risiko terhambatnya atau gagalnya rencana ekspansi Perseroan

44

VI. rIsIKo UsAHA

Investasi dalam Saham Perseroan memiliki risiko. Investor harus secara seksama mempertimbangkan risiko-risiko usaha berikut, serta informasi lainnya sebagaimana dijabarkan dalam Prospektus ini, sebelum melakukan investasi pada saham Perseroan. Tidak hanya risiko-risiko yang dijabarkan di bawah yang dapat mempengaruhi saham Perseroan. Risiko lainnya yang saat ini belum diketahui atau yang saat ini Perseroan anggap tidak relevan dapat juga merugikan usaha, arus kas, hasil kegiatan operasi, kondisi keuangan atau prospek Perseroan. Secara umum, berinvestasi dalam efek dari perusahaan-perusahaan di negara-negara yang pasarnya sedang tumbuh seperti Indonesia memiliki risiko yang tidak secara khusus berkaitan dengan berinvestasi dalam efek di perusahaan-perusahaan di negara-negara dengan perekonomian yang lebih maju. A. risiko yang Berhubungan dengan Kegiatan Usaha Perseroan dan Industri Coking Coal 1. risiko penurunan harga coking coal secara signiikan Harga coking coal mengikuti luktuasi yang signiikan dan setiap penurunan yang signiikan dalam harga yang Perseroan terima untuk batubara Perseroan, dapat secara materiil merugikan kondisi keuangan, hasil kegiatan operasi dan prospek Perseroan. Secara substansial semua pendapatan dan arus kas Perseroan berasal dari penjualan coking coal. Oleh karena itu, harga pasar dari coking coal, dan usaha mempertahankan kegiatan operasional sebagaimana berlangsung saat ini dan kondisi keuangan Perseroan serta hasil kegiatan operasi secara langsung berkaitan dengan permintaan dan harga dari coking coal dan produk-produk yang berkaitan dengan coking coal seperti baja. Permintaan atas batubara dan harga ditentukan oleh berbagai faktor di luar kendali Perseroan, termasuk permintaan atas baja dan produk baja secara internasional, ketersediaan pasokan coking coal yang kompetitif, nilai tukar internasional, kondisi politik dan ekonomi internasional, kondisi cuaca dan biaya produksi di wilayah-wilayah penghasil coking coal. Pasar coking coal di masa yang lampau telah memperlihatkan luktuasi yang signiikan dalam pasokan, permintaan dan harga. Harga kontrak acuan untuk coking coal premium naik dari USD96 per ton pada bulan awal 2008 menjadi sekitar USD300 per ton pada bulan April 2008. Harga kontrak turun pada bulan April 2009 menjadi USD129 per ton namun kembali meningkat sekitar 55 pada bulan April 2010 menjadi USD200 per ton. Harga kontrak meningkat lagi di bulan Juni 2010 menjadi sekitar USD225 per ton untuk pada september 2010. Demikian pula dengan harga spot untuk hard coking coal Australia mencapai USD248 per ton FOB pada bulan Mei 2010, meningkat 136 dari harga spot rata-rata di bulan Mei 2009 USD105 per ton FOB. Namun pada bulan September 2010 terjadi penurunan untuk harga spot dan harga kontrak dengan jangka waktu per kuartal. Harga kontrak untuk hard coking coal premium di kuartal akhir Desember 2010 adalah USD209 per ton FOB, turun sekitar 7 dari kuartal sebelumnya. Harga spot juga menurun pada bulan Juli dan Agustus. Rata-rata harga spot untuk hard coking coal premium Australian adalah sekitar USD203 per ton FOB pada bulan Juli. Harga spot kemudian pulih pada akhir Agustus mencapai USD218 per ton FOB. Apabila harga penjualan batubara jatuh berada di bawah keseluruhan biaya produksi dari kegiatan operasi penambangan Perseroan dan tetap pada tingkat yang sedemikian untuk jangka waktu yang berlangsung lama, Perseroan dapat menderita kerugian dan dapat memutuskan untuk menghentikan kegiatan operasi, yang secara materiil merugikan kondisi keuangan, hasil kegiatan operasi dan prospek Perseroan.

2. risiko terhambatnya atau gagalnya rencana ekspansi Perseroan

Perseroan menghadapi risiko berkaitan dengan program pengembangan Perseroan. Sejak tanggal 31 Desember 2009, Perseroan telah meningkatkan kapasitas produksi coking coal menjadi 200.000 ton per bulan, atau 2,4 mtpa, dan sedang dalam proses pengembangan infrastruktur dan fasilitasnya dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi sebesar 3,6 mtpa pada penghujung 45 tahun 2010 dan sebesar 5,0 mtpa pada penghujung tahun 2011. Kemampuan Perseroan untuk meningkatkan produksi batubara Perseroan tergantung pada sejumlah risiko antara lain: • peralatan dan mesin-mesin yang digunakan untuk meningkatkan produksi mungkin tidak dapat berfungsi sesuai dengan spesiikasi atau harapan Perseroan; • kesulitan dalam memperoleh mesin-mesin, peralatan dan suku cadang, khususnya truk-truk pengangkut batubara, ekskavator dan roda untuk peralatan tersebut, karena terhambat kapasitas dan pasokan akibat permintaan global yang lebih tinggi dari pengadaannya; • keterlambatan memperoleh izin dari Pemerintah Pusat untuk meneruskan rencana pengembangan Perseroan misalnya, penundaan atau kelalaian untuk memperoleh Izin Pinjam Pakai atas keseluruhan wilayah konsesi Perseroan; • belanja modal capex Perseroan yang dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang berada di luar kendali Perseroan, misalnya kenaikan biaya dan tertundanya penyerahan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan operasi pertambangan, kondisi cuaca yang buruk dan tidak diperolehnya persetujuan yang diperlukan, pengadaan karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah yang memadai dan perolehan pembiayaan sesuai dengan kemampuan Perseroan, dapat mempengaruhi kemampuan Perseroan untuk meningkatkan produksi sebagaimana telah direncanakan dan mengembangkan kegiatan operasi Perseroan; • arus kas yang tidak memadai dari kegiatan operasi Perseroan; dan • keadaan lainnya yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya yang timbul dan menghambatmenunda pelaksanaan pengembangan kegiatan produksi Perseroan, termasuk kondisi cuaca buruk seperti curah hujan yang tinggi dan kebakaran hutan, sengketa tanah dengan penduduk desa untuk mengosongkan wilayah konsesi Perseroan dan tidak berfungsinya peralatan dan mesin-mesin pada waktu kegiatan operasi dimulai. Ketidakmampuan Perseroan untuk mengembangkan kegiatan operasi dan produksi karena risiko tersebut di atas Perseroan dapat berdampak yang secara materiil merugikan, kondisi keuangan, hasil kegiatan operasi dan prospek Perseroan. 3. risiko dalam memperoleh, mempertahankan dan memperbarui izin-izin, perjanjian dan persetujuan yang dibutuhkan Kegiatan usaha pertambangan coking coal Perseroan tergantung pada kemampuan Perseroan untuk memperoleh, memelihara dan memperpanjang izin-izin dan mempertahankan konsesi Perseroan dari instansi pemerintah yang berwenang. Perseroan memerlukan berbagai izin dan persetujuan dari instansi Pemerintah baik Pusat maupun daerah untuk melakukan kegiatan operasi pertambangan Perseroan. Perizinan tersebut termasuk izin perusahaan umum, izin pertambangan, izin penanaman modal, izin tenaga kerja, pemenuhan ketentuan mengenai lingkungan hidup, izin pemanfaatan lahan, izin kehutanan, dan izin lainnya. Sebagian besar dari perizinan tersebut memiliki masa berlaku yang berbeda-beda mulai dari enam bulan sampai dengan 30 tahun terhitung sejak tanggal diterbitkannya perizinan tersebut. Perseroan harus memperpanjang semua izin, dan persetujuan Perseroan tersebut jika berakhir, serta harus memperoleh izin, perizinan dan persetujuan yang baru jika diperlukan. Perseroan tidak dapat memastikan bahwa Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah akan menerbitkan atau memperpanjang izin, dan memberikan persetujuan yang diperlukan dalam jangka waktu yang diperkirakan. Kelalaian atau kegagalan untuk memperoleh atau memperpanjang setiap izin, persetujuan yang diperlukan untuk kegiatan operasi Perseroan dapat secara materiil merugikan kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil kegiatan operasi dan prospek Perseroan. PKP2B yang ditandatangani dengan Pemerintah Pusat, memberikan hak eksklusif kepada Perseroan untuk melakukan penambangan di wilayah konsesi Perseroan. Ketentuan dalam PKP2B mengandung risiko yaitu: • Apabila Perseroan lalai untuk memenuhi kewajiban Perseroan berdasarkan PKP2B atau apabila Perseroan melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk kewajiban membayar royalti dan pajak baik kepada Pemerintah Pusat maupun Daerah sesuai dengan peraturan yang 46 berlaku, melanggar ketentuan tentang syarat-syarat penambangan termasuk perlindungan kesehatankeselamatan karyawan dan lingkungan hidup, Pemerintah atau pemerintah daerah yang bersangkutan dapat mengakhiri konsesi Perseroan danatau tidak memberikan izin, persetujuan atau perpanjangan yang diperlukan. Apabila PKP2B diakhiri atau hak Perseroan dibatasi atau izin, persetujuan dicabut atau tidak diperpanjang , maka Perseroan tidak akan dapat meneruskan penambangan batubara dalam wilayah konsesi yang berlaku. Hal tersebut secara materiil merugikan kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil kegiatan operasi dan prospek Perseroan di masa yang akan datang. Selain itu, PKP2B sesuai dengan peraturan KEMR dan UU Pertambangan sedang dalam taraf perundingan untuk menyesuaikannya dengan UU Pertambangan dimana perubahan yang disyaratkan mungkin dapat meningkatkan kewajiban dan biaya Perseroan. • Pihak ketiga dapat membantah keabsahan dari PKP2B. Di masa yang lampau keabsahan dari kontrak-kontrak pertambangan yang diadakan oleh Pemerintah sebelum bulan Oktober 1999 telah dipertanyakan. Karena PKP2B AKT ditandatangani pada tanggal 31 Mei 1999, maka Perseroan tidak dapat menjamin bahwa pihak lainnya tidak akan membantah keabsahan dari PKP2B karena alasan politis atau alasan lainnya dan bahwa Pemerintah akan mengakhiri PKP2B melalui nasionalisasi kegiatan usaha Perseroan atau tetap mematuhi ketentuan PKP2B. Apabila PKP2B diakhiri, maka Perseroan tidak akan dapat melakukan penambangan batubara di dalam wilayah konsesi yang berlaku dan usaha, kondisi keuangan, hasil kegiatan operasi dan prospek Perseroan akan terkena dampak secara materiil yang merugikan. • Mungkin sulit untuk melaksanakan keputusan atau putusan arbitrase terhadap Pemerintah atau pemerintah daerah yang bersangkutan di pengadilan Indonesia. PKP2B mewajibkan para pihak dalam PKP2B untuk menyelesaikan perselisihan antara para pihak dalam PK2B selain perselisihan pajak melalui arbitrase di Jakarta, Indonesia dan untuk menyampaikan perselisihan pajak kepada pengadilan pajak Indonesia. Keputusan arbitrase atau pengadilan pajak Indonesia berkaitan dengan perselisihan berdasarkan PKP2B, mungkin sulit dilaksanakan terhadap Pemerintah di Indonesia. Selain itu, konsesi berdasarkan PKP2B berada dalam wilayah hutan produksi. Untuk sebagian wilayah konsesi pertambangan, Perseroan telah memperoleh Izin Pinjam Pakai yang diberikan oleh Departemen Kehutanan yang memperkenankan Perseroan untuk menggunakan sekitar 1.439 hektar lahan wilayah hutan produksi. Untuk konsesi pertambangan selebihnya Perseroan saat ini sedang melakukan pembahasan dengan pemerintah daerah untuk memperoleh rekomendasi untuk mengajukan permohonan kepada Departemen Kehutanan untuk memperoleh Izin Pinjam Pakai tambahan yang akan memungkinkan Perseroan untuk mengusahakan pertambangan dalam wilayah yang lebih luas dalam blok Kohong. Selain itu, Perseroan berencana untuk mengajukan permohonan Izin Pinjam Pakai tambahan dari Kementrian Kehutanan pada bulan Januari 2011 untuk mengusahakan blok Telakon. Apabila Perseroan tidak dapat memperoleh Izin Pinjam Pakai yang diperlukan untuk mengembangkan produksi bata bara Perseroan, maka keadaan tersebut akan secara merugikan kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil kegiatan operasi dan prospek Perseroan.

4. risiko keterlambatan pengangkutan batubara