Metode Penambangan Batubara Peringkat Batubara

141 Pada umumnya, premium coking coal merupakan kandungan terbesar “base load” hard coking dalam campuran coking coal pada pabrik-pabrik baja besar, dengan bagian antara 15 dan 40 dari total campuran, atau sampai dengan 50 pada campuran merchant coke plant. coking coal dengan kualitas yang lebih rendah seperti semi-soft coking coal biasanya digunakan sebagai komponen campuran coking atau sebagai PCI coal. PCI coal secara umum dimasukkan ke dalam blast furnace untuk memperoleh karbon yang diperlukan dalam proses pembuatan besi dan terkadang dapat menggantikan hard coking coal. • Thermal coal, yang juga biasa disebut sebagai steaming coal, merupakan jenis batubara yang banyak digunakan dalam pembangkitan energi listrik. Selain itu, thermal coal juga dapat digunakan dalam proses direct heating, space and water heating, process heating dan produksi semen. Seluruh batubara hitam kecuali yang dikategorikan sebagai coking coal merupakan bagian dari thermal coal. Secara umum, seluruh jenis batubara dapat digunakan sebagai thermal coal, namun tidak semua batubara dapat digunakan untuk tujuan coking.

2. Metode Penambangan Batubara

Penggunaan teknik penambangan yang paling tepat ditentukan oleh karakteristik lapisan batubara seperti lokasi, kedalaman dan jumlah cadangan batubara yang dapat ditambang secara ekonomis. Pada umumnya lapisan batubara yang tebal dan memiliki kedalaman yang dekat terhadap permukaan lebih mudah untuk ditambang dibandingkan dengan lapisan batubara yang tipis dan terletak jauh dari permukaan tanah. Batubara ditambang menggunakan metode penambangan terbuka surface atau open-cut dan metode bawah tanah underground. AKT pada saat ini menggunakan metode penambangan terbuka dalam kegiatan operasionalnya di Blok Kohong dan juga berencana untuk menggunakan metode serupa dalam menambang Blok Telakon. Metode penambangan terbuka pada umumnya digunakan apabila lapisan batubara memiliki kedalaman kurang dari 80 meter dibawah permukaan, walaupun kedalaman sampai dengan 250 meter sudah pernah dilakukan. Dalam industri batubara dunia, penambangan dengan skala besar yang menggunakan metode penambangan terbuka merupakan hal yang masih relatif baru. Biaya terkait dengan kegiatan overburden removal mengangkat material yang tidak memiliki nilai ekonomis yang berada diatas lapisan batubara merupakan alasan utama pembatasan penggunaan metode penambangan terbuka. Namun demikian, perkembangan teknologi telah menjadikan kegiatan penambangan menggunakan metode tersebut menjadi memungkinkan secara ekonomis. Penambangan terbuka memiliki keunggulan dibandingkan dengan penambangan bawah tanah dalam hal keselamatan kerja dan jumlah batubara yang dapat ditambang secara ekonomis karena penambangan bawah tanah membutuhkan penggunaan pilar-pilar untuk menyokong kegiatan pertambangan dan mengurangi jumlah batubara yang dapat ditambang. Oleh karena itu, penambangan terbuka dapat menambang batubara secara utuh.

3. Peringkat Batubara

Satu unit batubara dapat diklasiikasikan berdasarkan level kematangan geologis yang dicapai yang dapat diobservasi berdasarkan properti isiknya. Sistem pemeringkatan dimulai dengan peat langkah pertama dalam pembentukan batubara, yang diikuti dengan lignit, sub-bituminus, bituminus dan antrasit. Karakteristik isik dan kimia utama yang membedakan peringkat batubara adalah sebagai berikut: • Lignit merupakan batubara yang berwarna kecoklatan dan memiliki penampilan seperti kayu atau tanah liat. Pada saat pertama kali ditambang, lignit memiliki kandungan air sebesar 30 - 40 dengan energi potensial yang rendah. Kandungan air yang terdapat pada lignit dapat hilang apabila terhubung langsung dengan kondisi cuaca sehingga dapat terbakar secara spontan. Apabila dihancurkan, lignit akan berbentuk menjadi bubuk berwarna kecoklatan, sedangkan sebagian besar batubara kecuali cannel coal umumnya menjadi bubuk berwarna hitam. 142 • Batubara sub-bituminus dapat dibedakan dengan lignit dengan warna hitamnya dan bentuk yang tidak lagi seperti kayu. Batubara tersebut juga dapat dibedakan dengan batubara bituminus dari pengenduran saat ditambang pembentukan retak dan dehidrasi yang meresap di bagian-bagian yang terpengaruh oleh kondisi cuaca. • Kelompok batubara bituminus terdiri dari berbagai jenis batubara yang tidak banyak terpengaruh oleh kondisi cuaca, kecuali apabila terhubung langsung dengan cuaca untuk jangka waktu beberapa bulan yang panjang yang menyebabkan batubara akan mulai terpecah dan berbentuk prisma. Kelompok batubara ini memiliki fuel ratio sebesar 3 tiga. Fuel ratio yang sering digunakan dalam mengevaluasi thermal coal, merupakan jumlah ixed carbon yang dibagi volatilitas dari unsur. Seluruh jenis coking coal merupakan jenis batubara kelompok bituminus dan merupakan jenis batubara yang paling banyak diperjualbelikan secara internasional. Secara umum, semua jenis batubara dapat digunakan sebagai thermal coal, namun dengan persyaratan yang lebih ketat untuk coking coal, jenis batubara yang dapat digunakan adalah hanya batubara berjenis bituminus. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak ada deinisi yang jelas atas coking coal selain penggunaannya dalam pembuatan baja, sehingga diperlukan perhatian khusus dalam membedakan antara thermal dan coking coal, dan jenis-jenis dari coking coal. • Antrasit merupakan tipe batubara yang paling keras, tidak berasap dan tingkat fuel eficiency yang tinggi walaupun lebih rendah dari tipe batubara semi-anthracite, dengan fuel ratio antara 10 dan 60. Jenis batubara yang memiliki fuel ratio melebihi 60 sulit untuk dibakar dan mendekati komposisi graphitic. Berikut adalah diagram jenis-jenis batubara:

4. Klasiikasi Coking Coal