Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 286 c. Sanksi pidana yang diberikan kepada badan usaha maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda ditambah sepertiga dendan yang dijatuhkan Pasal 96 ayat 2.

112. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan

a. Kegiatan perkebunan dilakukan oleh Pelaku usaha perkebunan yang terdiri dari pekebun dan perusahaan perkebunan. Badan hukum dalam melakukan usaha perkebunann ini adalah Perusahaan perkebunan yang merupakan pelaku usaha perkebunan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola usaha perkebunan dengan skala tertentu. Prinsip pertangungjawaban pidana korporasi tidak ada disebutkan dalam undang- undang ini, mungkin saja maksud dari pembuat undang-undang agar prinsip pertangungjawaban pidana ditentukan oleh bentuk badan hukum dalam melakukan kegiatan perkebunan, misalnya saja PT. b.Rumusan perbuatan yang diancam dengan pidana memberikan kemungkinan dilakukan oleh badan usaha meskipun tidak menyebut badan usaha secara langsung sebagai pelakunya dalam undang-undang ini, ketentuan tersebut dirumuskan pada bab XI tentang ketentuan pidana meliputi: 1. Pasal 46: 1 “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu tidak Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 287 memiliki izin usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1…”. 242 2. Pasal 48: 2 “Setiap orang yang karena kelalaiannya…”. 1 “Setiap orang yang dengan sengaja membuka danatau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26…” 243 3. Pasal 49: 2 “Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 mengakibatkan orang mati atau luka berat…”. 1 “Setiap orang yang karena kelalaiannya…sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26…”. 2 “Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 mengakibatkan orang mati atau luka berat…”. 4. Pasal 50: 1 “Setiap orang yang melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran hasil perkebunan dengan sengaja melanggar larangan:a. memalsukan mutu danatau kemasan hasil perkebunan;b. menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan; dan atau c. mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain;yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia, merusak fungsi lingkungan hidup, danatau menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31…”. 244 5. Pasal 51: 2 “Setiap orang yang melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran hasil perkebunan karena kelalaiannya…sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31…”. 1 “Setiap orang yang dengan sengaja melanggar larangan mengiklankan hasil usaha perkebunan yang menyesatkan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32..”. 245 6. Pasal 52: “Setiap orang yang dengan sengaja melanggar larangan menadah hasil usaha perkebunan yang diperoleh dari penjarahan danatau pencurian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33…”. 2 “Setiap orang yang karena kelalaiannya…”. 246 242 Pasal 17 ayat 1: “Setiap pelaku usaha…”. 243 Pasal 26: “Setiap pelaku usaha perkebunan…”. 244 Pasal 31: “Setiap pelaku usaha perkebunan…” 245 Pasal 32: “Setiap pelaku usaha perkebunan…” 246 Pasal 33:”Setiap pelaku usaha perkebunan…” Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 288 c. Sanski atau akibat hukum dari pelanggaran terhadap tindakan yang diancam dengan pidana tersebut di atas secara kumulatif berupa pidana penjara dan denda.

113. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin