165
5.6 Hubungan Fluks Nitrogen dengan Parameter Lingkungan Perairan
Guna mengetahui hubungan antara fluks nitrogen anorganik di perairan pesisir dan di perairan estuari dengan parameter lingkungan perairan pH, DO,
suhu dan salinitas, baik hubungan fluks nitrogen anorganik dengan keempat parameter lingkungan perairan secara serempak, maupun hubungan fluks nitrogen
anorganik dengan masing-masing parameter lingkungan perairan maka telah dilakukan analisa korelasi multivariable yang meliputi analisa korelasi parsial dan
analisa korelasi berganda, sebagaimana dijelaskan pada pembahasan berikut ini.
5.6.1 Hubungan Fluks Nitrat dengan Parameter Lingkuran Perairan
Fluks nitrat di perairan pesisir dengan parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas memiliki hubungan signifikan yang positif dan sangat
kuat seperti yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0,930. Hal ini mengandung arti bahwa naik turunnya fluks nitrat di perairan
pesisir sangat dipengaruhi secara bersama-sama oleh parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas. Perolehan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 86 memperlihatkan bahwa pengaruh keempat parameter lingkungan perairan tersebut terhadap naik turunnya fluks Nitrat di pesisir sebesar 86,
selebihnya 14 berasal dari faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi fluks nitrat di pesisir namun tidak dimasukkan dalam regresi. Sedangkan hasil analisa
korelasi parsial memperlihatkan bahwa fluks nitrat di pesisir hanya mempunyai hubungan yang signifikan dengan pH dengan masing-masing nilai koefisien
korelasi parsial r berturut turut untuk korelasi dengan pH, DO, suhu maupun dengan salinitas adalah r
1
= -0,847, r
2
= -0,585, r
3
= -0,385 dan r
4
= -0,611. Hal ini berarti bahwa, naik turunnya fluks nitrat di pesisir dipengaruhi oleh pH dengan
menganggap pengaruh DO, suhu dan salinitas adalah konstan yaitu sebesar 71,7 nilai r
2 1
, selebihnya 28,3 disebabkan oleh faktor-faktor lain. Sementara untuk di estuari, hubungan fluks nitrat dengan parameter
lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas juga memiliki hubungan signifikan yang positif dan sangat kuat seperti yang ditunjukan oleh nilai koefisien
korelasi berganda R sebesar 0,950. Hal ini mengandung arti bahwa naik turunnya fluks nitrat di estuari sangat dipengaruhi secara bersama-sama oleh
166
parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas. Perolehan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 90,2 memperlihatkan bahwa pengaruh keempat parameter lingkungan perairan tersebut terhadap naik turunnya fluks
nitrat di estuari sebesar 90,2, selebihnya 9,8 berasal dari faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi fluks nitrat di pesisir namun tidak dimasukkan dalam
regresi. Sedangkan hasil analisa korelasi parsial memperlihatkan bahwa fluks nitrat di estuari mempunyai hubungan yang signifikan dengan keempat parameter
lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas dengan masing-masing nilai koefisien korelasi parsial r berturut turut untuk korelasi dengan pH, DO, suhu
maupun dengan salinitas adalah r
1
= -0,9, r
2
= 0,848, r
3
= -0,928 dan r
4
= -0,920.
5.6.2 Hubungan Fluks Nitrit dengan Parameter Lingkuran Perairan
Hubungan fluks nitrit di pesisir dengan parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas adalah signifikan positif dan sangat kuat seperti yang
ditunjukan oleh nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0,972. Hal ini mengandung arti bahwa naik turunnya fluks nitrit di pesisir sangat dipengaruhi
secara bersama-sama oleh parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas. Perolehan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 94,5 memperlihatkan bahwa pengaruh ke empat parameter lingkungan perairan
tersebut terhadap naik turunnya fluks nitrit di pesisir sebesar 94,5, selebihnya 5,5 berasal dari faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi fluks nitrit di pesisir
namun tidak dimasukkan dalam regresi. Sedangkan hasil analisa korelasi parsial memperlihatkan bahwa fluks nitrat
di pesisir hanya mempunyai hubungan yang signifikan dengan DO dengan masing-masing nilai koefisien korelasi parsial r berturut turut untuk korelasi
dengan pH, DO, suhu maupun dengan salinitas adalah r
1
= -0,655, r
2
= -0,937, r
3
= -0,456 dan r
4
= -0,641. Hal ini berarti bahwa, naik turunnya fluks nitrit di pesisir dipengaruhi oleh DO dengan menganggap pengaruh DO, suhu dan
salinitas adalah konstan yaitu sebesar 87,8 nilai r
2 2
, selebihnya 12,2 disebabkan oleh faktor-faktor lain.
