa nitrogen inorganik tersebut pada saat surut mengalir dari sungai menuju pesisir dan sebaliknya pada saat pasang. Hasil simulasi model hidrodinamik memperlihatkan sebaran nitrogen inorganik terkonsentrasi di dalam perairan Teluk Tanjungpinang yang bersifat semi tertutup, sedangkan kawasan perairan selat dompak tidak terdapat menumpukan konsentrasi DIN. 3. Potensi penyerapan nitrogen anorganik terlarut oleh ekosistem mangrove yang terdapat di kawasan pesisir Tanjungpinang tergolong rendah yaitu sebesar 749,65 kg Ntahun dengan luas total ekosistem mangrove 774,25 ha. 4. Model pengelolaan nitrogen inorganik di perairan pesisir Tanjungpinang yang dibangun dapat menggambarkan perilaku sistem nyata, yang tersusun dalam enam submodel, yaitu sub-model 1 penduduk, 2 hotel dan restoran, 3 industri, 4 peternakan dan pertanian, 5 DIN pesisir, dan 6 mangrove. Ada lima faktor yang memiliki pengaruh dan ketergantungan terhadap kinerja 228 sistem, yaitu 1 pertumbuhan penduduk, 2 partisipasi masyarakat, 3 luas mangrove, 4 dukungan pemerintah daerah dan 5 pertumbuhan hotel. Kebijakan yang dapat diterapkan untuk menekan beban limbah Nitrogen agar tidak melebihi daya tampung perairan pesisir berdasarkan prioritas adalah: 1 menekan laju pertumbuhan penduduk di sekitar kawasan pesisir Tanjungpinang, 2 meningkatkan partisipasi dan persepsi masyarakat tentang pengendalian pencemaran perairan pesisir, 3 menekan laju konversi lahan mangrove, 4 meningkatkan peran pemerintah daerah untuk membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah, dan 5 pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan hotel untuk peningkatan PAD yang dialokasikan untuk membangun IPAL komunal. 5. Pengelolaan nitrogen inorganik terlarut di perairan pesisir Tanjungpinang secara efektif dapat dilakukan dengan strategi optimistik, namun perlu didukung oleh beberapa kebijakan berupa 1 dukungan pemerintah untuk membangun fasilitas pengolahan limbah cair penduduk atau IPAL komunal, 2 peningkatan partisipasi dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan 3 menyusun rencana strategis daerah khusus bidang pengelolaan lingkungan perairan dalam rangka pengendalian pencemaran di perairan pesisir Tanjungpinang.

6.2 Saran

Model pengelolaan nitrogen inorganik terlarut dan ekosistem mangrove di perairan pesisir yang dihasilkan dapat diaplikasikan pada peraian pesisir pulau- pulau kecil di daerah lain dengan melakukan penyesuaian atau perubahan pada beberapa variabel tertentu yang disesuaikan dengan kondisi eksisting perairan pesisir pulau-pulau kecil setempat. Penelitian ini baru mencakup kemampuan satu ekosistem dalam menyerap nitrogen inorganik terlarut di perairan yaitu hanya terbatas pada ekosistem mangrove. Sedang potensi penyerapan DIN oleh ekosistem pesisir yang lain seperti ekosistem lamun dan terumbu karang belum dilakukan.