Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 144 lamanya satu tahun atau denda setinggi-tingginya satu juta rupiah. 2 Perbuatan ini merupakan kejahatan. 5. Pasal 23 1 Barangsiapa karena jabatannya atau pekerjaannya tersangkut dalam penyelenggaraan Undang-undang ini dan peraturan yang didasarkan atasnya wajib merahasiakan semua yang diketahuinya karena jabatan atau pekerjaan itu, kecuali jika ia harus memberikan keterangan justru karena jabatan atau pekerjaan itu terhadap pihak ketiga. 2 Kewajiban ini berlaku pula untuk para ahli yang berhubung dengan penyelenggaraan Undang- undang dan peraturan yang didasarkan atasnya diminta memberikan nasihatnya atau yang diserahi melakukan sesuatu pekerjaan. 6. Pasal 24 1 Barangsiapa dengan sengaja melanggar kewajiban untuk merahasiakan sebagaimana termaksud dalam pasal 23 dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya satu tahun atau denda setinggi-tingginya satu juta rupiah. 2 Perbuatan tersebut di atas merupakan kejahatan. 7. Pasal 20 ayat 6 Jikalau pelanggaran pasal 7, 8, dan 9 berupa tidak melaksanakan ekspor sebagian atau seluruhnya ataupun bersifat tidak mentaati jangka waktu yang ditetapkan untuk suatu perbuatan dalam penyelenggaraan ekspor, maka pelanggaran itu dipandang pelanggaran administratif. c.Perbuatan yang tercakup di atas memiliki pegnatuaran sanksi yang dirumuskan secara kumulatif-alternatif pada Pasal 20 ayat 2 dan ayat 3. Dipidana secara alternatif pada Pasal 21 ayat 1, Pasal 22 ayat 1, Pasal 23 ayat 1, Pasal 24 ayat 1, akan tetapi bukanlah sanksi yang ditujukan secara khusus kepada korporasi.

18. Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan

Penghidupan Orang Jompo a. Subjek tindak pidana berupa korporasi disebut pada Pasal 2. ”...oleh Pemerintah atau di rumah badan-badan Organisasi Swasta Perseorangan. Ketentuan tentang siapa yang dipertanggungjawabkan atas perbuatan korporasi tersebut dapat dimintakan kepada pengurus badan atau organisasi Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 145 tersebut karena telah melakukan kelalaian, yang dirumuskan pada Pasal 10 ayat 2. “Apabila karena kelalaiannya itu menyebabkan orang jompo dalam tanggung jawabnya menjadi terlantar, maka pengurus Badan atau Organisasi tersebut dipidana…” Mengetahui siapa yang dimaksud dengan “nya” dalam Pasal 10 ayat 2 dapat duketahui dengan mengacu pada Pasal10 ayat 1 yakni: Bantuan atau subsidi Pemerintah akan dihentikan apabila pengurus Badan atau Organisasi seperti dimaksud dalam pasal 7 dan 8 melalaikan kewajibannya terhadap pemerintah. Sehingga yang dimaksud dengannya adalah “pengurus badan tau organisai”. b. Ketentuan kapan badan hukum melakukan tindak pidana dirumuskan dalam Pasal 10 ayat 2 : ”Apabila cara menyelenggarakan pemberian bantuan penghidupan orang jompo secara umum oleh sesuatu badan atau organisasi maupun perseorangan menurut pendapat Menteri Sosial tidak memenuhi syarat-syarat pemberian bantuan penghidupan...”.

19. Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian

a. Pasal 56 ayat 1 mengatur tentang anggota pengurus yang dapat dipertanggungjawabkan yakni : Pasal 56 ayat 1 ”Dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya lima ribu rupiah, anggota pengurus yang dengan sengaja atau karena lalai melanggar ketentuan dalam pasal 25 ayat 1...” b. Rumusan perbuatan yang dilarang terdapat pada Pasal 25 1, yakni : Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 146 Pasal 25 1 Koperasi wajib mengadakan administrasi dan pembukuan yang teratur dan tertib. c. Jenis sanksi yang diberikan berupa hukuman denda atau hukuman kurungan Pasal 56 ayat 1 dan 2.

20. Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok