Mangrove di Kawasan Pesisir Tanjung Unggat
194
Sungai Dompak yaitu sebesar 296,36 kg Ntahun. Selanjutnya penyerapan DIN tertinggi ke dua dan ke tiga terdapat di kawasan ekosistem mangrove estuari
Sungai Ladi dan Sungai Ular yaitu masing-masing sebesar 177,09 kg Ntahun dan 139 kg Ntahun. Sementara ekosistem mangrove di kawasan estuari Sungai Jang
dan estuari Sungai Carang memiliki kemampuan penyerapan sebesar 60,45 kg Ntahun dan 53 kg Ntahun, sedangkan penyerapan Din terendah ditemukan pada
kawasan ekosistem mangrove di estuari Sungai Tanjung Unggat yaitu hanya sebesar 25,19 kg Ntahun.
Hasil penelitian Rivera-Monroy et al. 1995 menjelaskan bahwa dissolved inorganic nitrogen
DIN atau nitrogen inorganik terlarut NH
+ 4
+ NO
- 2
+ NO
- 3
yang ditemukan disekitar area hutan mangrove adalah import dari aliran sungai yang terjadi pada saat pasang, dan pada saat yang sama sebaliknya terjadi eksport
partikel organik PN dan dissolved organic nitrogen DON atau nitrogen organik terlarut dari palung hutan mangrove ke aliran sungai. Dikatakan bahwa
sungai pasang surut merupakan sumber utama DIN untuk hutan mangrove, dimana dalam penelitian tersebut ditemukan nilai import DIN dari sungai yaitu
sebesar 0,61 gr m
-2
detik
-1
. Selanjutnya mangrove di estuary Zhangjiang dapat memperangkap nutrien diantaranya nitrogen dengan laju penyerapan sebesar 90,5
gr m
-2
tahun
-1
, sehingga dikatakan bahwa mangrove mampu memelihara kualitas perairan di daerah estuari pada saat periode pasang Wang et al., 2010
Sebagaimana diketahui bahwa Nitrogen inorganik terlarut yang terdiri dari senyawa nitrat, nitrit dan amonium merupakan nutrien bagi vegetasi mangrove.
Pengkayaan sumber nitrogen inorganik yang terdapat di substrat mangrove, disinyalir dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan mangrove yang di
distribusikan dari akar ke daun Naidoo, 2009. Keberadaan nitrogen inorganik terlarut di perairan yang terakumulasi pada ekosistem mangrove saat pasang, akan
diserap oleh berbagai jenis mangrove sebagai nutrien untuk pertumbuhannya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Wosten et al., 2003 menunjukkan bahwa
195
mangrove di estuari dapat bertindak sebagai penyerap nutrien sebesar 26.000 kg Nitrogen per hari dan 3.100 kg Fhospor per hari.
Menurut Kumar et al., 2011 akumulasi tahunan Nitrogen pada mangrove adalah sebesar 55,74 kgha, sedangkan yang di buang ke lingkungan dari hasil
serasah return adalah sebesar 51,30 kgha. Sehingga jumlah N bersih yang diserap oleh mangrove adalah sebesar 0,92 kg Nhatahun, adalah hasil rasio
Nitrogen yang dibuang ke lingkungan dari serasah dengan Nitrogen yang diakumulasi di dalam mangrove. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka
dapat diketahui bahwa potensi penyerapan DIN oleh mangrove yang terdapat di pesisir Tanjungpinang dengan luas total ekosistem mangrove 774,25 ha adalah
sebesar 712,31 kgtahun. Mengacu pada hasil perhitungan tersebut, dengan kondisi saat ini
diperoleh beban limbah Nitrogen yang berasal dari daratan Tanjungpinang adalah sebesar 1.703,98 tontahun. Dengan luas hutan mangrove yang terdapat di wilayah
Tanjungpinang seluas 774,25 ha, maka pada kondisi ini diperlukan luas hutan mangrove seluas 23.999,72 ha untuk menyerap buangan Nitrogen Inorganik
terlarut di wilayah Tanjungpinang. Kondisi ini lebih mendukung untuk pengurangan kandungan nitrogen di perairan, terkait fungsi hutan mangrove
sebagai penyaring biofilter sehingga dapat mengurangi beban limbah nitrogen yang masuk ke lingkungan perairan pesisir Tanjungpinang.
Dijelaskan bahwa laju penyerapan bahan organik dan nutrien berupa nitrogen inorganik dan phospor berkorelasi positif dengan pertumbuhan mangrove
Yang, 2008. Hasil penelitian Ye et al., 2001 menyatakan bahwa efisiensi penyerapan nutrien berupa Nitrogen di area mangrove yang didominasi oleh jenis
Bruguiera gymnorrhiza pada tingkat salinitas berbeda adalah sebesar 92,7,
dimana 80,7 diserap oleh tanah melalui pengendapan sedimen dan 12,0 diserap oleh tumbuhan mangrove. Efisiensi penggunaan nitrogen berdasarkan
pengukuran photosintesis secara signifikan lebih besar Rhizophora stylosa dari pada Avicennia marina Alongi et al., 2005. Hal ini juga didukung oleh hasil