164
grm
2
detik, dan fluks DIN tertinggi ke dua ditemukan di perairan pesisir Sungai Carang yaitu sebesar 92 x10
-3
grm
2
detik. Selanjutnya di ikuti oleh perairan pesisir Sungai Ladi dan pesisir Sungai Jang yaitu sebesar 89x10
-3
grm
2
detik dan 85x10
-3
grm
2
detik. Sementara fluks DIN pada perairan laut sekitar pelabuhan, perairan pesisir Sungai Dompak dan pesisir Sungai Ular masing-masing adalah
sebesar 45x10
-3
grm
2
detik, 37x10
-3
grm
2
detik dan 30x10
-3
grm
2
detik. Sedangkan fluks yang terendah terdapat pada perairan laut sekitar Selat Riau
21x10
-3
grm
2
detik. Tingginya fluks DIN di sekitar perairan pesisir laut Tanjung Unggat
disebabkan karena konsentrasi DIN cukup tinggi dan kecepatan arus yang tinggi, hal ini disebabkan catchment topografi laut Tanjung Unggat. Sebagaimana
dijelaskan oleh Onderka et al., 2012 bahwa catchment topography memiliki dampak penting terhadap fluks nitrogen inorganik terlarut di perairan. Selanjutnya
juga dikatakan bahwa fluks nitrogen anorganik akan meningkat siring dengan peningkatan jalur aliran gradien. Sedangkan pada laut sekitar Selat Riau
konsentrasi DIN mulai berkurang meskipun kecepatan arus cukup tinggi sehingga transport DIN menjadi rendah Gambar 45.
Gambar 45. Fluks nitrogen anorganik terlarut di perairan pesisir dan laut Tanjungpinang
0,000 0,030
0,060 0,090
0,120 0,150
0,180 0,210
Pesisir Sei. Ular
Pesisir Sei. Ladi
Pesisir Sei. Carang
Pesisir Tg. unggat
Pesisir Sei. Jang
Pesisir Sei. Dompak
Laut sktr Selat Riau
Laut sktr pelabuhan
F lu
k s
N it
ro g
e n
I n
o rg
a n
ik g
m -2
d t-
1
Nitrat Nitrit
Amonium DIN
165
5.6 Hubungan Fluks Nitrogen dengan Parameter Lingkungan Perairan
Guna mengetahui hubungan antara fluks nitrogen anorganik di perairan pesisir dan di perairan estuari dengan parameter lingkungan perairan pH, DO,
suhu dan salinitas, baik hubungan fluks nitrogen anorganik dengan keempat parameter lingkungan perairan secara serempak, maupun hubungan fluks nitrogen
anorganik dengan masing-masing parameter lingkungan perairan maka telah dilakukan analisa korelasi multivariable yang meliputi analisa korelasi parsial dan
analisa korelasi berganda, sebagaimana dijelaskan pada pembahasan berikut ini.
5.6.1 Hubungan Fluks Nitrat dengan Parameter Lingkuran Perairan
Fluks nitrat di perairan pesisir dengan parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas memiliki hubungan signifikan yang positif dan sangat
kuat seperti yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0,930. Hal ini mengandung arti bahwa naik turunnya fluks nitrat di perairan
pesisir sangat dipengaruhi secara bersama-sama oleh parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas. Perolehan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 86 memperlihatkan bahwa pengaruh keempat parameter lingkungan perairan tersebut terhadap naik turunnya fluks Nitrat di pesisir sebesar 86,
selebihnya 14 berasal dari faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi fluks nitrat di pesisir namun tidak dimasukkan dalam regresi. Sedangkan hasil analisa
korelasi parsial memperlihatkan bahwa fluks nitrat di pesisir hanya mempunyai hubungan yang signifikan dengan pH dengan masing-masing nilai koefisien
korelasi parsial r berturut turut untuk korelasi dengan pH, DO, suhu maupun dengan salinitas adalah r
1
= -0,847, r
2
= -0,585, r
3
= -0,385 dan r
4
= -0,611. Hal ini berarti bahwa, naik turunnya fluks nitrat di pesisir dipengaruhi oleh pH dengan
menganggap pengaruh DO, suhu dan salinitas adalah konstan yaitu sebesar 71,7 nilai r
2 1
, selebihnya 28,3 disebabkan oleh faktor-faktor lain. Sementara untuk di estuari, hubungan fluks nitrat dengan parameter
lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas juga memiliki hubungan signifikan yang positif dan sangat kuat seperti yang ditunjukan oleh nilai koefisien
korelasi berganda R sebesar 0,950. Hal ini mengandung arti bahwa naik turunnya fluks nitrat di estuari sangat dipengaruhi secara bersama-sama oleh