Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 277 − Bersifat memfitnah, menghasut, menyesatkan dan atau bohing; − Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, pejudian, penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang. − Mempertentangkan suku, agama ras dan antar golongan. d. Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 6. Pasal 36 ayat 6: Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia atau merusak hubungan internasional. 2. Pasal 58: ”... setiap orang yang”: a. Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 1. Pasal 18 ayat 1: Pasal 18 ayat 1 pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta oleh satu orang atau satu badan hukum baik disatu wilayah siaran maupun dibeberapa wilayah siaran dibatasi. b. Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 1. Pasal 33 ayat 1 sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran. c. Menggunakan interpretasi diatas maka perumusan sanksi pidana pada Pasal 57 dan Pasal 58 tersebut secara kumulatif-alternatif.

106. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

a. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan badan hukum sebagai objek pengaturannya, ketentuan pokoknya diatur pada Pasal 1 point 4, 5 dan 6, yang menyebutkan bahwa pemberi kerja, pengusaha dan perusahaan dapat berbetuk badan hukum. 219 219 Pasal 1 point 4: Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Point 5: Pengusaha adalah : a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan sesuatu perusahaan milik sendiri. b. Orang perseorangan,persekutuan,atau badan hukum yang menjalankan sesuatu perusahaan bukan miliknya. c. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yangberada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. Point 6: Perusahaan adalah:Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan,milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang memperkerjakan pekerja buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; Akan tetapi jika badan hukum tersebut melakukan tindak pidana, di dalam undang-undang ini tidak Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 278 ada disebutkan mengenai siapa yang dapat dimintakan pertanggungjawaban pidananya. b.Bab XVI mengatur tentang kapan badan hukum melakukan tindak pidana, meskipun pada pasal-pasal dalam bab tersebut tidak menyebutkan ”badan hukum” sebagai pelakunya namun dengan melihat pasal yang dituju dalam pasal pada bab XVI dapat diketahui ”badan hukum” juga dirumuskan sebagai pelaku tindak pidana dalam undang-undang ini. Perbuatan pidana yang dilakukan oleh badan hukum tersebut meliputi : 1. Pasal 184: ”Barangsiapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 ayat 5...” 220 2. Pasal 185 :”Barangsiapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 42 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 68, Pasal 69 ayat 2, Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat 1, Pasal 143 dan Pasal 160 ayat 4 dan ayat 7...”. 221 220 Pasal 167 ayat 5: dalam hal pengusaha tidak mengikut sertakan pekerjaburuh yang mengalami pemutusan hubungankerja karena usia pensiun pad program pensiun maka pengusahawajib memberikan kepada pekerja atau buruh uang pesangon sebesar dua kali ketentuan Pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja satu kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4. 221 Pasal 42 ayat 1: setiap pemberi kerja yang memperkerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 68: Pekerja dilarang memperkerjakan anak.Pasal 69 ayat 2: Pekerja yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagai-mana dimaksud dalam ayat 1 harus memenuhi persayaratan:a. Izin tertulis dari orang tua dan wali. b:Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali. c. Waktu kerja maksimum 3 tiga jam. d. Dilakukan siang hari dan tidak menggangu waktu sekolah. e. Keselematan dan kesehatan kerja. f. Adanya hubunga kerja yang jelas. g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 80: Pengusaha wajib meberikan kesempatan kerja yang secukupnya kepda pekerja buruh untuk melaksanakan ibadan yang diwajibkan oleh agamanya. Pasal 90 ayat 1: pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud dalam pasal 89. Pasal 160 ayat 4: dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 9enam bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 berakhir dan pekerja buruh dinyatakan tidak bersalah, maka pengusaha wajib memprkerjakan pekerja atau buruh kembali. Ayat 7: pengusaha wajib membayar kepada pekerja atau buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan ayat 5, uang penghargaan masa kerja 1 satu kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat 4. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 279 3. Pasal 186: “Barangsiapa melanggar melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 35 ayat 2 dan ayat 3, pasal 93 ayat 2...” 222 4. Pasal 187: “Barangsiapa melanggar melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 44 ayat 1, pasal 45 ayat 1, paal 67 ayat 1, Pasal 71 ayat 20, Pasal 76 ayat 2, Pasal 78 ayat 2, Pasal 79 ayat 1 dan Pasal 85 ayat 3. 223 5. Pasal 188: “Barangsiapa melanggar melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat 1, Pasal 63 ayat 1, Pasal 78 ayat 1, Pasal 108 ayat 1, Pasal 111 ayat 3, Pasal 114 dan Pasal 148. 