Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
306 3. Pasal 77: Setiap orang yang dengan sengaja menghambat kemudahan
akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun atau paling lama 6 enam
tahun dan denda paling sedikit Rp2.000.000.000, 00 dua miliar rupiah atau denda paling banyak Rp4.000.000.000, 00 empat miliar rupiah.
272
4. Pasal 78: Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan pengelolaan sumber daya bantuan bencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 65, dipidana dengan pidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun atau paling lama 20
dua puluh tahun dan denda paling sedikit Rp6.000.000.000, 00 enam miliar rupiah atau denda paling banyak Rp12.000.000.000, 00 dua belas
miliar rupiah.
273
c.Pasal 79 ayat 1 juga merumuskan pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 tiga kali dari pidana
denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 sampai dengan Pasal 78. 2 Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat 1, korporasi dapat
dijatuhi pidana tambahan berupa: a. Pencabutan izin usaha;
b. Pencabutan status badan hukum.
123. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
a.Bertindak sebagai korporasi dalam undang-undang Penanaman Modal ini
meliputi “penanam modal”, “penanan modal dalam negeri”, “penanam modal asing”.
274
272
Pasal 50: 1 Dalam hal status keadaan darurat bencana ditetapkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan badan penanggulangan bencana daerah mempunyai kemudahan akses yang meliputi:a. pengerahan sumber daya manusia; b.
pengerahan peralatan; c. pengerahan logistik; d. imigrasi, cukai, dan karantina; e. perizinan; f. pengadaan barangjasa; g. pengelolaan dan pertanggungjawaban uang danatau barang;h. penyelamatan; dan i. komando untuk memerintahkan
sektorlembaga.
273
Pasal 65: Pengelolaan sumber daya bantuan bencana meliputi perencanaan, penggunaan, pemeliharaan, pemantauan, dan pengevaluasian terhadap barang, jasa, danatau uang bantuan nasional maupun internasional.
274
Pasal 1 point 4, point 5 dan point 6: Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik
Indonesia. Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, danatau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha
yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.
Meskipun telah banyak undang-undang sebelumnya
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
307 mengatur tentang prinsip pertanggungjawaban pidana korporasi, tampaknya
Undang-undang Penanaman Modal ini belum mengadopsi dengan baik karena pada undang-undang ini tidak ada disebutkan siapa yang
bertanggungjawab atas tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi, jikapun dilihat pada perumusan sanksi yang diberikan tidak juga dapat
disimpulakan begitu saja hanya korporasi yang bertanggungjawab sanksi yang diberikan adalah sanksi adaministratif Pasal 34 ayat 1. Letak
dimensi hukum pidana pada undang-undang ini dapat dilihat pada Pasal 34 ayat 3, yakni:
”Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”
Selain sanksi admnistratif mungkin saja diberikan sanksi pidana pada badan usaha tersebut.
275
275
Pasal 34 ayat 1 Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis;b.
pembatasan kegiatan usaha; c.Pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal;atau d.Pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal. 2 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan oleh instansi atau
lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3 Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b.Kewajiban-kewajiban yang menyebabkan badan usaha dapat dikenakan sanksi adminsitratif dan “sanksi pidana” sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kewajiban-kewajiban yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
308 Pasal 34 ayat 1: “Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15…”.
Pasal 15 : Setiap penanam modal berkewajiban: a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan; c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d.
menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Sanksi adminstratif yang dimaksud diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 34
ayat 2 dan sanksi tersebut berupa Pasal 34 ayat 3:a. Peringatan tertulis; b. Pembatasan kegiatan usaha; c. Pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas
penanaman modal; atau d. Pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal.
124. Undang- Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang