169
mempengaruhi fluks nitrit di pesisir namun tidak dimasukkan dalam regresi. Sedangkan hasil analisa korelasi parsial memperlihatkan bahwa fluks DIN di
pesisir ternyata mempunyai hubungan yang signifikan dengan DO dan juga dengan salinitas. Nilai koefisien korelasi parsial r berturut turut untuk korelasi
dengan pH, DO, suhu maupun dengan salinitas adalah r
1
= -0,532, r
2
= -0,823, r
3
= -0,474 dan r
4
= -0,715. Sementara pada perairan estuari, hubungan fluks DIN dengan parameter
lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas ternyata juga memiliki hubungan signifikan positif yang sangat kuat seperti yang ditunjukkan oleh nilai
koefisien korelasi berganda R sebesar 0,990. Hal ini mengandung arti bahwa naik turunnya fluks DIN di perairan estuari sangat dipengaruhi secara
bersama-sama oleh parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas. Perolehan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 97,9 memperlihatkan bahwa pengaruh keempat parameter lingkungan perairan tersebut terhadap naik
turunnya fluks DIN di estuari sebesar 97,9, selebihnya 2,1 berasal dari faktor- faktor lain yang juga mempengaruhi fluks DIN di estuari namun tidak
dimasukkan dalam regresi. Hasil analisa korelasi parsial memperlihatkan bahwa fluks DIN di estuari mempunyai hubungan yang signifikan dengan keempat
parameter lingkungan perairan pH, DO, suhu dan salinitas dengan nilai koefisien korelasi parsial r berturut turut untuk korelasi dengan pH, DO, suhu maupun
dengan salinitas adalah r
1
= -0,903 r
2
= 0,701, r
3
= -0,961 dan r
4
= -0,960.
5.7 Model Pola Arus dan Sebaran Nitrogen di Perairan Tanjungpinang
Arus yang terjadi di perairan pesisir Tanjungpinang umumnya merupakan arus permukaan yang pergerakan massa air secara horisontal di permukaan akibat
tiupan angin dan arus pasang surut yaitu bergeraknya massa air secara horisontal akibat gerak vertikal permukaan air laut karena proses pasang surut sebagai hasil
interaksinya dengan batas-batas perairan pantai, tebing dan dasar laut. Kecepatan arus berpengaruh terhadap sebaran salinitas yang sangat menentukan
terhadap proses pencampuran perairan pesisir dan laut Tanjungpinang. Kecepatan arus pada saat surut lebih besar dari pada saat pasang. Perbedaan tersebut
170
disebabkan oleh terjadinya pertemuan antara arus pasang surut dengan arus dari sungai. Pada saat surut arus dari sungai lebih dominan menuju ke laut, sehingga
arus relatif lebih besar. Arus pasang surut tide induced current di perairan pesisir Tanjungpinang
terjadi sesuai dengan tipe pasang surutnya yaitu arus menuju laut pada saat surut dan arus menuju pantai pada saat air laut pasang. Kecepatan arus pasang surut ini
akan mencapai maksimum pada saat permukaan laut berada pada posisi duduk tengah mean sea level dan semakin melemah pada waktu mendekati pasang
tertinggi maupun surut terendah. Kecepatan arus saat surut menuju pasang umumnya lebih kecil daripada kecepatan arus pasang menuju surut.
Dinamika pola arus dalam parameter kecepatan arus dengan hubungannya dengan penyebaran senyawa nitrogen anorganik terlarut berkaitan dengan proses
pertukaran dan pengangkutan senyawa nitrogen anorganik dan pertukaran oksigen di perairan yang nantinya akan mempengaruhi reaksi pembentukan senyawa nitrit
dan amonium di perairan. Kecepatan arus di perairan dekat pantai umumnya berkisar antara 0,1 mdt sampai 0,6 mdt sedangkan di perairan dekat mulut teluk
merupakan kecepatan yang paling tinggi hingga 0,7 - 0,9 mdt. Proses pencampuran massa air dari darat dan massa air dari laut sangat ditentukan oleh
kekuatan arus dari sungai dan arus pasan surut dari laut. proses pencampuran massa air akan berpengaruh terhadap konsentrasi senyawa-senyawa nitrogen
anorganik di perairan.
5.7.1 Pola Arus di Perairan Tanjungpinang 5.7.1.1 Pola Arus Saat Pasang
Pola arus pada lokasi pengamatan yang merupakan perairan dangkal dan bersifat semi tertutup, maka arus hanya dibangkitkan oleh energi pasang surut.
Pola arus yang diamati dalam penelitian ini hanya terbatas pada pola arus yang terjadi pada saat musim barat, sedangkan untuk pola arus pada saat musim timur
pada penelitian ini dianggap sama disebabkan kerena perairan yang diamati bukan perairan laut yang berbentuk terbuka melainkan perairan dangkal yang jauh dari
pengaruh laut bebas dan terlindung oleh beberapa gugusan pulau-pulau kecil.
171
Secara umum pola arus pada saat pasang tertinggi perbani dan purnama terlihat masuk dari arah Barat kemudian keluar pada batas laut terbuka Utara atau
di bagian Selatan dan ke arah perairan pesisir kota Tanjungpinang. Kecepatan arus relatif lebih besar lebih cepat saat pasang tertinggi perbani terjadi pada batas laut
terbuka bagian Barat dan bagian utara perairan tersebut dengan kecepatan maksimum 1,1 mdet. Kemudian cenderung mengecil lebih lambat di dekat
pesisir sekitar Teluk Tanjungpinang lihat Gambar 46.
Gambar 46. Pola Arus Perairan Tanjungpinang saat Pasang Tertinggi Perbani
Sedangkan pada saat pasang tertinggi purnama, di bagian tengah perairan Tanjungpinang dan berbelok ke arah selatan terjadi kecepatan arus relatif lebih
besar lebih cepat dengan kecepatan maksimum 0,55 mdet. Kemudian cenderung mengecil lebih lambat di batas utara dan selatan serta di sekitar perairan Teluk
Tanjungpinang lihat Gambar 47.
= 1,1 mdet