risiko ketidakmampuan para pengguna batubara untuk mematuhi standar lingkungan hidup

61 pailit. Karena batubara yang Perseroan hasilkan dalam kegiatan operasi Perseroan merupakan milik Pemerintah, maka apabila Perseroan dinyatakan pailit, dilikuidasi atau ditutup, maka aset Perseroan mungkin tidak memadai untuk memenuhi klaim yang belum diselesaikan dari para kreditor Perseroan atau untuk membuat pembagian kepada para pemegang saham Perseroan. Selain itu, dengan berakhirnya PKP2B, maka semua properti Perseroan yang berada di wilayah konsesi harus ditawarkan untuk dijual kepada Pemerintah dengan biaya atau nilai pasar yang rendah. Setiap dari properti Perseroan yang digunakan untuk tujuan publik seperti jalan, terminal, lapangan terbang perintis, sekolah atau rumah sakit juga akan menjadi milik Pemerintah tanpa ganti rugi.

29. risiko luktuasi biaya angkutan pengiriman laut dan gangguan dalam angkutan

Fluktuasi dalam biaya angkutan pengiriman laut dan gangguan dalam angkutan dapat secara merugikan mempengaruhi permintaan untuk batubara Perseroan dan meningkatkan persaingan dari produsen batubara di bagian Asia lainnya dan di dunia. Biaya angkutan pengiriman laut, yang merupakan bagian yang signiikan dari keseluruhan biaya batubara yang dibeli oleh para konsumen Perseroan, merupakan faktor yang sangat penting dalam keputusan pembelian para konsumen Perseroan. Berdasarkan ketentuan dari sebagian besar perjanjian pemasokan batubara Perseroan, konsumen bertanggung jawab atas pembayaran biaya angkutan pengiriman laut. Kenaikan dalam biaya angkutan pengiriman laut dapat membuat batubara Perseroan menjadi kurang kompetitif dari pada sumber coking coal lainnya. Penurunan yang siginiikan dalam biaya angkutan pengiriman laut atau tidak adanya gangguan dalam sistem angkutan pengiriman laut batubara dapat mengakibatkan meningkatnya persaingan dari para produsen coking coal di bagian lainnya di dunia. Penurunan dalam tarif angkutan pengiriman laut dapat memberikan peluang kepada para pesaing Perseroan dari bagian lainnya di dunia untuk melayani para konsumen di pasar Perseroan, tergantung pada kedekatan dengan pasar sasaran. Perseroan bergantung pada kapal-kapal untuk menyerahkan batubara kepada para konsumen Perseroan. Sementara para konsumen Perseroan biasanya mengatur dan membayar angkutan pengiriman laut batubara dari terminal pengiriman batubara Perseroan ke titik penggunaan, gangguan terhadap layanan angkutan pengiriman laut ini karena ketersediaan pengiriman, masalah yang berkaitan dengan cuaca, masalah logistik atau peristiwa lainnya dapat secara sementara membatasi kemampuan Perseroan untuk memasok batubara kepada para konsumen Perseroan atau dapat mengakibatkan klaim biaya kelebihan waktu berlabuh oleh para pemilik kapal karena keterlambatan pemuatan. Selama enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2010, Perseroan telah membayar sekitar USD521.743. untuk klaim biaya kelebihan waktu berlabuh. Setiap faktor tersebut di atas dapat menimbulkan dampak yang secara materiil merugikan terhadap usaha, kondisi keuangan, hasil kegiatan operasi dan prospek Perseroan.

30. risiko ketidakmampuan para pengguna batubara untuk mematuhi standar lingkungan hidup

Mungkin sulit bagi para pengguna batubara untuk mematuhi standar lingkungan hidup yang berkaitan dengan penggunaan coking coal dalam produksi baja yang mengakibatkan menurunnya permintaan untuk coking coal dan secara merugikan berdampak kepada volume penjualan Perseroan. Baja diproduksi dalam tanur tinggi yang memanfaatkan batubara termal atau gas alam sebagai sumber panas. Apabila batubara termal digunakan, maka produksi baja tersebut menghasilkan ketidakmurnian, termasuk sulfur, merkuri, klorin dan unsur serta senyawa lainnya, yang banyak di antaranya dilepaskan ke udara. Peraturan lingkungan hidup yang lebih tegas tentang emisi dari pabrik industri dapat meningkatkan biaya produksi baja, dengan demikian mengurangi produksi baja dan akibatnya permintaan untuk coking coal dalam industri pembuatan baja, volume penjualan baru bara Perseroan dan harga penjualan batubara Perseroan, yang dapat menimbulkan dampak yang secara materiil merugikan kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil kegiatan operasi dan prospek Perseroan. 62 Indonesia dan lebih dari 200 negara lainnya telah menandatangani Konvensi Kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim Tahun 1992, yang dimaksudkan untuk membatasi atau mengurangi emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida. Pada tahun 1997, di Kyoto, Jepang, para penandatangan konvensi tersebut membuat sasaran khusus untuk mengurangi emisi gas rumah kaca bagi negara-negara maju. Sasaran emisi khusus berbeda dari negara yang satu dengan negara yang lain. Pada bulan Desember 2007, para penandatangan konvensi ikut serta dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Bali, Indonesia. Pada konferensi tahun 2007 tersebut, para peserta sepakat untuk mengadopsi “Peta Jalan Bali”, yang menjabarkan proses perundingan baru yang diharapkan akan diakhiri pada tahun 2009 dan untuk memulai perjanjian internasional pasca tahun 2012 tentang perubahan iklim atau legislasi komprehensif lainnya yang berfokus pada emisi gas rumah kaca dapat memiliki dampak yang membatasi produksi baja dalam tanur tinggi yang memanfaatkan batubara termal. Hal-hal tersebut di atas dapat menimbulkan dampak yang secara materiil merugikan kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil kegiatan operasi dan prospek Perseroan.

31. risiko pertanggungan asuransi yang tidak melindungi semua potensi kerugian