Undang-Undang No. 16 Tahun 1959 tentang Badan Perusahaan Produksi Undang-Undang No. 2 Tahun 1961 tentang Pengeluaran Dan Pemasukan

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 133 2. Pasal 3 : 1. Setiap pengusaha pengangkutan umum di darat, laut dan udarawajib menyelenggarakan pengangkutan pos yang diserahkan kepadanya oleh jawatan P.T.T 2.Dengan atau atas Peaturan Pemerintah ditetapkansyarat-syarat yang berhubungan dengan pengangkutan pos yang harus dipenuhi oleh nakhodakapal, sebelum ia berangkat dari atau pada waktuia tiba disesuatu pelabuhan Indonesia. 3. Pasal 9 : Dengan atau atas Peraturan Pemerintah ditetapkan jenis benda- benda yang pengirimannya melalui pos dilarang.

10. Undang-Undang No. 16 Tahun 1959 tentang Badan Perusahaan Produksi

Bahan Makanan Dan Pembukaan Tanah Status badan hukum diakui dalam undang-undang ini, ketentuan tersebut dirumuskan dalam Pasal 1 ayat 2 : B.M.P.T. termaksud dalam ayat 1 pasal ini adalah suatu perusahaan negara yang berbentuk badan hukum dan berkedudukan di Jakarta. Mengenai pertanggungjawaban hukum atas perbuatan pidana yang dilakukan oleh korporasi tidak dirumuskan secara tegas dalam undang-undang ini, begitu juga mengenai kapan atau dalam hal bagaimana korporasi telah melakukan tindak pidana serta sanksi dari perbuatan itu juga tidak dirumuskan dalam undang-undang ini. Ketentuan yang dinyatakan secara tegas hanya mengenai siapa yang mewakili badan tersebut di muka pengadilan, diatur pada Pasal 4 : 1. B.M.P.T. dipimpin oleh suatu Direksi, yang mewakili badan tersebut di muka dan di luar pengadilan. 2. Direksi badan termaksud dalam ayat 1 pasal ini terdiri atas tiga orang Direktur, yaitu seorang Presiden Direktur, seorang Wakil Direktur I dan seorang Wakil Direktur II, yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 134 Pertanian dan yang kean dan tugasnya diatur lebih lanjut oleh Menteri Pertanian. Undang-undang ini telah menyatakan bahwa direksi yang akan mewakili badan Perusahaan Produksi Bahan Makanan Dan Pembukaan Tanah di luar atau dimuka pengadilan maka jika korporasi melakukan tindak pidana yang bertanggungjawab adalah pengurus korporasi tersebut.

11. Undang-Undang No. 2 Tahun 1961 tentang Pengeluaran Dan Pemasukan

Tanaman Dan Bibit Tanaman a. Pasal 5 mengatur tentang siapa yang dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 5 ayat 1 jika suatu tindak pidana dilakukan oleh atau atau atas nama korporasi maka yang bertanggungjawab secara pidana adalah : 124 1. Korporasi yang bersangkutan: ”..maka hukuman pidana dijatuhkan, baik terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan atau yayasan itu...” 2. Orang-orang mereka yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut dan atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan atau kelalaian itu. 3. Terhadap kedua-duanya. 124 Pasal 5 ayat 1. Jika suatu perbuatan pidana itu dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, suatu perseroan, suatu perserikatan orang yang lainnya, atau suatu yayasan, maka tuntutan pidana dilakukan dan hukuman pidana dijatuhkan, baik terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan atau yayasan itu, baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan perbuatan pidana itu atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan atau kelalaian itu, maupun terhadap kedua-duanya; 2. Suatu perbuatan pidana dilakukan juga oleh atau atas nama badan hukum, suatu perseroan, suatu perserikatan orang, atau suatu yayasan, jika perbuatan itu dilakukan oleh orang-orang yang, baik berdasar hubungan kerja maupun berdasar hubungan lain, bertindak dalam lingkungan badan hukum, perseroan, perserikatan atau yayasan itu, dengan tidak mengindahkan, apakah orang-orang itu masing-masing tersendiri melakukan perbuatan pidana itu atau pada mereka bersama ada anasir-anasir perbuatan pidana tersebut; Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 135 Undang-undang No. 2 tahun 1961 ini menganut ajaran identifikasi dan ajaran agragasi, ketentuan tersebut dapat dilihat pada Pasal 5 ayat 2 yakni : 1. Perbuatan pidana dapat juga dilakukan oleh orang-orang berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain asalkan perbuatan itu dilakukan dalam lingkup lingkungan pekerjaannya ataupun hubungan lain. 2. Tidak mengindahkan, apakah orang-orang itu masing-masing tersendiri melakukan perbuatan pidana itu atau pada mereka bersama ada anasir- anasir perbuatan pidana tersebut; b. Pengurus mewakili korporasi di pengadilan, hal tersebut diatur pada Pasal 5 ayat 3. Sedangkan mengenai pemanggilan untuk menghadap dan semua urusan penyerahan surat-surat panggilan dilakukan kepada kepala pengurus di tempat tinggal atau ditempat bersidang atau tempat berkantor. c. Undang-undang No. 2 tahun 1962 ini tidak merumuskan tentang kapan atau bagaimana suatu badan hukum melakukan tindak pidana. Begitu juga mengenai jenis sanksi khusus untuk badan hukum, yang ada hanya jenis sanksi umum yang dirumuskan pada Pasal 4 ayat 1, yakni : Pengeluaran atau pemasukan yang bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 2 Undang-undang ini, atau yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan berdasarkan atas Pasal 2 Undang- undang; ini, dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000,- lima puluh ribu rupiah; Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 136

12. Undang-Undang No. 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek