Undang-Undang No 17 Tahun 1958, Penetapan Undang-Undang Darurat Undang-Undang No. 66 Tahun 1958 tentang Wajib Militer

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 125 dipekerjakannya serta pekerjaan mereka masing-masing dalam waktu dan menurut contoh yang ditetapkan oleh Menteri. c. Perumusan sanksi pidananya secara alternatif dengan hukuman kurungan atau denda, dapat diperhatikan pada Pasal 9 ayat 1, yakni : Pasal 9 ayat 1: Majikan yang melanggar Pasal 2 ayat 1 atau tidak memenuhi syarat-syarat termaksud pada pasal 3 ayat 4 atau tidak memenuhi kewajiban termaksud pada pasal 2 ayat 4 dihukum dengan hukuman kurungan selama- lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh ribu rupiah.

5. Undang-Undang No 17 Tahun 1958, Penetapan Undang-Undang Darurat

No. 10 Tahun 1955, tentang Pemungutan Sumbangan Dari Pabrikan Pabrikan Rokok Bagi Badan Urusan Tembakau Undang-Undang No. 17 Tahun 1958 menyatakan bahwa Pabrik rokok merupakan orang atau badan hukum dan pabrik rokok tersebut mempunyai kewajiban membayar sumbangan kepada Badan Urusan Tembakau Krosok Centrale untuk pembiayaan usaha-usaha Badan Urusan Tembakau itu Pasal 2, selain itu Pabrikan rokok diwajibkan memberi kepada Menteri dalam waktu yang ditetapkan oleh Menteri mengenai semua keterangan yang dianggap perlu untuk pemungutan sumbangan Pasal 3. Prinsip pertanggungjawaban pidana dan sanksi dalam undang-undang ini disebutkan pada Pasal 4, berdasarkan isi pasal tersebut diketahui bahwa yang bertanggungjawab terhadap pelangaran karena tidak memenuhi Pasal 3 dapat dimintakan kepada Pabrik rokok. Kewajiban membayar sumbangan Pasal 2 tidak ditentukan secara eksplisit kepada siapa dapat dimintakan pertangungjawabannya Pasal 3ayat1 begitu juga mengenai pelaku tidak ada disebutkan dalam Pasal 4 ayat 1 namun dengan mengacu pada Pasal Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 126 yang menjadi rujukannya yakni Pasal 2 dapat diketahui bahwa yang dapat dimintakan pertanggungjawabannya adalah “Pabrikan”, untuk lebih jelasnya ketentuan tersebut berbunyi: 1. Pelanggaran ketentuan dalam Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3 dihukum dengan hukuman kurangan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak- banyaknya Rp. 100.000,-seratus ribu rupiah. 123

6. Undang-Undang No. 66 Tahun 1958 tentang Wajib Militer

2.Pabrikan yang dengan sengaja memberikan keterangan termaksud dalam pasal 3 yang tidak benar, dihukum dengan hukuman kurungan. selama- lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,-lima puluh ribu rupiah. 3Tindakan-tindak-pidana termaksud dalam ayat 1 dan 2 dianggap sebagai pelanggaran. a. Bentuk pertanggungjawaban korporasi yang dianut pada undang-undang ini adalah model pengaturan pertanggungjawaban korporasi yang kedua yakni korporasi yang berbuat dan pengurus yang bertanggungjawab, yang mengacu pada Pasal 66 ayat 1 dan 2. Perumusan Pasal 66 ini juga sama dengan rumusan pasal yang mengatur tentang pertanggungjawaban pengurus atas perbuatan pidana yang dilakukan oleh korporasi pada Undang-Undang No. 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Asing yakni: 1.Jika sesuatu hal yang diancam dengan pidana dalam atau berdasarkan undang-undang ini dilakukan oleh sesuatu badan hukum atau perserikatan, maka tuntutan ditujukan serta pidana dijatuhkan terhadap pengurus atau pemimpin-pemimpin badan hukum atau perserikatan itu. 123 1Pabrikan-pabrikan rokok diwajibkan membayar sumbangan kepada Badan Urusan Tembakau Krosok Centrale termaksud dalam pasal 2 Krosok Ordonantie 1937 Staatsblad tahun 1937 No.604 untuk pembiayaan usaha-usaha Badan Urusan Tembakau itu, sebagaimana ditetapkan dalam ordonnantie tersebut. 3Cara pembayaran sumbangan termaksud dalam ayat 1 pasal 2 dan cara pemberian keterangan termaksud dalam pasal 3 ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 127 2. Jika pemimpin badan hukum atau perserikatan dipegang oleh badan hukum atau perserikatan lain, maka ketentuan dalam ayat 1 berlaku bagi pengurus atau pemimpin-pemimpin badan hukum atau perserikatan yang memegang pimpinan itu. b. Hal yang diancam dengan hukuman terhadap korporasi dalam undang-undang ini sama dengan undang-undang sebelumnya yakni tidak disebutkan secara eksplisit kapan badan hukum melakukan tindak pidana, dengan kata lain guna mengetahui hal itu harus dilakukan interpretasi hukum, misalnya mendasarkan pada Pasal 13 ayat 1 yang menyatakan bahwa “jika sesuatu hal yang diancam dengan pidana dalam atau berdasarkan undang-undang ini dilakukan oleh sesuatu badan hukum atau perserikatan...” selanjutnya karena Pasal tersebut telah menyatakan “...yang diancam pidana dengan undang- undang ini” sehingga memungkinkan dilakukan oleh korporasi. Pasal tersebut meliputi: 1. Pasal 57. 1 Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan: a. Barangsiapa dengan sengaja membuat atau menyuruh membuat dirinya tidak cakap untuk melakukan dinas wajib-militer; b. Barangsiapa dengan sengaja membuat seseorang tidak cakap untuk melakukan dinas wajib-militer atas permintaan orang itu. 2 Barangsiapa melakukan perbuatan termaksud dalam ayat 1 huruf b yang mengakibatkan kematian orang itu, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun. 2. Pasal 58 : Barangsiapa dalam waktu damai dengan sengaja menghasut militer-wajib dengan memakai salah satu ikhtiar tersebut dalam pasal 55 Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 128 ayat 1 sub 2 Kitab Undang-undang Hukum Pidana untuk tidak memenuhi panggilan guna melakukan dinas wajib-militer, dipidana dengan penjara selama-lamanya sembilan bulan. 3. Pasal 59 :Barangsiapa melakukan suatu perbuatan tipu-muslihat yang menyebabkan diri sendiri atau orang lain ditolak, disebabkan atau ditangguhkan untuk melakukan dinas wajib-militer, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tiga tahun. 4. Pasal 60 : Dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 bulan atau pidana denda setinggi-tingginya seribu rupiah: a. Barangsiapa yang ditunjuk oleh pejabat yang berwajib untuk duduk dalam Komisi Pemilihan atau Majelis Penguji Kesehatan tanpa alasan yang sah tidak hadir pada waktu dan tempat yang telah ditentukan untuk melakukan tugasnya; b. Pemimpin perusahaan atau kepala instansi Pemerintah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana termaksud dalam huruf a. 5. Pasal 61 :Barangsiapa tidak memenuhi permintaan Komisaris untuk menyerahkan tempat, ruangan atau barang-barang yang menjadi miliknya atau tanggungannya, yang diperlukan guna pelaksanaan tugas Komisi Pemilihan atau Majelis Penguji Kesahatan, di pidana degan pidana kurungan selama-lamanya 14 hari atau pidana denda setinggi-tingginya lima ratus rupiah. 6. Pasal 62 :Majikan yang memutuskan hubungan kerja seorang buruh yang melakukan dinas wajib-militer, dipidana dengan pidana penjara selama- lamanya enam bulan atau pidana denda setinggi-tingginya empat puluh ribu rupiah. 7. Pasal 63. 1. Dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya satu bulan atau pidana denda setinggi-tingginya seribu rupiah: a. Pewajib-militer yang dalam batas waktu yang ditentukan tidak mendaftarkan diri untuk dinas wajib-militer; b. Pewajib-militer yang tidak hadir untuk pengujian kesehatan atau masuk pendidikan dan latihan pertama pada waktu dan tempat yang ditentukan, tanpa alasan yang sah; c. Pewajib-militer yang berhalangan untuk hadir seperti termaksud dalam huruf b yang tidak melaporkan kepada pendaftar yang bersangkutan; d. Barangsiapa melakukan perbuatan sehingga menyebabkan terjadinya tindak pidana yang termaksud dalam huruf a dan b bagi orang lain. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 129 2 Barangsiapa melakukan perbuatan termaksud dalam ayat 1 dengan sengaja, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tiga bulan atau pidana denda setinggi-tingginya enam ribu rupiah. 8. Pasal 64 : Pewajib-militer yang tidak memberitahukan tentang perubahan alamat atau keterangan mengenai dirinya yang diperlukan untuk penyelenggaraan wajib-militer, dipidana dengan pidana kurungan selama- lamanya empat belas hari atau pidana denda setinggi-tingginya lima ratus rupiah.

7. Undang-Undang No. 77 Tahun 1958 Penetapan Undang-Undang Tentang