Identifikasi Sistem Analisis Pemodelan Sistem Dinamik

perilaku model yang selaras seperti yang ada pada sistem adalah: penyusunan konsep, hasil simulasi model.

3.5.8.5 Validasi Model

Uji validasi perlu di sistem. Validasi merupakan Validasi model akan mengg fakta. Tahapan-tahapan pe Gambar Tahapan analisa sis Setelah melakukan selanjutnya dilakukan valida model sistem yang dibuat dikaji, yang dapat mengha Validasi dilakukan terhadap melalui studi pustaka dan ke ras, dimana hubungan sebab akibatnya sama de tem sebenarnya. Tahapan-tahapan dalam simul sep, pembentukan model, simulasi model, da u dilakukan untuk memenuhi kaidah keilmuan pa kan penilaian ke-objektifan dari status pekerja nggambarkan sejauh mana status model dapat m pendekatan sistem secara sederhana dapat di sistem Eriyatno, 1998 berikut : n pemodelan terhadap sistem menggunakan lidasi. Validasi merupakan usaha menyimpulka uat merupakan perwakilan yang sah dari rea nghasilkan kesimpulan meyakinkan Eriyatno dap struktur model dan keluaran model. Valida n keluaran model dibandingkan dengan data stat dengan atau ulasi model dan validasi n pada model rjaan ilmiah. pat menirukan dilihat pada n powersim, pulkan apakah ealitas yang atno, 1999. dasi struktur tatistik pada periode 5 tahun. Untuk memverifikasi keluaran model dengan data statistik dilakukan uji KF Kalman Filter untuk mengetahui besarnya penyimpangan model. Tingkat kecocokan hasil simulasi dengan nilai aktual adalah 47,5 – 52,3 menggunakan persamaan: Va Vs Vs KF + = .............................................................. 24 Keterangan: KF = Saringan Kalman Va = Varian nilai aktual Vs = Varian nilai simulasi

3.5.9 Membangun Skenario yang Mungkin Terjadi

Tahap-tahap dalam membangun skenario pengelolaan yang mungkin terjadi sebagai berikut: a. Skenario yang memiliki peluang lebih besar untuk terjadi di masa datang disusun b. Skenario merupakan kombinasi, oleh sebab itu sebuah skenario harus memuat seluruh faktor, tetapi untuk setiap faktor hanya memuat satu keadaan dan tidak memasukkan pasangan keadaan yang saling bertolak belakang mutual incompotible. c. Setiap skenario mulai dari nama paling optimis sampai nama paling pesimis diberi nama. d. Langkah selanjutnya adalah memilih skenario yang paling mungkin terjadi. Selanjutnya rekomendasi dari implikasi hasil skenario ini disusun suatu strategi pengelolaan. Hasil analisis berbagai faktor, dapat dijadikan acuan dalam pengambilan tindakan untuk pengelolaan lingkungan perairan pesisir dan ekosistem mangrove di masa yang akan datang. Berdasarkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap sistem maka dibangun keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dari faktor-faktor tersebut sebagai alternatif penyusunan skenario pengelolaan fluks nitrogen anorganik terlarut dan kaitannya dengan ekosistem mangrove di perairan pesisir yang optimal, seperti disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dari faktor-faktor dominan pada pengelolaan fluks nitrogen dan ekosistem mangrove Faktor Keadaan 1A 1B 1C Faktor 1 2A 2B 2C Faktor 2 3A 3B 3C Faktor 3 nA nB nC Faktor n Berdasarkan Tabel 11, maka dibangun skenario pengelolaan fluks nitrogen anorganik terlarut dan kaitannya dengan ekosistem mangrove di perairan pesisir Kota Tanjungpinang. Selanjutnya disusun tiga skenario yang mungkin terjadi di masa depan seperti terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Skenario pengelolaan fluks nitrogen anorganik dan kaitannya dengan ekosistem mangrove di perairan pesisir Kota Tanjungpinang No. Skenario Urutan faktor 1. Konservatif-pesimistik 1A-2A-3A-4A 2. Moderat-optimistik 1B-2B-3B-4B 3. Progresif-optimistik 1C-2C-3C-4C 4 KONDISI UMUM WILAYAH

4.1 Kondisi Geografis

Kawasan Pesisir Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada posisi 0 50’ sampai dengan 0 59’ Lintang Utara dan 104 23’ sampai 104 34’ Bujur Timur. Kawasan ini memiliki luas sekitar 23.950 Ha, yang terdiri dari daratan, lautan dan beberapa pulau seperti Pulau Dompak, Pulau Penyengat, Pulau Terkulai, Pulau Los, Pulau Basing, Pulau Sekatap dan Pulau Bayan. Dari total luas tersebut, daratan memiliki luas sekitar 13.154 Ha, dan sisanya 10.796 Ha merupakan luas wilayah lautan. Batas-batas wilayah Pesisir Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut: - Utara : Kabupaten Bintan dan Kota Batam - Selatan : Kabupaten Bintan - Barat : Kota Batam - Timur : Kabupaten Bintan Posisi Kota Tanjungpinang sangat strategis, disamping berdekatan dengan Kota Batam sebagai kota industri dan kawasan perdagangan bebas, dan Negara Singapura sebagai pusat perdagangan dunia, juga terletak pada posisi silang perdagangan dan pelayaran dunia, antara timur dan barat, antara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan, menjadi aset berharga yang turut berperan terhadap pertumbuhan perdagangan regional dan nasional. Wilayah Kota Tanjungpinang mencapai 239,50 km 2 dengan keadaan geologis sebagian berbukit - bukit dan lembah yang landai sampai ke tepi laut. Luas wilayah Kota Tanjungpinang mencapai 131,54 km 2 luas daratan dan 107,96 km 2 luas lautan. Kota Tanjungpinang terdiri dari 4 empat kecamatan dan 18 delapan belas kelurahan, sebagai berikut : Kecamatan Tanjungpinang Barat, terdiri dari 4 kelurahan, yaitu : Kelurahan Tanjungpinang Barat, Kamboja, Kampung Baru dan Bukit Cermin; Kecamatan Tanjungpinang Kota, terdiri dari 4 kelurahan, yaitu : Kelurahan Tanjungpinang Kota, Penyengat, Kampung Bugis dan Senggarang; Kecamatan Tanjungpinang Timur, terdiri dari 5 kelurahan, yaitu : Kelurahan Kampung Bulang, Melayu Kota Piring, Air Raja, Batu IX dan Pinang Kencana; dan Kecamatan Bukit Bestari, terdiri dari 5 kelurahan yaitu : Kelurahan Tanjungpinang Timur, Tanjung Unggat, Tanjung Ayun Sakti, Dompak dan Sei Jang. Lebih jelas wilayah administrasi Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 15. Tabel 13. Wilayah Administrasi Kota Tanjungpinang No. Nama Kecamatan dan Kelurahan Luas Wilayah km 2 1. Kecamatan Tanjungpinang Barat 34,50 Kelurahan Tanjungpinang Barat 11,00 Kelurahan Kemboja 7,00 Kelurahan Kampung Baru 6,50 Kelurahan Bukit Cermin 10,00 2. Kecamatan Tanjungpinang Kota 52,50 Kelurahan Tanjungpinang Kota 1,50 Desa Penyengat 4,00 Desa Kampung Bugis 24,00 Desa Senggarang 23,00 3. Kecamatan Bukit Bestari 69,00 Kelurahan Tanjungpinang Timur 7,00 Kelurahan Tanjung Unggat 10,50 Kelurahan Tanjungayun Sakti 10,50 Kelurahan Dompak 30,50 Kelurahan Sei jang 10,50 4. Kecamatan Tanjungpinang Timur 83,50 Kelurahan Kampung Bulang 11,50 Kelurahan Melayu Kota Piring 12,00 Kelurahan Air Raja 12,00 Kelurahan Pinang Kencana 15,00 Kelurahan Batu Sembilan 23,00 Total Luas Wilayah Kota Tanjungpinang 239,50 Dilihat dari segi topografi wilayah Kota Tanjungpinang terdiri dari pulau- pulau besar dan kecil yang pada umumnya merupakan daratan rendah dan berbukit-bukit kecil dengan ketinggian mencapai 70 meter diatas permukaan laut. Wilayah dengan morfologi yang relatif datar dengan kemiringan tanah 0-5 meliputi daerah pusat kota yaitu Kelurahan Tanjungpinang Kota, Melayu Kota Piring, Tanjungpinang Barat, Tanjungpinang Timur dan Kelurahan Dompak. Sedangkan daerah dengan kemiringan lahan 5-40 berada di daerah Bukit Cermin, Kelurahan Kampung Baru, dan Kelurahan Batu Sembilan. Gambar 15. Peta Wilayah Administrasi Kawasan Pesisir Kota Tanjungpinang