Sama halnya dengan di pesisir, hubungan fluks nitrit di perairan estuari dengan parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas juga memiliki
167
hubungan signifikan yang positif dan sangat kuat seperti yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0,926. Hal ini mengandung arti
bahwa naik turunnya fluks nitrit di estuari sangat dipengaruhi secara bersama- sama oleh parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas. Perolehan
nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 85,7 memperlihatkan bahwa pengaruh ke empat parameter lingkungan perairan tersebut terhadap naik turunnya fluks
nitrit di perairan estuari sebesar 85,7, selebihnya 14,3 berasal dari faktor- faktor lain yang juga mempengaruhi fluks nitrit di estuari namun tidak
dimasukkan dalam regresi. Sedangkan hasil analisa korelasi parsial untuk hubungan fluks nitrit di
estuari dengan keempat parameter lingkungan perairan memperlihatkan hubungan yang signifikan hanya dengan salinitas dengan masing-masing nilai koefisien
korelasi parsial r berturut turut untuk korelasi dengan pH, DO, suhu maupun dengan salinitas adalah r
1
= -0,105, r
2
= 0,629, r
3
= -0,427 dan r
4
= -0,732. Hal ini berarti bahwa, naik turunnya fluks nitrit di estuari dipengaruhi oleh DO dengan
menganggap pengaruh DO, suhu dan salinitas adalah konstan yaitu sebesar 53,6 nilai r
2 4
, selebihnya 46,4 disebabkan oleh faktor-faktor lain.
5.6.3 Hubungan Fluks Amonium dengan Parameter Lingkungan Perairan
Hubungan amonium di pesisir dengan parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas terdapat hubungan signifikan yang positif dan sangat kuat
seperti yang ditunjukan oleh nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0,896. Hal ini mengandung arti bahwa naik turunnya fluks amonium di pesisir
dipengaruhi secara bersama-sama oleh parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas. Perolehan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 80,3 memperlihatkan bahwa pengaruh keempat parameter lingkungan perairan tersebut
terhadap naik turunnya fluks amonium di pesisir sebesar 80,3, selebihnya 19,7 berasal dari faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi fluks Amonium di pesisir
namun tidak dimasukkan dalam regresi. Sedangkan hasil analisa korelasi parsial untuk hubungan fluks amonium di
pesisir dengan keempat parameter lingkungan perairan memperlihatkan hubungan
168
yang signifikan hanya dengan DO dengan masing-masing nilai koefisien korelasi parsial r berturut turut untuk korelasi dengan pH, DO, suhu maupun dengan
salinitas adalah r
1
= 0,113, r
2
= 0,736, r
3
= -0,398 dan r
4
= -0,655. Hal ini berarti bahwa, naik turunnya fluks nitrit di pesisir dipengaruhi oleh DO dengan
menganggap pengaruh DO, suhu dan salinitas adalah konstan yaitu sebesar 54,2 nilai r
2 2
, selebihnya 45,8 disebabkan oleh faktor-faktor lain. Sementara untuk di perairan estuari, hubungan fluks amonium dengan
parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas memiliki hubungan signifikan positif yang sangat kuat seperti yang ditunjukan oleh nilai koefisien
korelasi berganda R sebesar 0,998. Hal ini mengandung arti bahwa naik turunnya fluks amonium di estuari sangat dipengaruhi secara bersama-sama oleh
parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas. Perolehan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 99,7 memperlihatkan bahwa pengaruh ke empat parameter lingkungan perairan tersebut terhadap naik turunnya fluks
amonium di perairan estuari sebesar 99,7, selebihnya 0,3 berasal dari faktor- faktor lain yang juga mempengaruhi fluks amonium di estuari namun tidak
dimasukkan dalam regresi. Sedangkan hasil analisa korelasi parsial memperlihatkan bahwa fluks
amonium di perairan estuari mempunyai hubungan yang signifikan dengan ke empat parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas dengan
masing-masing nilai koefisien korelasi parsial r berturut-turut untuk korelasi dengan parameter pH, DO, suhu maupun dengan salinitas adalah r
1
= -0,862 r
2
= -0,931, r
3
= -0,982 dan r
4
= -0,973.
5.6.4 Hubungan Fluks DIN dengan Parameter Lingkungan Perairan
Nilai koefisien korelasi berganda antara fluks DIN di pesisir dengan parameter lingkungan perairan sebesar 0,939 memperlihatkan adanya hubungan
yang signifikan positif yang sangat kuat antara fluks DIN di pesisir dengan ke empat parameter lingkungan perairan tersebut. Perolehan nilai koefisien
determinasi R
2
sebesar 88,1 memperlihatkan bahwa pengaruh keempat parameter lingkungan perairan tersebut terhadap naik turunnya fluks DIN di
pesisir sebesar 88,1, selebihnya 11,9 berasal dari faktor-faktor lain yang juga
169
mempengaruhi fluks nitrit di pesisir namun tidak dimasukkan dalam regresi. Sedangkan hasil analisa korelasi parsial memperlihatkan bahwa fluks DIN di
pesisir ternyata mempunyai hubungan yang signifikan dengan DO dan juga dengan salinitas. Nilai koefisien korelasi parsial r berturut turut untuk korelasi
dengan pH, DO, suhu maupun dengan salinitas adalah r
1
= -0,532, r
2
= -0,823, r
3
= -0,474 dan r
4
= -0,715. Sementara pada perairan estuari, hubungan fluks DIN dengan parameter
lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas ternyata juga memiliki hubungan signifikan positif yang sangat kuat seperti yang ditunjukkan oleh nilai
koefisien korelasi berganda R sebesar 0,990. Hal ini mengandung arti bahwa naik turunnya fluks DIN di perairan estuari sangat dipengaruhi secara
bersama-sama oleh parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas. Perolehan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 97,9 memperlihatkan bahwa pengaruh keempat parameter lingkungan perairan tersebut terhadap naik
turunnya fluks DIN di estuari sebesar 97,9, selebihnya 2,1 berasal dari faktor- faktor lain yang juga mempengaruhi fluks DIN di estuari namun tidak
dimasukkan dalam regresi. Hasil analisa korelasi parsial memperlihatkan bahwa fluks DIN di estuari mempunyai hubungan yang signifikan dengan keempat
parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas dengan nilai koefisien korelasi parsial r berturut turut untuk korelasi dengan pH, DO, suhu maupun
dengan salinitas adalah r
1
= -0,903 r
2
= 0,701, r
3
= -0,961 dan r
4
= -0,960.
5.7 Model Pola Arus dan Sebaran Nitrogen di Perairan Tanjungpinang
Arus yang terjadi di perairan pesisir Tanjungpinang umumnya merupakan arus permukaan yang pergerakan massa air secara horisontal di permukaan akibat
tiupan angin dan arus pasang surut yaitu bergeraknya massa air secara horisontal akibat gerak vertikal permukaan air laut karena proses pasang surut sebagai hasil
interaksinya dengan batas-batas perairan pantai, tebing dan dasar laut. Kecepatan arus berpengaruh terhadap sebaran salinitas yang sangat menentukan
terhadap proses pencampuran perairan pesisir dan laut Tanjungpinang. Kecepatan arus pada saat surut lebih besar dari pada saat pasang. Perbedaan tersebut