144
perairan. Nilai salinitas di lokasi untuk perairan pesisir berkisar antara 29 sampai
31 ‰, nilai ini tidak memperlihatkan variasi yang besar karena kadar tersebut
merupakan kadar alami pada perairan laut. Hal ini berhubungan dengan sifat dari suatu pesisir yang dinamis karena dipengaruhi oleh adanya pasang surut. Bila
dibandingkan dengan nilai baku mutu maka kadar salinitasnya masih berada pada kisaran yang alami. Nybakken 1992 menyatakan bahwa daerah pesisir litoral
merupakan perairan yang dinamis, yang menyebabkan variasi salinitas tidak begitu tinggi. Organisme yang hidup diperairan pesisir cenderung mempunyai
toleransi terhadap perubahan salinitas sampai dengan 15 ‰.
5.3.4 Oksigen Terlarut Dissolved Oxygen
Tingkat kelarutan oksigen yang ada di dalam lingkungan perairan merupakan faktor yang sangat penting dalam kualitas air. Oksigen terlarut dalam
air bersumber dari difusi oksigen atmosfir dan hasil fotosintesis tumbuhan dalam air. Sedangkan pengurangan oksigen terlarut disebabkan karena digunakan untuk
respirasi hewan dan tumbuhan, digunakan untuk perombakan bahan-bahan organik secara biologis oleh mikroorganisme, digunakan untuk reaksi kimia
anorganik, serta hilang atau terlepaskan ke atmosfir. Oksigen yang terlarut dalam air laut terdiri dari 2 bentuk senyawa, yaitu yang terikat dengan unsur lain NO
3
-, NO
2
-, PO
4 3+
, H
2
O, CO
2
, CO
3 2-
, dll dan sebagai molekul bebas O
2
. Molekul oksigen O
2
yang terdapat dalam air laut terlarut secara fisika, sehingga kelarutannya sangat dipengaruhi oleh suhu air.
Konsentrasi oksigen terlarut merupakan prameter penting untuk mengetahui kualitas lingkungan perairan. Oksigen terlarut merupakan faktor
pembatas bagi lingkungan perairan dan dapat dijadikan petunjuk tentang adanya pencemaran bahan organik Effendi 2003. Kandungan DO di perairan sangat
mempengaruhi proses nitrifikasi pembentukan nitrat, sehinga apabila DO tinggi maka nitrat yang dihasilkan juga akan tinggi Effendi 2003. Kondisi oksigen
terlarut di perairan estuari dan pesisir Tanjungpinang disajikan pada Gambar 37.
145
Gambar 37. Nilai rata-rata konsentrasi Oksigen terlarut DO di perairan sungai dan pesisir Tanjungpinang
1 = Sungai Ular ; 2 = Sungai Ladi ; 3 = Sungai Carang ; 4 = Sungi Tanjung Unggat ; 5 = Sungai Jang ; 6 = Sungai Dompak.
Bars = Standar deviasi kalkulasi dari 18 data perairan sungai ; 18 data perairan pesisir
Hasil pengukuran oksigen terlarut di perairan pesisir dan sungai di Tanjungpinang memiliki kisaran nilai yang cukup bervariasi. Oksigen terlarut di
perairan pesisir berkisar antara 5,0 – 7,0 mgl, sementara di perairan sungai berkisar antara 4,1 – 6,7 mgl. Rendahnya kadar oksigen terlarut di perairan
sungai terutama perairan sungai Tanjung unggat disebabkan tingginya aktivitas proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme perairan sehingga kadar
oksigen di perairan menjadi lebih lendah. Hal ini disebabkan tinnginya masukan bahan organik yang berasal dari daratan terutama yang disumbangkan oleh
kegiatan pemukimman rumah tangga yang terdapat disekitar perairan. Kadar oksigen terlarut dalam air bervariasi yang dipengaruhi suhu
perairan, ketinggian tempat dan tingkat turbulensi air. Semakin tinggi suhu perairan maka daya larut oksigen semakin rendah. Begitu juga semakin tinggi
ketinggian tempat maka daya larut oksigen juga semakin rendah. Perairan yang turbulensinya tinggi akibat adanya arus, angin dan gelombang maka daya larut
oksigen semakin tinggi. Kadar oksigen dalam air juga bervariasi secara harian
2 4
6 8
10 12
1 2
3 4
5 6
Stasiun pengamatan O
k s
ig e
n T
e rl
a ru
t m
g l
Sungai Pesisir
146
diurnal dan musiman, tergantung pada pencampuran mixing dan pergerakan turbulence massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke
perairan. Pada perairan terbuka dimana pergerakan air dan sirkulasi masih terjadi, oksigen terlarut berada pada kondisi alami. Perairan terbuka jarang dijumpai
perairan yang miskin oksigen Brotowidjoyo et al. 1995. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari proses fotosintesis oleh
fitoplankton dan tumbuhan air lainnya serta difusi dari udara APHA 1989. Difusi oksigen dari atmosfer ke perairan berlangsung relatif lambat walaupun
terjadi pergolakan massa air, sehingga sumber oksigen terlarut yang berasal dari difusi oksigen hanya sekitar 35 Effendi 2003. Oksigen terlarut ini sangat
penting bagi kehidupan organisme budidaya untuk pernapasan dan mengoksidasi bahan organik didalam tambak. Pencemaran limbah organik dapat menyebabkan
menurunnya kandungan oksigen terlarut dalam perairan Connel dan Miller 1995 dalam
Efendi 2003. Sumber utama oksigen terlarut di perairan adalah berasal dari: 1 aktivitas
fotosintesis oleh tumbuhan air lamun dan fitoplankton; 2 difusi oksigen secara langsung dari udara ke dalam air melalui lapisan permukaan sehingga proses
aerasi dapat berlangsung terus; 3 agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya ombak atau gelombang; 4 aliran airarus; dan 5 melalui air hujan. Sementara,
kandungan oksigen terlarut dapat berkurang disebabkan oleh: 1 respirasi biota perairan; 2 pemakaian dalam proses dekomposisi bahan organik secara biokimia;
3 pemakaian dalam proses dekomposisi bahan anorganik secara kimia; 4 kenaikan suhu dan salinitas terutama pada daerah pasang-surut. Perubahan
salinitas lebih kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan pengaruh suhu terhadap konsentrasi oksigen di laut Muhktosar 2007.
Oksigen terlarut diperlukan oleh organisme perairan untuk pernapasan dan penguraian bahan-bahan organik. Kandungan oksigen terlarut di lokasi penelitian
berkisar antara 8,3 mgl yang tertinggi dan 4,3 mgl yang terendah. Kadar oksigen terlarut terendah berada di lokasi perairan Sungai Tanjung Unggat dibanding lima
lokasi perairan sungai lainnya. Hal ini disebabkan perairan tersebut merupakan