Permintaan Coking Coal Pendorong Permintaan Coking Coal

145

c. Permintaan Coking Coal Pendorong Permintaan Coking Coal

Coking coal merupakan salah satu bahan baku utama yang digunakan dalam produksi baja. Hampir seluruh jenis coking coal digunakan dalam proses pembakaran produksi kokas. Sekitar 70 dari total produksi baja secara global bergantung pada coking coal. Oleh karena itu, permintaan atas coking coal sangat bergantung pada dinamika pasar dari industri baja. Produksi baja secara global diestimasikan telah berkembang sebesar 848 mt pada tahun 2000 menjadi 1219 mt pada tahun 2009. Angka ini merepresentasikan compound annual growth rate CAGR sekitar 4, menurun dibandingkan dengan CAGR pada periode 2000-2008 sebesar 6. Untuk pasar Asia Pasiik, permintaan terutama diperkirakan berasal dari negara-negara penghasil baja, yaitu Cina dan India. Dengan jumlah produksi baja mentah sebesar 568 mt pada tahun 2009, Cina memproduksi 47 dari total produksi baja mentah secara global peningkatan yang signiikan dari tahun 2008, ketika Cina memproduksi 38 dari total produksi baja secara global. Peningkatan tersebut disebabkan oleh penurunan produksi baja mentah negara-negara produsen besar lainnya. Seiring dengan tren urbanisasi, Cina diperkirakan akan tetap menjaga pertumbuhan produksi baja yang tinggi. India terus meningkatkan produksi baja mentahnya sepanjang tahun 2008-2009. Pada tahun 2009, India diperkirakan memproduksi 57 mt baja mentah, yang menyumbangkan 4,6 produksi baja mentah dunia. Dalam 5 lima tahun kedepan, produksi baja secara global diperkirakan akan meningkat untuk mencukupi kebutuhan seiring dengan pulihnya permintaan atas baja. Sejumlah 3 tiga produsen baja utama di Cina telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi baja pada tahun 2015. Shanghai Baosteel Group Corporation berencana untuk meningkatkan produksi baja menjadi 50 mtpa pada tahun 2012 dan 66 mtpa pada tahun 2015 atau peningkatan sebesar 65 dari kapasitas produksi sekitar 40 mtpa saat ini. Wuhan Iron Steel Corporation WISCO dan Anshan Iron Steel Group Corporation menargetkan peningkatan kapasitas produksi menjadi 60 mtpa pada tahun 2015, atau peningkatan masing-masing sebesar 50 dan 81 dari kapasitas produksi saat ini dari kedua Perusahaan tersebut. Diperkirakan bahwa produksi baja di Cina akan mencapai 724 mt pada tahun 2012, atau merepresentasikan CAGR sekitar 8 dari tahun 2009. Cadangan coking coal yang terbatas dan permintaan coking coal yang meningkat akibat National Steel Policy Kebijakan Nasional Baja telah mendorong peningkatan produksi baja mentah India dan ketergantungan pada impor coking coal. Produksi baja India diperkirakan mencapai 66 mt pada tahun 2012, meningkat pada CAGR sekitar 5 dari tahun 2009. Untuk jangka panjang, ketergantungan Cina dan India atas impor batubara dan kemampuan para pemasok untuk memenuhi permintaan akan menjadi pendorong utama pasar coking coal. Berikut adalah diagram perkiraan produksi baja dunia tahun 2010-2012: 146 Permintaan Coking Coal Dunia Diyakini bahwa permintaan yang tinggi dan kondisi persediaan di pasar coking coal dunia akan tetap bertahan untuk jangka pendek dan menengah ke depan. Pertumbuhan permintaan utamanya didorong oleh negara-negara berkembang seperti Cina, India, dan Brazil yang diperkirakan akan melampaui pertumbuhan pasokan coking coal untuk jangka pendek dan menengah. Langkanya produksi coking coal berkualitas tinggi dan keterbatasan infrastruktur yang menghambat persediaan di negara-negara eksportir utama seperti Australia, Rusia, Mongolia dan Mozambique diperkirakan akan menyumbang ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan, sehingga terdapat potensi yang sangat besar bagi negara-negara eksportir coking coal lainnya dalam jangka pendek. Diperkirakan bahwa pertumbuhan permintaan coking coal dari negara-negara berkembang akan tetap solid. Pertumbuhan permintaan impor coking coal diperkirakan sebagian besar akan berasal dari Cina dan India dalam satu dekade kedepan. Walaupun terdapat ketidakpastian atas pertumbuhan ekonomi dunia dalam jangka pendek yang direleksikan oleh melambatnya pertumbuhan PDB di Cina pada kuartal kedua tahun 2010 menjadi 10,3 dari 11,9 pada kuartal pertama tahun 2010, aktivitas ekonomi dunia diperkirakan akan tumbuh lebih dari 4 untuk 12 sampai 24 bulan kedepan. Pemulihan kondisi ekonomi global diperkirakan akan didorong oleh pertumbuhan yang berkesinambungan dari negara-negara berkembang dan pulihnya ekonomi di kawasan Amerika Utara, Asia Utara dan Timur, dan Eropa. Permintaan Coking Coal Cina Cina diperkirakan akan tetap menjadi faktor utama dalam perdagangan coking coal global. Kemunculan Cina sebagai importir coking coal telah membangkitkan optimisme atas kekuatan permintaan dan memunculkan kekhawatiran atas kurangnya pasokan. Fakta di Cina adalah sebagai berikut: • Produksi coking coal di Cina diperkirakan tidak dapat mencukupi permintaan dari industri baja di negara tersebut. Kurangnya persediaan atas coking coal kemungkinan besar didorong oleh konsolidasi pada industri pertambangan batubara; kampanye berkelanjutan atas keamanan penambangan batubara dan tekanan dari Pemerintah untuk menutup tambang-tambang yang tidak eisien dan tidak aman; dan perubahan yang dilakukan oleh Pemerintah untuk memindahkan produksi coking coal pada propinsi-propinsi di kawasan pantai timur. • Cina diperkirakan akan tetap mengkonsumsi dalam jumlah besar dan menjadi net importir yang signiikan di industri coking coal dunia. Diperkirakan bahwa permintaan atas impor coking coal akan didorong oleh kurangnya ketersediaan cadangan coking coal domestik, khususnya hard coking coal. • Kurangnya coking coal berperingkat dan berkualitas tinggi juga merupakan hal yang menjadi perhatian bagi pasokan coking coal domestik kedepannya. Sumber daya batubara domestik Cina sesungguhnya memiliki keterbatasan low-to-medium volatility, high-luidity hard coking coal dalam jumlah besar. Hal tersebut dapat menjadi masalah mengingat sektor baja Cina tengah bergerak ke arah konsolidasi dan ukuran blast furnace yang lebih besar sehingga membutuhkan coking coal berkualitas tinggi. Pada umumnya Cina menggunakan lebih banyak coking coal dalam memproduksi campuran kokas dibandingkan dengan cadangan yang ada di negara tersebut. Potensi kurangnya cadangan batubara tersebut mengindikasikan ketergantungan Cina yang berlanjut terhadap impor coking coal. Permintaan Coking Coal India Permintaan dari India juga merupakan faktor penting di pasar coking coal yang didorong oleh kurangnya produksi hard coking coal dan program ekspansi industri baja yang cukup ambisius. Pemerintah India menargetkan peningkatan produksi baja per tahun menjadi 100 mtpa pada tahun 2020. Pada tahun 2009, produksi baja per tahun mencapai sekitar 57 mtpa atau sebesar 4,6 dari produksi baja global. Untuk dapat mencapai target 100 mt pada tahun 2020, produksi baja di India harus meningkat dengan CAGR lebih dari 5. Fakta di India adalah sebagai berikut: • Peningkatan kapasitas baja direncanakan sesuai dengan permintaan domestik dan asing untuk satu dekade kedepan. ArcelorMittal telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kamataka State Government untuk proyek 6 mtpa dan Indian state-owned Steel Aurthority of India SAIL akan 147 meningkatkan kapasitas produksi bajanya menjadi 24,6 mtpa pada tahun 2012-2013 dari level saat ini, yaitu 13,5 mtpa. • Peningkatan kapasitas baja direncanakan sesuai dengan permintaan domestik dan asing untuk satu dekade kedepan. ArcelorMittal telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kamataka State Government untuk proyek 6 mtpa dan Indian state-owned Steel Aurthority of India SAIL akan meningkatkan kapasitas produksi bajanya menjadi 24,6 mtpa pada tahun 2012-2013 dari level saat ini, yaitu 13,5 mtpa. • Tingkat pertumbuhan impor coking coal India untuk jangka pendek dan menengah diperkirakan akan bergantung pada tingkat pertumbuhan kapasitas produksi baja di India. Permasalahan terkait kurang memadainya infrastruktur, intervensi Pemerintah dan kesenjangan sosial antar propinsi dan agama juga dapat menghambat laju pertumbuhan industri baja India. Permasalahan terkait infrastruktur diperkirakan akan dapat diselesaikan dalam jangka panjang. • Salah satu faktor penting yang mempengaruhi permintaan impor coking coal di India adalah semakin jauhnya ketimpangan antara permintaan dan pasokan, khususnya atas hard coking coal berkualitas tinggi. Produksi coking coal di India hanya mewakili 5-6 dari total produksi batubara di India, yang menyebabkan kurangnya persediaan coking coal di negara tersebut. Permasalahan tersebut ditambah dengan implementasi kebijakan baja nasional yang ambisius dalam meningkatkan kapasitas produksi sehingga meningkatkan permintaan atas batubara di India. • Potensi dari pertumbuhan impor coking coal di India masih tergolong menjanjikan mengingat pertumbuhan permintaan baja yang diperkirakan akan meningkat sebagai akibat dari pengeluaran terkait infrastruktur dan meningkatnya penjualan sepeda motor. Industri baja di India juga diuntungkan dengan persediaan bijih besi yang melimpah, industri gas alam domestik serta biaya tenaga kerja yang rendah. Permintaan Coking Coal negara Lain Pulihnya perekonomian negara-negara maju dapat mendukung pertumbuhan permintaan coking coal seiring dengan kembalinya negara-negara importir coking coal seperti Jepang, Amerika Utara dan Eropa untuk memperoleh coking coal. Negara-negara yang pada umumnya menjadi pelanggan coking coal telah memperlihatkan tanda-tanda pemulihan dari krisis keuangan global dan sejumlah perusahaan coking coal besar juga telah memberikan sinyal atas penguatan re-stocking cycles pada negara-negara tersebut. Meskipun demikian, pertumbuhan permintaan di negara-negara maju diperkirakan masih cenderung lemah, khususnya di wilayah Eropa, mengingat ketidakstabilan keuangan yang terjadi akibat soveriegn debt masih memiliki risiko penurunan. Berikut adalah diagram impor coking coal yang diperdagangkan secara global tahun 2000 – 2012: • Permintaan Jepang atas impor coking coal turun sekitar 14 pada tahun 2009 seperti level sebelum tahun 1980. Jepang menunjukkan pemulihan di tahun 2010 dengan impor perkiraan coking coal sebesar 56 MT, meningkat sekitar 7 dari impor yang rendah di tahun 2009. Pertumbuhan ini tidak signiikan bila dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan permintaan Cina dan India. Pertumbuhan permintaan jangka panjang Jepang diperkirakan lat karena ekonomi yang sudah maju dan besarnya hutang publik yang membatasi potensi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. • Korea Selatan diharapkan akan pulih dan meningkatkan permintaan impor coking coal menjadi sebesar 9 pada tahun 2010. Pemulihan ekonomi dan pertumbuhan impor yang coking coal lebih tinggi akan menciptakan level yang lebih stabil di Korea Selatan dibandingkan Jepang. Industri Korea Selatan dalam pembuatan kapal, otomotif dan berbagai mesin akan menciptakan permintaan yang tinggi pada produk baja. Produsen baja terkemuka Korea Selatan telah meningkatkan target produksinya pada tahun 2010. POSCO Pohang Iron and Steel Company memperkirakan akan meningkatkan produksi baja mentahnya untuk mencapai sekitar 35 mt pada tahun 2010, meningkat 17 dari tahun sebelumnya • Permintaan impor coking coal dari negara-negara EU-15 Eropa diperkirakan akan turun sekitar 34 pada tahun 2009. Diperkirakan EU-15 akan mengalami pertumbuhan sekitar 3 CAGR dari tahun 2009 ke tahun 2012. Dalam jangka panjang, permintaan impor di Eropa akan berlanjut tumbuh pada level yang lebih konservatif dibandingkan dengan negara-negara berkembang. Permintaan baja di Eropa diharapkan akan pulih seiring dengan dampak stimulus iskal, ketersediaan pinjaman untuk sektor konstruksi dan peningkatan kepercayaan konsumen. Hal ini mendorong produksi baja yang meningkat akibat sempat tertundanya konstruksi dan proyek infrastruktur dan produksi otomotif. 148 Permintaan Coking Coal Indonesia Permintaan atas coking coal di Indonesia masih dibatasi oleh ukuran dari industri baja. Dalam satu dekade terakhir, produksi baja di Indonesia adalah 0,2-0,3 dari total produksi baja secara global. Pada tahun 2009, jumlah baja yang diproduksi mencapai sekitar 4 mt sedangkan jumlah produksi global mencapai 1.219 mt. Permintaan coking coal di Indonesia masih relatif rendah. Penggunaan batubara oleh industri metalurgi Indonesia diperkirakan masih berada dibawah 5 dari jumlah konsumsi batubara domestik. International Energy Agency memperkirakan konsumsi coking coal di Indonesia mencapai sekitar 1,7 mt pada tahun 2008. Permintaan atas coking coal di Indonesia diperkirakan akan tumbuh secara berkesinambungan bersamaan dengan pertumbuhan industri batubara domestik. Produksi baja di Indonesia diperkirakan akan meningkat dengan CAGR lebih dari 4 untuk 2 tahun mendatang. Saat ini terdapat rencana untuk meningkatkan produksi baja domestik dan mengurangi ketergantungan industri hilir baja atas bahan baku impor. PT Krakatau Steel PTKS, produsen baja milik Pemerintah telah mengumumkan pembukaan tender atas persediaan 1,3 mtpa blast furnace yang akan dilaksanakan pada akhir 2012. PTKS saat ini memproduksi 1,6 mtpa slab dan berencana untuk memproduksi 2,4 mtpa slab setelah blast furnance baru tersebut telah beroperasi. Dana yang diperlukan untuk membangun blast furnance dan infrastruktur terkait diperkirakan mencapai USD450 juta. PTKS juga berencana untuk meningkatkan kapasitas hot strip mill dari 2 mtpa menjadi 2,5 mtpa. Peningkatan tersebut dijadwalkan akan selesai pada akhir tahun 2010 yang dilanjutkan dengan rencana peningkatan produksi menjadi 3,5 mtpa pada tahun 2013. PTKS juga dalam tahap diskusi perjanjian joint venture dengan produsen baja dari Korea Selatan, yaitu POSCO, untuk membangun 6 mtpa integrated steel mill di lokasi plant saat ini di Cilegon, Jawa Barat. Pabrik baja tersebut diperkirakan akan memulai produksi pada akhir tahun 2013 atau awal tahun 2014. Pertumbuhan konsumsi coking coal di Indonesia secara tidak langsung dipengaruhi oleh kompetisi permintaan kebutuhan listrik domestik. Dengan estimasi 54 populasi memiliki akses terhadap listrik, konsumsi listrik diperkirakan akan meningkat secara signiikan. Berhadapan dengan potensi harga minyak yang terus meningkat, produksi minyak domestik yang menurun dan krisis energi yang muncul, Pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan untuk meningkatkan porsi penggunaan batubara terhadap jumlah konsumsi energi dari 11 menjadi 33 pada tahun 2025. Pemerintah Indonesia juga menargetkan kapasitas marjin cadangan sekurang-kurangnya sebesar 30 pada saat ini diperkirakan sebesar 15. Implikasi dari kebutuhan listrik dalam negeri dapat membatasi jumlah aspal batubara yang dapat dicuci dan diolah lebih lanjut untuk digunakan sebagai coking coal kelas rendah seperti semi-soft coking dan PCI batubara, dan pada gilirannya, berpotensi meningkatkan kebutuhan impor coking coal.

d. Pasokan Coking Coal Pendorong Pasokan Coking Coal