224 222 Pasal 35 ayat 3: pemberi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dalam memperkerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja.Pasal 93 ayat 92 pengusaha wajib membayar upah apabila:a. Pekerja atau buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.b. pekerja atau buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan. c. Pekerja atau buruh tidak masuk bekerja karena ia menikah, menikahkan, mengkhitankan, membabtiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia.d. Pekerja atau burh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhdap negara. e. Pekerja atau buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.f. pekerja tau buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak memperkerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun karena halangan yang dapat dihindari pengusaha. g. Pekerja atau buruh melaksanakan hak istirahat. h. Pekerja tau buruh melaksanakan tugas serikat pekerjaburuh atas persetuajuan pengusaha. i. Pekerja atau buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan. 223 Pasal 44 ayat 1: pemebri kerja tenaga kerja asing wajib menaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yang berlaku.pasal 45 ayat 1: Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib menaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yang berlaku. Ayat 2: ketentuan mengenai jabatan standar kompetensi sebagimana dimaksud dalam aayat 1 diatur dengan KepMen.Pasal 67 ayat 1: pengusaha yang memperkerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengn jenis dan derajat kecacatannya. Pasal 71 ayat 2Pengusaha yang memperkerjakan anak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 wajib memenuhi syarat :a.Dibawah pengawasan langsung dari orang tua tau wali; b.Waktu kerja paling lama 3 jam sehari; c.Kondisi dan lingkugan kerja tidak menggangu prekembangan fisik, mental sosial, dan waktu sekolah. Pasal 76 ayat 2: pengusaha dilarang memperkerjakan pekerja atau buruh prempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. Pasal 78 ayat 2: Pengusaha yang memperkerjakan pekerja atau buruh melebihi waktu kerja sebagaiman dimaksud dalam ayat 1 wajib membayr upah kerja lembur. Pasal 79 ayat 1: Pengusaha wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada pekerja atau buruh. Pasal 85 ayat 3: Pengusaha yang memperkerjakan pekerja atau buruh yang melakukan pekrjaan pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 wajib membayar upah kerja lembur. Pasal 144: Terhadap mogok kerja yang dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140, pengusaha dilarang:a. Mengganti pekerja atau buruh yang mogok kerja dengan pekerja atau buruh lain dariluar perusahaan.b. memberikan sanksi atau tindakan balasan dalam bentuk apapun kepada pekerja atau buruh dan pengurus serikat pekrja atau serikat buruh selama dan sesudah melakukan mogok kerja. 224 Pasal 14 ayat 2: lembaga pelatihan kerja swasta sebagaimana dimaksud pada dalam ayat 1 wajib memperoleh izin atau mendaftar ke instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan di kabupaten kota. Pasal 63 ayat 1: dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja atau buruh yang bersangkutan. Pasl 78 ayat 1: Pengusaha yang memperkerjakan pekerja atau buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat 2 harus memenuhi syarat:a. Adanya persetujuan pekerjaburuh yang bersangkutan.b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu.Pasal 108: Pengusaha yang memperkerjakan pengusaha atau buruh sekurang-kurangnya 10orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk pasal 111 ayat 3: masa berlaku peraturan perusahaan paling lama dua tahun dan wajib diperbaharui setelah habis mas berlakunya. Pasal 144: Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta membrikan naskah peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja atau buruh. Pasal 148 ayat 1; Pengusaha wajib memberitahukan secara ertulis kepda pekerja atau buruh dana tau serikat pekerja serikat buruh , serta instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat sekurang-kurangnya 7 hari kerja sebelum penutupan perusahaan dilaksanakan. 2: Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sekurang-kurangnya Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 280 c. Sanksi pidana pada undang-udang ini tidak dirumuskan secara khusus untuk badan hukum akan tetapi karena bab XVI tentang ketentuan pidana dan sanksi adminstratif dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kapan tindak pidana dilakukan oleh badan hukum sehingga dengan mendasarkan pula pada pasal- pasal dalan bab tersebut didapatlah bahwa sanksi dirumsukan secara alternatif-kumulatif dengan penetuan sanksi minimum dan minimum. Undang-undang ini juga mengenal sanksi pemberian sanksi administrattif berupa : a. Teguran; b. Peringantan tertulis; c. Pembatasan kegaitan usaha; d. Pembekuan kegiatan usaha; e. Pembatalan persetujuan; f. Pembatalan pendaftaran; g. Penghentian sementara atau sebagian atau seluruh alat produksi; h. Pencabutan izin. Pengenaan sanksi administratif tersebut didasarkan pada Pasal 190. 225

107. Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-