Nitrat NO Senyawa-Senyawa Nitrogen Anorganik di Perairan Pesisir

karakteristik pada kawasan estuaria dan perairan pesisir sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisika perairan yang berbeda-beda.

2.3.1.1 Pasang Surut

Pasang surut merupakan salah satu faktor yang penting dalam ekosistem estuaria. Menurut Mann dan Lazier 1991 pasang surut dapat menyebabkan arus pasut. Arus pasut ini dapat menyebabkan terjadinya turbulensi dalam air. Jika kedalaman perairan tidak terlalu besar maka kekuatan arus pasut semakin besar dan berpengaruh terhadap proses percampuran mixing. Proses percampuran ini akan terjadi ke semua arah dan lapisan. Selanjutnya Davis 1992 mengatakan bahwa peranan pasang surut terhadap proses-proses di daerah estuaria ada tiga, yaitu: a. Menyebabkan terjadinya percampuran mixing densitas dan salinitas. b. Proses sedimentasi. c. Merupakan zona interaksi antara daerah lautan dan sungai secara luas khususnya secara horizontal.

2.3.1.2 Arus

Arus di estuaria terutama disebabkan oleh kegiatan pasang surut dan aliran sungai. Arus biasanya terbatas pada saluran, tetapi dalam saluran ini, kecepatan arus dapat mencapai beberapa mil per jam. Kecepatan tertinggi terjadi pada bagian tengah saluran, hal ini disebabkan hambatan gesek dengan dasar dan sisi tepian paling kecil Nybakken 1992. Sebagaimana umumnya sifat perairan muara sungai kecepatan dan arah arus di perairan muara tidak selalu mengikuti pola tertentu, karena kondisi perairan muara sungai sangat kompleks, yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor, diantaranya pasang surut, intensitas tekanan, tekanan geser, arus limpasan dari sungai dan gaya coriolis.

2.3.1.3 Suhu

Suhu merupakan parameter yang penting dalam lingkungan perairan estuari dan pesisir, dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses ekologi. Secara langsung suhu berpengaruh terhadap laju fotosintesis di laut dan proses fisiologi bagi organisme perairan. Sedangkan pengaruh tidak langsung terjadi pada keberadaan unsur hara di laut yang terkait dengan laju metabolisme organisme air. Suhu air mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi perairan, secara tidak langsung dapat menyebabkan perubahan keseimbangan kimia. Suhu merupakan fungsi dari kelarutan gas-gas yang terlarut, dimana kelarutan gas akan meningkat pada suhu rendah Effendi 2003. Menurut Nontji 2005 suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor-faktor yang berperan adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari. Dalam satu tahun terdapat dua suhu maksimum, yaitu pada musim peralihan awal April - Mei dan akhir tahun November. Hal ini disebabkan karena angin berkecepatan lemah dan akan menjadikan permukaan laut menjadi tenang dan proses pemanasan akan semakin kuat. Suhu minimum terjadi pada musim barat Desember – Februari, dimana angin bertiup dengan kuat, curah hujan serta masukan air hujan dari arah timur laut yang dingin. Perubahan suhu akan menyebabkan perubahan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, kelarutan gas O 2 dalam air serta perubahan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air. Perubahan kenaikan suhu akan menyebabkan penurunan oksigen terlarut, sehingga proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme akan menurun. Proses ini akan menghambat laju proses nitrifikasi, sehingga pada kondisi akhir diperoleh kandungan nitrat yang menurun. Senyawa Ammonium bersifat gas yang larut dalam air, sehingga kestabilan kadar ammonium dalam air sangat dipengaruhi oleh suhu. Kelarutan gas semakin rendah dengan kenaikan suhu air. Senyawa nitrit umumnya mudah menguap. Kenaikan suhu akan mempermudah terjadinya proses penguapan Hutagalung dan Rozak 1997. Nybakken 1992 menyatakan bahwa suhu di estuaria lebih bervariasi daripada pantai di dekatnya. Hal ini sebagian karena biasanya di estuaria volume air lebih kecil, sedangkan luas permukaan lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air estuaria lebih cepat panas dan lebih cepat dingin. Alasan lain terjadinya variasi ini ialah masukan air tawar. Air tawar di sungai dan kali lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman daripada air laut.

2.3.1.4 Kekeruhan

Ammonia dapat terserap kedalam bahan-bahan tersuspensi dan koloid sehingga dapat mengendap ke dasar perairan Effendi 2003. Besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria, setidaknya pada waktu tertentu dalam setahun, air menjadi sangat keruh. Kekeruhan tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum. Kekeruhan biasanya minimum di dekat mulut estuaria, karena sepenuhnya berupa air laut, dan makin meningkat bila menuju ke arah pedalaman Nybakken 1992.

2.3.1.5 Kecerahan

Kadar nitrat di daerah eufotik sangat dipengaruhi oleh transportasi nitrat ke daerah tersebut, oksidasi ammonia oleh mikroorganisme dan pengambilan nitrat untuk proses produktivitas primer. Bila intensitas cahaya yang masuk ke kolom perairan cukup, maka kecepatan pengambilan nitrat uptake lebih cepat dari pada proses transportasi nitrat ke permukaan Effendi 2003. Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangalah penting karena erat hubungannya dengan fotosintesis. Kecerahan yang tinggi merupakan syarat untuk berlangsungnya fotosintesis fitoplankton yang baik. Faktor yang dapat mempengaruhi kecerahan air adalah kandungan lumpur, kandungan plankton dan zat-zat terlarut lainnya. Pengaruh kandungan lumpur dapat terlihat di daerah-daerah pesisir pantai dan muara sungai sehingga mengakibatkan tingkat kecerahan air rendah. Nilai kecerahan yang diungkapkan dalam satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan parameter tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran Effendi 2003.

2.3.2 Faktor-faktor Kimia

Dahuri et al. 2004 menyatakan bahwa kualitas air suatu perairan pesisir dicirikan oleh karakteristik kimianya yang sangat mudah dipengaruhi oleh masukan dari daratan maupun laut sekitarnya. Pada kenyataannya perairan pesisir merupakan penampungan storage system akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Karenanya karakteristik kimia pesisir bersifat unik dan ditentukan oleh besar kecilnya pengaruh interaksi kegiatan-kegiatan di atas serta kondisi hidrodinamika perairan pesisir seperti difusi diffusion, disolusi dissolution dan pengadukan turbulance terhadap substansi kimia. Komposisi kimia air laut, khususnya di perairan estuaria sangat dipengaruhi oleh masukan massa dari sistem sungai yang bermuara. Pengaruh terhadap kualitas kimia perairan estuaria akan lebih nyata apabila massa air sungai yang bermuara ke estuaria mengandung buangan limbah cair industri, limbah domestik dan pertanian yang berlangsung secara kontinu dan relatif lama. Kadar unsur kimia perairan sungai yang masuk ke estuaria memiliki perbedaan dengan kadar unsur kimia air laut, hal ini dapat dilihat di Tabel 3 berikut: Tabel 3. Perbedaan kadar unsur Kranskopf, 1977 dalam Dahuri et al. 2004 Elemen Air Sungai ppm Air Laut 35 ‰ ppm Ca 4.30 – 44.4 21.13 412 SiO 3 8.10 – 30.4 15.76 2.0 SO 4 0.80 – 59.5 14.37 905 Na 3.70 – 23.5 09.58 10.770 Cl 1.70 – 13.9 06.13 18.800 Mg 1.50 – 12.4 05.52 1290 K 1.20 – 3.00 02.09 380 CO 3 7.90 – 80.8 44.79 28 C NO 3 0.02 – 1.15 0.26 150 N Fe 2 O 3 0.00 – 0.34 0.08 0.002 Fe

2.3.2.1 Salinitas

Salinitas adalah kandungan garam-garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan per seribu Nybakken 1992. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pola sirkulasi, penguapan,