Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 260 yang dilakukan oleh organ yayasan untuk tujuan yayasan jika tujuan tersebut tidak ada dirumuskan dalam Anggaran Dasar yayasan maka tetap organ yayasanlah yang harus bertanggungjawab, sehingga prinsip pertanggungjawaban dalam undang-undang ini adalah penguruslah yang bertanggungjawab. b.Prinsip mengenai kapan dan dalam hal apa badan hukum melakukan tindak pidana tidak ada dirumuskan dalam undang-undang ini, tetapi ketentuan mengenai kapan organ yayasan melakukan tindak pidana disebutkan pada Pasal 70, namun perbuatan itu bukanlah perbuatan yang merugikan pihak ketiga melainkan perbuatan pidana yang dilakukan oleh organ yayasan terhadap yayasan selaku badan hukum. ”Setiap anggota organ yayasan yang melangar ketentuan sebagimana dimaksud dalam pasal 5...”. c.Sanksi pidana hanya ditujukan kepada organ yayasan yang melakukan tindak pidana terhadap yayasan. 209

97. Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-

Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tindak pidana tersebut berupa mengalihkan atau membagikan secara langusung atau tidak langsung kekayaan yayasan kepada Pembina, Pengurus, Pengawas, karyawan Pasal 5. Prinsip pertangungjawban pidana korporasi pada Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi tetap diatur pada Undang-Undang No. 31 209 Pasal 70 ayat 1: Setiap anggota organ yayasan yang melanggar ketentua sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 261 Tahun 1999 pada Pasal 20 ayat 1, dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap: 210 1. Korporasi; 2. pengurus; 3. Korporasi dan Pengurusnya. 211 Perubahan pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 diantaranya menyangkut berat-ringan hukuman dengan minimum 5 Tahun dan maksimum 12 Tahun serta mengatur mengenai pelakunya. Ketentuan itu dapat dilihat pada Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12.

98. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

a. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi secara hukum pidana materil merumuskan siapa saja yang dapat dipertanggungjawabkan pada Pasal 56 ayat 1 yang menyatakan bahwa 210 Pasal 20 ayat 1 Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau pengurusnya. 211 Sutan remi, Op-Cit, hal. 154. Siapa yang dimaksud dengan “pengurus” dalam Pasal 20 ayat 1 Pasal 20: Ayat 1 Yang dimaksud dengan pengurus adalah organ korporasi yang menjalankan kepengurusan korporasi yang bersangkutan sesuai dengan anggaran dasar sebagai frasa pertama, termasuk mereka yang dalam kenyataannya memiliki kewenangan dan ikut memutuskan kebijakan korporasi yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi sebagai frasa ke dua. Menurut undang-undang tersebut yang dimaksud dengan”pengurus” buka terbatas kepada mereka yang menjadi organ korporasi yang menjalankan kepengurusannya sebagaimana ditentukan dalam anggran dasar frasa pertama tetapi termasuk juga siapa saja yang dalam kenyataannya atau secara faktual menetukan kebijakan korporasi frasa kedua. Pengurus dalam arti pertama adlah pegngurus dalam arti formal yuridis, sedangkan pengurus dalam frasa kedua adalah mereka yang sekalipun secara formal yuridis untuk memiliki kewenagan untuk melakukan kepengurusan, tetapi secara faktual menjlankan kepengurusan. Menjalankan kepengurusan oleh mereka yang dimaksud dalam frasa kedua tersebut biasanya dilakukan dengan mengendalikanm pengurus yang dimaksud dalam frasa pertama. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 262 dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini bab tentang ketentuan pidana dilakukan oleh atau atas nama badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap, tuntutan dan pidana dikenakan terhadap: 212 1. Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap; danatau 2. Pengurusnya. b. Rumusan-rumusan mengenai perbuatan yang diancam dengan pidana disebutkan juga pada Pasal 56 yakni ”dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas nama Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap”, sehingga tindak pidana yang dimaksud dalam bab ini mungkin saja dilakukan oleh badan usaha meskipun tidak dengan penyebutan dilakukan oleh badan usaha. Pasal-pasal tersebut meliputi: 1. Pasal 51: 1 Setiap orang yang melakukan Survei Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 1 tanpa hak dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun atau denda paling tinggi Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah. 2 Setiap orang yang mengirim atau menyerahkan atau memindahtangankan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 tanpa hak dalam bentuk apa pun dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun atau denda paling tinggi Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah. 2. Setiap orang yang melakukan Eksplorasi danatau Eksploitasi tanpa mempunyai Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan denda paling tinggi Rp60.000.000.000,00 enam puluh miliar rupiah. 3. Pasal 53: Setiap orang yang melakukan : a. Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Pengolahan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima 212 Pasal 56 ayat 1: Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas nama badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap, tuntutan dan pidana dikenakan terhadap badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap danatau pengurusnya. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 263 tahun dan denda paling tinggi Rp50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah; b. Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Pengangkutan dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun dan denda paling tinggi Rp40.000.000.000,00 empat puluh miliar rupiah; c. Penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Penyimpanan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling tinggi Rp30.000.000.000,00 tiga puluh miliar rupiah; d. Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Niaga dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling tinggi Rp30.000.000.000,00 tiga puluh miliar rupiah. 4. Pasal 54: Setiap orang yang meniru atau memalsukan Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi dan hasil olahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan denda paling tinggi Rp60.000.000.000,00 enam puluh miliar rupiah. 5. Pasal 55: Setiap orang yang menyalahgunakan Pengangkutan danatau Niaga Bahan Bakar Minyak yang disubsidi Pemerintah dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan denda paling tinggi Rp60.000.000.000,00 enam puluh miliar rupiah. c. Sanksi yang diberikan terhadap badan usaha korporasi berupa pidana denda, dengan ketentuan paling tinggi pidana denda ditambah 13 sepertiga pasal 56 ayat 2. Pidana denda yang paling tinggi adalah Rp.60.000.000.000,00 enam puluh milyar rupiah. Tidak diatur mengenai pidana pengganti pencabutan izin usaha apabila korporasi tidak membayar denda yang dijatuhkan dalam putusan pengadilan. 99. Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Pencucian Uang a. Undang-undang No. 15 Tahun 2002 tentang Pencucian uang mengatur mengenai korporasi pada Pasal 1 point 1 yang menyatakan bahwa setiap orang Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 264 adalah orang perseoranganatau korporasi dan Pasal 1 point 4. 213 1. Apabila dilakukan oleh pengurus danatau pengurus atas nama korporasi, maka pidana dijatuhkan terhadap: Prinsip pertanggungjawaban pidana korporasi dibuktikan pada Pasal 4 yang merumuskan: − Pengurus danatau pengurus; − Maupun korporasi. 2. Pertanggungjawaban pengurus dibatasi sepanjang pengurus mempunyai kedudukan fungsional dalam struktur organisasi korproasi. 3. Korporasi tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh pengurus yang mengatasnamakan korporasi, apabila lingkup usahanya sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar atau ketentuan lain yang berlaku bagi korporasi. Membebankan pertanggungjawaban pidana kepada korporasi undang- undang ini menganut ajaran identifikasi sama dengan undang-undang Tindak Pidana Korupsi. Meskipun sama-sama menerapkan ajaran identifikasi dalam membebankan pertanggungjawaban pidana korporasi, kedua undang-undang ini berbeda menerapkan directing mind dari korporasi. Undang-undang Tindak Pidana Korupsi menerapakan ”orang- orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lain” sebagai 213 Pasal 1 point 4: Penyedia jas keuangan adalah setiap orang yang menyediakan jasa di bidang keuangan termasuk tetapi tidak terbatas pada bank, lembaga pembayaran, perusahaan efek, penelola reksa dana, custodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, pedagang valuta asing, dana pensiun dan perusahaan asuransi. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 265 directing mind dari korporasi. Sedangkan Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang menetapkan ”pengurus korporasi sepanjang pengurus mempunyai kedudukan fungsional dalam struktur organisasi korporasi”. Berdasarkan hal tersebut terlihat tidak konsistennya pembuat undang- undang. b.Bab II mengatur tentang kapan tindak pidana dilakukan oleh korporasi meliputi: 1. Pasal 3: 1.Setiap orang dengan sengaja: a. Menempatkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain. b. Mentransfer harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain c. Membayarkan atau membelanjakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain. d. Menghibahkan atau menyumbangkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain. e. Menitipkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain. f. Membawa keluar negeri harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana. g. Menukarkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana. h. Menyembunyikan atau menyamarkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak. 2.”Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat unutk melakukan tindak pidana pencucian uang...” 2. Pasal 6: 1. ”Setiap orang yang menerima atau menguasai :a. Penempatan. b. Pentransferan. c. Pembayaran. d.hibah. e. Sumbagan. f. Penitipan. g. Penukaran harta kekayaan yang diketahuinya atau patutu diduganya merupakan hasil tindak pidana...” Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 266 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku bagi penyedia jasa keuangan yang melaksanakan kewajiban pelaporan transaksi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. 3. Pasal 8: ”Penyedia jasa keuangan yang dengan sengaja tidak menyampaikan laporan kepada PPATK sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1...” 4. Pasal 9: ”Setiap orang yang tidak melaporkan uang tunai berupa rupiah sejumlah RP. 100.000.000,00 seratus juta rupiah atau lebih yang dibawa ke dalam atau ke luar wilayah Republik Indonesia...”. c. Pidana yang dapat dijatuhkan dalam tindak pidana pencucian uang adalah: 1. Pidana pokok untuk korporasi adalah pidana denda dengan ketentuan maksimum pidana denda ditambah dengan sepertiga Pasal 5 ayat 1. 2. Pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha danatau pembubaran korporasi yang diikuti dengan likudasi.

100. Undang-undang No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,