Pendekatan dan Tahapan Penelitian

3.4.2 Teknik Pengambilan Sample Air

Pengambilan sampel air bertujuan untuk mengetahui gambaran sifat fisika da kimia perairan termasuk kandungan senyawa nitrogen anorganik terlarut di perairan. Penentuan lokasi pengambilan sample atau stasiun pengamatan dilakukan secara sengaja purposive sampling dengan titik pengambilan contoh pada perairan sungai dan perairan pesisir wilayah Kota Tanjungpinang. Pengambilan sample air didasarkan pada pusat-pusat kegiatan penduduk di daratan sebagai sumber aliran limbah yang mengandung nitrogen yang masuk ke perairan pesisir terdiri dari pemukiman masyarakat, industri, hotel dan restoran, peternakan serta pertanian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa stasiun tersebut dianggap dapat mewakili masing-masing lokasi kawasan yang banyak dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik yang berpotensi terhadap pembuangan limbah yang menghasilkan senyawa nitrogen anorganik ke perairan pesisir, sehingga mendapatkan data yang representatif. Penentuan titik-titik pengambilan sample air di sungai dengan pertimbangan bahwa lokasi pengambilan sample air diduga sebagai aliran limbah penghasil nitrogen dari berbagai kegiatan aktivitas penduduk yang mengalir ke perairan pesisir. Titik pengambilan sample air ditentukan pada lokasi hulu tepatnya di muara sungai dan lokasi hilir tepatnya di perairan pesisir laut dengan jarak berkisar 500-1000 meter dari muara sungai. Pengambilan sample air di muara sungai dan di perairan pesisir dilakukan sebanyak 3 tiga kali ulangan dengan interval waktu satu bulan. Pengambilan sample air dilakukan pada kedalaman 0 m dan 5 m dan dilakukan secara komposit. Pengambilan sample air dilakukan pada waktu air surut untuk melihat pengaruh buangan limbah dari daratan, dengan menggunakan botol Nansen, kemudian contoh air dimasukkan ke dalam botol dan disimpan dalam coolbox, selanjutnya di analisis di laboratorium. Lokasi pengambilan sample air terdiri dari 14 empat belas stasiun, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5. Lokasi pengambilan sample air dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Muara sungai Ular dan perairan pesisirnya adalah lokasi stasiun 1 dan 2, terletak di kelurahan kampung bugis kecamatan Tanjungpinang Kota. Kawasan daerah ini merupakan daerah pemukiman dan home stay. 2. Muara Sungai Ladi dan perairan pesisirnya adalah lokasi stasiun 3 dan 4, terletak di kelurahan Tanjung Lanjut kecamatan Tanjungpinang Kota. Kawasan daerah ini merupakan daerah pemukiman, pertanian, peternakan dan restoran. 3. Muara Sungai Carang dan perairan pesisirnya adalah lokasi stasiun 5 dan 6, terletak di kelurahan Air Raja kecamatan Tanjungpinang Timur. Kawasan daerah ini merupakan daerah pemukiman, rumah sakit, pertanian, peternakan. 4. Muara sungai Tanjung Unggat dan perairan pesisirnya adalah lokasi stasiun 7 dan 8, terletak di kelurahan Tanjung Unggat kecamatan Tanjungpinang Barat. Kawasan daerah ini merupakan daerah padat pemukiman penduduk hingga bantaran perairan pantai, hotel dan restoran, pasar, pelabuhan barang, serta berbagai jenis industri. 5. Muara Sungai Jang dan perairan pesisirnya adalah lokasi stasiun 9 dan 10, terletak di Kelurahan Sungai Jang kecamatan Bukit Bestari. Kawasan daerah ini merupakan daerah pemukiman, hotel dan restoran, peternakan dan pelabuhan barang. 6. Muara sungai Dompak dan perairan pesisirnya adalah lokasi stasiun 11 dan 12, terletak di kelurahan Dompak seberang Kecamatan Bukit Bestari. Kawasan daerah ini merupakan daerah kawasan lindung hutan mangrove dan sedikit pemukiman penduduk. 7. Perairan Laut disekitar Selat Riau dan pelabuhan domestik Tanjungpinang adalah stasiun 13 dan 14, merupakan kawasan perairan yang jauh dari sumber masukan limbah dari aktivitas manusia di daratan.

3.4.3 Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan dalam penelitian ini adalah senyawa nitrogen anorganik terlarut yang merupakan gabungan dari senyawa Nitrat, Nitrit dan Amonium di perairan dan parameter fisika-kimia perairan yang saling berinteraksi mempengaruhi konsentrasi senyawa nitrogen anorganik terlarut di kolom air. Parameter yang diamati dalam penelitian ini disajikan pada tabel 9. Tabel 9. Parameter Pengamatan yang diukur dan Metode Analisisnya No. Parameter Satuan AlatMetode Keterangan A. Oseanografi 1. Pasang surut m Tongkat berskala 2 In situ 2. Bathimetri perairan - Peta bathimetri Data Sekunder 3. Volume air M 3 Pengamatan lapang Penghitungan 4. Kecepatan Arus mdet Current meter 2 In situ 5. Kecepatan Angin knot - Data Sekunder

B. Fisika-Kimia Perairan

1. Suhu o C Termometer Insitu 2. TSS mgl Spektrofotometric 1 Laboratorium 3. Salinitas o oo Refraktometer 1 In situ 4. pH - pH meter 1 In situ 5. Oksigen terlarut DO mgl DO meter 1 Titrasi winker, Insitu 6. TOM mgl Spektrofotometric 1 Laboratorium 7. Nitrat NO 3 mgl Ultraviolet Spektrofotometric 1 Laboratorium 8. Nitrit NO 2 mgl Colorimetric 1 Laboratorium 9. Ammonium NH 4 a mgl Spektrofotometric dan Perhitungan 1 Laboratorium 10. N-Total mgl Persulfate 1 Laboratorium

C. Ekologi Mangrove

1. Kerapatan Pohonha Transek 3 In situ 2. Komposisi jenis Jml jenis Transek 3 In situ 3. Luasan ha Analisis GIS 4 Data Sekunder a diperoleh dari perhitungan berdasarkan suhu dan pH terhadap Total Amonia Nitrogen TAN 1 APHA 2012 ; 2 Hadi dan Radjawane 2011 ; 3 Bengen 2002 ; 4 Satapathy 2007

3.4.4 Pengamatan Parameter Oseanografi Perairan

Pengamatan parameter oseanografi perairan dilakukan untuk mengetahui sebaran senyawa Nitrogen anorganik terlarut di perairan pesisir Tanjungpinang. Data yang digunakan dalam pengamatan parameter oseanografi perairan pesisir terdiri dari data primer dan data sekunder, pengamatan data primer dilakukan pengambilan secara in situ. Pasang surut diukur dengan alat bantu papan pembaca yang dipasang di lokasi penelitian. Pembacaan tinggi permukaan air dilakukan selama 3x24 jam pada saat pasang purnama dan surut terendah yang bertujuan untuk mengetahui volume perairan baik pada saat pasang maupun surut. Hasil pengamatan dievaluasi dengan pendekatan harmonik air laut untuk mendapatkan konstanta harmonik barupa amplitudo A dan beda fase g . Kemudian dianalisa untuk mendapatkan tipe pasang surut, kedudukan air laut terendah dan tertinggi yang mungkin terjadi, besar mean sea level S , besar amplitudo dan beda fase setiap konstanta harmonik pasang surut yang merupakan sifat-sifat dari suatu perairan. Termasuk juga komponen pasang surut yang terbesar dan terkecil, tunggang air rata-rata dan waktu pasang surut purnama. Hasil pengamatan pasang surut diklarifikasi dengan data pasang surut yang dikeluarkan oleh instansi terkait. Kecepatan arus, arah arus dan kedalaman juga dilakukankan baik dari data primer maupun data sekunder hasil pengamatan dari instansi terkait.

3.4.5 Pengukuran Kerapatan dan Luas Mangrove

Lokasi yang ditentukan untuk pengambilan contoh vegetasi mangrove dilakukan dengan menentukan stasiun-stasiun atau titik pengamatan pengambilan contoh secara konseptual berdasarkan keterwakilan lokasi kajian. Stasiun pengamatan untuk masing-masing lokasi berbeda sesuai dengan luasan ekosistem mangrove yang dimiliki daerah tersebut. Masing-masing stasiun dalam pengamatannya dibuat garis kearah laut yang nantinya akan digunakan sebagai pengamatan terhadap kerapatan dan jumlah pohon mangrove. Garis yang dibuat mengikuti sebaran mangrove ke arah laut, makin lebar luasan mangrove maka semakin panjang garis yang ditarik. Selanjutnya pengukuran luasan mangrove di kawasan pesisir kota Tanjungpinang digunakan analisis data Citra, dilakukan dengan cara memetakan suatu areal atau kawasan dan menentukan tingkat persentase penutupan lahan mangrove dengan metoda over lay.