Klasiikasi Coking Coal InDUsTrI PerTAMBAngAn BATUBArA COKInG COAL

142 • Batubara sub-bituminus dapat dibedakan dengan lignit dengan warna hitamnya dan bentuk yang tidak lagi seperti kayu. Batubara tersebut juga dapat dibedakan dengan batubara bituminus dari pengenduran saat ditambang pembentukan retak dan dehidrasi yang meresap di bagian-bagian yang terpengaruh oleh kondisi cuaca. • Kelompok batubara bituminus terdiri dari berbagai jenis batubara yang tidak banyak terpengaruh oleh kondisi cuaca, kecuali apabila terhubung langsung dengan cuaca untuk jangka waktu beberapa bulan yang panjang yang menyebabkan batubara akan mulai terpecah dan berbentuk prisma. Kelompok batubara ini memiliki fuel ratio sebesar 3 tiga. Fuel ratio yang sering digunakan dalam mengevaluasi thermal coal, merupakan jumlah ixed carbon yang dibagi volatilitas dari unsur. Seluruh jenis coking coal merupakan jenis batubara kelompok bituminus dan merupakan jenis batubara yang paling banyak diperjualbelikan secara internasional. Secara umum, semua jenis batubara dapat digunakan sebagai thermal coal, namun dengan persyaratan yang lebih ketat untuk coking coal, jenis batubara yang dapat digunakan adalah hanya batubara berjenis bituminus. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak ada deinisi yang jelas atas coking coal selain penggunaannya dalam pembuatan baja, sehingga diperlukan perhatian khusus dalam membedakan antara thermal dan coking coal, dan jenis-jenis dari coking coal. • Antrasit merupakan tipe batubara yang paling keras, tidak berasap dan tingkat fuel eficiency yang tinggi walaupun lebih rendah dari tipe batubara semi-anthracite, dengan fuel ratio antara 10 dan 60. Jenis batubara yang memiliki fuel ratio melebihi 60 sulit untuk dibakar dan mendekati komposisi graphitic. Berikut adalah diagram jenis-jenis batubara:

4. Klasiikasi Coking Coal

Sampai saat ini tidak ada standard dunia yang melakukan pemeringkatan dan pengklasiikasian coking coal. Umumnya coking coal diklasiikasi berdasarkan enam peringkat sebagai berikut: Coal Type Ash Volatile Matter Crucible gieseler Coke strength Mean Maximum swelling Maximum after reaction relectance number Fluidity air dried air dried ddpm Premium hard coking 8.5 19 - 38 8 - 9 500 - 30,000 55 - 74 0.80 - 1.60 Standard hard coking 9.7 19 - 38 6 - 9 200 - 25,000 55 0.80 - 1.60 Semi-hard coking 8.0 - 10.5 17 - 26 4 - 6 200 - 5,000 50 - 60 0.80 - 1.70 Semi-soft coking 8.0 - 11.0 25 - 41 3 - 8 50 - 30,000 45 - 55 0.70 - 0.95 Low-colatile PCl 6,0 - 10.5 10 - 19 1 - 2 na na 1.20 - 3.00 High-volatile PCl 4.0 - 10.0 26 - 42 1 - 5 na na 0.70 - 0.95 Pada umumnya, faktor yang paling penting dalam menentukan kualitas batubara adalah kandungan energi, kandungan mineral seperti abu, volatile matter, ixed carbon, sulfur, nitrogen dan trace elements dan tingkat kelembaban. Dalam hal coking coal, karakteristik spesiik coking juga merupakan hal yang penting, diantaranya: 143 • Abu: Kandungan abu pada batubara merupakan residu anorganik yang tersisa setelah batubara dibakar. Abu adalah materi yang tidak mudah terbakar and bias menyebabkan masalah pembuangannya. Abu juga dapat menyebabkan korosi dan abrasi ketel uap dan kerak pada perapian. • Volatile Matter: Persentase komponen batubara utamanya merupakan senyawa organik dan kotoran mineral, tidak termasuk kelembaban inheren kering. • nilai Pemuaian Batubara Crucible swelling number atau “Csn” atau Free swelling Index: Tingkat muai bebas dari 1 gram sampel bataubara yang telah digerus yang dipanaskan dalam suhu tinggi 800°C dalam specialised silica crucible. Nilai pemuaian yang tinggi antara 1-9 memiliki karakteristik properti pemuaian dan caking yang kuat dari suatu batubara yang diperlukan dalam pembuatan kokas. • gieseler Maximum Fluidity: merupakan tingkat luiditas dari batubara selama proses karbonisasi, dimana batubara berubah bentuk dari solid menjadi bentuk luid plastis, dan kemudian berubah bentuk menjadi fused porous solid “coke” pada saat pendinginan. Tingkat luiditas yang tinggi sangat berguna dalam proses pembuatan kokas. • Coke Strength after Reaction “CSR”: Pengujian yang mengukur kekuatan relatif batubara yang terletak di tengah blast furnace. Untuk hard coking coal berkualitas, nilai CSR sekurang-kurangnya 55 sebelum reaksi terjadi. • Mean Maximum Relectance: Tingkat releksi dari vitrinit digunakan sebagai indeks dalam penentuan peringkat batubara. Vitrinit merupakan komponen utama dari batubara yang memiliki ciri yang terang, mengkilat, yang berasal dari batang tumbuhan. Vitrinit merupakan tipe dari maceral, yang merupakan unit organik yang membentuk masa batubara. Pada umumnya, vitrinit pada batuabara dengan peringkat bituminus memiliki warna gradasi antara oranye dan merah apabila dilalui cahaya dan masih memiliki struktur botanis. Pada umumnya, batubara berperingkat tinggi memiliki vitrinite macerals yang lebih relektif. Hard coking coal dan semi-hard coking coal merupakan batubara berperingkat tinggi, sedangkan semi-soft coking coal berperingkat rendah–sedang. Coking coal pada umumnya memiliki Mean Maximum Relectance yang lebih tinggi dari 0,7 .

5. Karakteristik Pasar Batubara