Undang-Undang No. 56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 perubahan kedua atas Undang-

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 253 untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang; j. membawa alat- alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang; k. membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang; l. membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan; dan m. mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang. . c. Jenis sanksi yang diberikan yaitu berupa sanksi pidana secara kumulatif berupa pidana penajara dan pidana denda serta ditambah dengan 13 sepertiga dari pidana yang dijatuhkan.

88. Undang-Undang No. 56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih

a. Undang-Undang No. 56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih menyebutkan korporasi sebagai subjek tindak pidana dalam Pasal 1 point 5. Pasal tersebut menyebutkan bahwa korporasi adalah kumpulan orang danatau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. Prinsip dalam pertanggungjawaban pidana badan hukum tersebut apabila perbuatan yang diancam dengan pidana penjara oleh undang-undang ini dilakukan oleh korporasi maka sanksi atau tindakan dikenakan hanya kepada pengurusnya Pasal 41. 202 202 Pasal 41: Apabila perbuatan yang diancam dengan pidana penjara berdasarkan Undang-undang ini dilakukan oleh korporasi, tuntutan dan penjatuhan pidana penjara hanya dikenakan terhadap pengurusnya. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 254 b. Guna mengetahui perbuatan yang diancam dengan pidana penjara dilakukan oleh korporasi tidak ada dirumuskan dalam undang-undang ini. Padahal dasar dalam menentukan perbuatan yang dialrang telah ada dirumuskan pada Pasal 41 yakni ”apabila perbuatan yang diancam dengan pidana penjara berdasarkan undang-undang ini dilakukan oleh korporasi maka...”. Seharusnya ada pasal- pasal yang menyebutkan perbuatan-perbuatan apa saja yang dilakukan korporasi sehingga ia dipidana, baik secara eksplisit ataupun tidak namun hal ini tidak ditemukan, meskipun tidak hanya dilihat pada bab IV yang memuat tentang ketentuan pidana. Hal ini dikarenakan pada ketentuan umum tidak disebutkan siapa yang tercakup ke dalam ”setiap orang”, pada umumnya di dalam undang-undang lainnya defenisi setiap orang disebutkan berupa ”barangsiapa atau badan hukum”. c. Mengenai sanksi pidana juga tidak ada dirumuskan secara khusus untuk pengurus korporasi tersebut namun hanya dirumuskan secara umum untuk pelaku.

89. Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 perubahan kedua atas Undang-

Undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Ketentuan tentang konsep pertangungjawaban pidana korporasi pada undang-undang ini pada dasarnya sama dengan undang-undang terdahulu, yakni Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 255 tidak ada dirumuskan. Perubahan atas undang-undang ini berkaitan dengan perbuatan yang dilarang terjadi pada Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 43 yakni ketentuan yang wajib ditaati oleh wajib pajak. Acuannya dengan mengaitkan ketentuan Pasal 1 point a yang diakatakan sebagai wajib pajak adalah orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan dan point b menyatakan badan adalah perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan. 203

90. Undang-Undang No.18 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas