Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
35 Bahan hukum sekunder merupakan publikasi tentang hukum yang bukan
merupakan dokumen resmi, seperti: buku-buku teks, hasil-hasil penelitian, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum , yurisprudensi, artikel, majalah dan
jurnal ilmiah hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang
memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum, serta bahan hukum
primer, sekunder dan tersier di luar hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini. Situs web juga
menjadi bahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini.
36
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan libraray research, dengan meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan topik tesis ini, seperti:
undang-undang, RUU KUHP, buku-buku hukum, majalah hukum, artikel-artikel dan bahan penunjang lainnya.
4. Analisis data
Data yang diperoleh melalui studi pustaka dikumpulakan, diurutkan, dan diorganisasikan dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
37
36
Jhonny Ibrahim, Ibid, hal. 340.
37
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya Cetakan Ke 10, 1999, hal. 103.
Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan cara kualitatif yakni dengan mempelajari,
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
36 manganalisis dan memperhatikan kualitas serta kedalaman data sehingga diperoleh
data yang dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
5. Sistematika penulisan
Sistematika dalam penulisan penelitian ini merupakan uraian logis sistematis yang terdiri dari susunan bab dan sub-bab untuk menjawab permasalahan yang
dikemukakan, sehingga sistematika penulisan penelitian ini dibagi dalam beberapa bab, dimana masing-masing bab diuraikan permasalahannya secara tersendiri, namun
dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhnya kedalam 5 lima
bab yang terperinci sebagai berikut : Bab I merupakan bab tentang pendahuluan yang menguraikan tentang hal-
hal bersifat umum, meliputi: Latar belakang penelitian; Perumusan masalah; Tujuan dan manfaat penelitian; Keaslian penelitian; Kerangka teori yang terdiri dari konsep
pertanggungjawaban pidana, dijabarkan dalam bentuk unsur-unsur kesalahan, kemampuan bertanggungjawab, alasan pemaaf dan alasan pembenar; Bab I ini
kemudian ditutup dengan rumusan metode penelitian.
Bab II Menjelaskan tentang konsep ajaran pertanggungjawaban pidana
korporasi dalam hukum pidana yang terdiri dari pengertian korporasi, bentuk-bentuk kejahatan korporasi, bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana korporasi dalam
hukum pidana dan teori pertanggungjawaban pidana korporasi.
Bab III
merupakan bab yang membahas tentang pengaturan pertanggungjawaban pidana korporasi terhadap tindak pidana di luar KUHP
dilakukan dengan cara menginfentarisasi undang-undang mana saja yang memuat
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
37 tentang korporasi sebagai subjek tindak pidana, selanjutnya akan dibahas konsep
pertanggungjawaban pidana korporsi yang dimuat dalam undang-undang tersebut.
Bab IV menguraikan kebijakan pengaturan tindak pidana korporasi dalam rangka pembaharuan hukum pidana. Bab IV tersebut meliputi pengaturan konsep
pertanggungjawaban pidana korporasi kedepan dan konsep efektifitas jenis sanksi pidana bagi korporasi.
Bab V merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran dari
permasalahan pada penulisan penelitian ini.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
38
BAB II KONSEP PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM
HUKUM PIDANA
A. Konsep Korporasi dalam Hukum Pidana 1. Pengertian Korporasi dan Pengurus Korporasi
a . Pengertian korporasi
Korporasi secara etimologis berasal dari kata corporatio, yang berarti memberikan badan atau membadankan, dengan demikian badan yang dijadikan
orang. Badan diperoleh dengan perbuatan manusia sebagai lawan terhadap badan manusia yang terjadi menurut alam,
38
maka pada dasarnya korporasi merupakan segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat, yang oleh hukum
diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban. Subekti dan Tjitrosudibio menyatakan bahwa yang dimaksud dengan korporasi adalah suatu perseroan yang merupakan
badan hukum.
39
Gunawan Widjaja menambahkan bahwa korporasi merupakan suatu badan hukum mandiri yang diakui oleh negara, mempunyai personalia tersendiri terlepas
dari pemegang sahamnya. Korporasi dicirikan pada sifat tanggungjawab yang
38
Soetan Malikoel Adil, Pembaharuan Hukum Perdata Kita. Jakarta: PT. Pembangunan, 1955, hal. 83.
39
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kamus Hukum. Jakarta: Paradnya Paramita, 1979, hal. 34.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
39 terbatas dari para pemegang sahamnya, saham-saham yang diterbitkan mudah sekali
diperjual-belikan diperdagangkan dan keberadaannya diakui secara terus menerus.
40
Selain itu Satjipto Raharjo menyatakan bahwa korporasi adalah suatu badan hasil ciptaan hukum. Badan yang diciptakannya itu terdiri dari ”corpus”, yaitu
struktur fisik dan kedalamnya hukum memasukkan unsur ”animus” yang menjadikan badan itu memiliki kepribadian. Oleh karena badan hukum itu merupakan ciptaan
hukum maka kecuali penciptaannya, kematiannyapun juga ditentukan oleh hukum.
41
Pengertian korporasi jika dilihat dari bentuk hukumnya maka dapat dibagi dalam arti sempit dan dalam arti yang luas.
42
Hukum pidana Indonesia memberikan pengertian korporasi dalam arti yang luas yakni dapat berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum. Bukan saja
Pengertian korporasi dalam arti yang sempit adalah badan hukum, dan merupakan figur hukum yang eksistensi dan
kewenangannya untuk dapat berwenang melakukan perbuatan hukum diakui oleh hukum perdata, artinya hukum perdatalah yang mengakui eksistensi korporasi dan
memberikannya hidup untuk dapat atau berwenang melakukan perbuatan hukum sebagai suatu figur hukum, demikian juga dengan matinya korporasi, suatu korporasi
hanya mati secara hukum apabila matinya korporasi itu diakui oleh hukum.
40
Gunawan Widjaja, Resiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris dan Pemilik PT.Jakarta: Forum Sahabat, 2008, hal. 5. lihat juga Chaidir Ali, Badan Hukum. Bandung: Alumni, 1991, hal. 202. Menyatakan bahwa hukum memberi kemungkinan
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, bahwa suatu perkumpulan atau badan lain dianggap sebagai orang yang merupakan pembawaan hak, dan karenanya dapat menjalankan hak-hak seperti orang biasa serta dapat dipertanggunggugatkan. Namun
demikian badan hukum korporasi bertindak harus dengan perantaraan orang biasa. Akan tetapi orang yang bertindak itu tidak untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dan atas pertanggunggugatan korporasi. Lihat juga pernyataan Ali Moenaf, Dewan
Komisaris Perananya sebagai Organ Perseroan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000, hal. 9. Mengemukakan korporasi adalah badan usaha yang keberadaannya dan status hukumnya disamakan dengan manusia orang, tanpa melihat bentuk organisasinya.
41
Satjipto Raharjo 1986. Ilmu Hukum. Bandung: Alumni, hal. 110.
42
Sutan Remi, Op-cit, hal. 43-45. Undang-undang yang memberikan defenisi luas pada korporasi contohnya Pasal 1 butir 13 No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika atau Pasal 1 butir 19 UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
40 badan hukum seperti perseroan terbatas, yayasan, koperasi atau perkumpulan yang
telah disahkan sebagai badan hukum yang digolongkan sebagai korporasi menurut huku m pidana, tetapi juga Firma, CV commanditaire vennootschap dan
Persekutuan atau maatschap yaitu badan-badan usaha yang menurut hukum perdata bukan merupakan badan hukum, demikian juga dengan sekumpulan orang yang
terorganisasi dan memiliki pimpinan yang melakukan perbuatan hukum, misalnya melakukan perjanjian dalam rangka kegiatan usaha atau kegiatan sosial yang
dilakukan oleh pengurusnya untuk dan atas nama kumpulan orang tersebut, juga termasuk kedalam apa yang disebut dengan korporasi.
43
Apabila defenisi korporasi dalam peraturan perundang-undangan dirumuskan secara luas artinya mencakup badan hukum maupun bukan badan hukum hal ini
dianut oleh perundang-undangan khusus di luar KUHP, maka konsekuensi yang timbul dari formulasi ini, secara teoritis korporasi dapat melakukan tindak pidana
yang secara khusus diatur dalam perundang-undangan tersebut. Sebaliknya apabila korporasi dirumuskan terbatas sebagai badan hukum saja, maka tindak pidana yang
dapat dilakukan korporasi dibatasi.
44
b. Pengertian Pengurus Korporasi
Korporasi yang dianut dalam hukum pidana adalah berupa korporasi berbentuk badan hukum dan non badan hukum. Korporasi berbadan hukum terdiri
dari Perseroan Terbatas PT, yayasan, koperasi dan perusahaan negara atau BUMN BUMN terdiri dari Perusahaan Jawatan Perjan, Perusahaan Umum Perum dan
43
Sutan Remi, Op-cit,hal. 45.
44
Dwidja Priyatna, Op-cit, hal. 206.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
41 Perusahaan Perseroan Persero yang dikatan sebagai pengurus pada badan hukum
tersebut yakni: 1. Perseroan Terbatas PT: Direksi adalah organ perseroan yang bertanggungjawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketetentuan anggaran dasar.
45
2. Yayasan: Pengurus pada yayasan adalah organ yang melaksanakan kepengurusan yayasan. Susunan pengurus sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua,
seorang sekretaris dan seorang bendahara. Ketua yayasan biasanya adalah orang yang memprakarsai berdirinya suatu yayasan. Pengurus yayasan
bertanggungjawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan baik didalam maupun di luar
pengadilan. Jumlah anggota direksi perseroan terbuka paling
sedikit terdiridari terdiri dari 2dua orang atau lebih. Pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan
keputusan RUPS.
46
3. Koperasi: Pengurus pada koperasi dipilih dari dan oleh anggota dalam suatu rapat anggota, sedangkan bagi korporasi yang beranggotakan badan-badan hukum
korporasi maka pengurusnya dipilih dari anggota korporasi. Pengurus koperasi mempunyai tugas dan kewajiban untuk memimpin koperasi dan mewakili
koperasi di luar dan di muka pengadilan sesuai dengan keputusan-keputuasan rapat anggota. Selain itu pengurus juga mempunyai wewenang untuk melakukan
tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi.
45
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 92 ayat 1 dan Pasal 98.
46
UU No. 16 Tahun 2001 Pasal 31 dan Pasal 32.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
42 4. Perusahaan negara BUMN terdiri dari:
47
a. Perjan: Pengurus pada Perjan tidak dipimpin oleh direksi tetapi dipimpin oleh seorang kepala yang merupakan bawahan suatu bagian dari Departemen
Direktorat jendral Direktorat Pemerintah daerah. b. Perum: Kepengurusan Perum yaitu kegitan pengelolan Perum dalam upaya
mencapai tujuan perusahaan sebagai badan usaha juga mewakili Perum baik di dalam atau di luar pengadilan dilakukan oleh direksi dengan jumlah paling
banyak 5 orang dan salah-satunya diangkat sebagai direktur utama. c. Persero: Direksi adalah sebagai organ Persero yang bertugas melaksanakan
pengurusan Persero untuk kepentingan dan tujuan persero serta mewakili persero baik di dalam maupun di luar pengadilan. Jumlah anggota direksi
Persero disesuaikan dengan kebutuhan dan salah seorang anggota direksi diangkat sebagai direktur utama.
Korporasi berbentuk bukan badan hukum terdiri dari persekutuan, Firma dan CV yakni:
1. Persekutuan maatschap sering dikatakan sebagai bentuk permitraan dasar basic partnership, bentuk usaha yang biasanya dipergunakan dalam profesi misalnya
oleh arsitek, dokter, konsultan dll. Para mitra maatschap biasanya dengan perjanjian khusus menunjuk salah-seorang diantara mereka atau orang ketiga
sebagai pengurus maatschap. Pasal 1637 KUHPerdata menetapkan bahwa pengurus yang ditunjuk tersebut berhak melakukan suatu tindakan kepengurusan
yang ia anggap perlu walaupun tidak disetujui oleh beberapa atau semua mitra asalkan dengan itikad baik, jadi, pengurus dapat bertindak atas nama mitra dan
47
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, Jakarta: Mega Poin, 2003, hal.101-104.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
43 mengikat para mitra terhadap pihak ketiga dan pihak ketiga terhadap para mitra
selama masa penunjukannya. Para mitra tentunya masih bebas untuk menggeser atau mengganti pengurus tersebut. Apabila selagi pengurus yang ditunjuk ada,
maka mitra yang bukan pengurus tidak mempunyai kewenangan untuk bertindak atas nama mitra dan tidak bisa mengikat para mitra lainnya terhadap pihak ketiga.
Apabila tidak ada peraturan khusus mengenai kepengurusan yang telah disetujui maka Pasal 1639 KUHPerdata menetapkan bahwa setiap mitra dianggap secara
timbal balik telah memberi kuasa supaya yang satu melakukan kepengurusan terhadap yang lain, bertindak atas nama maatschap dan atas nama mereka, jadi
berkenaan dengan tanggungjawab interen antara mitra kecuali telah dibatas secara tegas dengan perjanjian permitraan setiap mitra berhak bertindak atas nama
permitraan dan mengikat para mitra terhadap pihak ketiga dan pihak ketiga terhadap para mitra, tetapi dengan syarat dari Pasal 1639 KUHperdata yang
menetapkan untuk setiap mitra hak khusus untuk menyatakan keberatan terhadap tindakan dari mitra lain sebelum tindakan yang dimaksud dilaksanakan, dalam hal
keberatan tepat pada waktunya mitra yang berkeberatan akan dibebaskan dari tanggungjawab untuk tindakan-tindakan tersebut.
48
2. Firma: Pengurusan Firma dilakukan oleh sekutu aktif aktive partner. Sekutu pada Firma merupakan persekutuan partner yang mendirikan Firma atas nama
bersama dan bertanggungjawab secara tanggung menaggung.
49
48
Ibid,hal. 41
49
Persekutuan komanditer, http:id.wikipedia.orgwikipersekutuankomanditer
, diakses tanggal 13 Juni 2009, Tanggungjawab renteng atau tanggungjawab tanggung menanggung maksudnya adalah setiap sekutu Firma dapat melakukan
perikatan atau melakukan hubungan hukum dengan pihak ketiga untuk dan atas nama Firma tanpa perlu adanya surat kuasa khusus dari sekutu lainnya. Misalnya Firma ABC yang sekutunya terdi dari A,B dan C maka semuanya dapat bertindak ke luar
atas nama atau untuk kepentingan Firma ABC tersebut. Apabila seseorang saja bertindak misalnya A maka secara hukum juga mengikat B dan C. Artinya jika pihak ketiga misalnya D apabila merasa dirugikan oleh A maka ia dapat menggugat A,B maupun
C sendiri-sendiri atau ketiga-tiganya dipengadilan. Firma merupakan suatu persekutuan,dikatakan persekuatuan karena pengusahanya merupakan sekutu partner yang lebih dari satu orang. Firma adalah tiap persekutuan yang didirikan untuk
menjalankan suatu perusahaan di bawah satu nama bersama dan bertanggungjawab secara tanggungmenaggung. Firma diatur di dalam Pasal 16-35 KUHD. Firma didirikan dengan akta notaries, namun demikian jika Firma tersebut telah menimbulkan
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
44 3. CV: Pengurus atau pemimpin pada CV adalah anggota yang selalu aktif atau
sekutu aktif. Artinya sekutu komplementer bertugas untuk mengurus CV, berhubungan hukum dengan pihak ke 3 Pasal 19 ayat 3 KUHD dan
bertanggungjawab secara pribadi untuk keseluruhan. Sekutu pasif mitra diam jika memberikan penampilan kepengurusan manajerial seperti dengan
menunjukkan tindakan-tindakan dari manajemen Pasal 20 KUHD atau bila namanya diselipkan di dalam nama perseroan, bila dia sebelumnya bukan mitra
aktif Pasal 20 dan 30 KUHD.
50
2. Bentuk-Bentuk Korporasi
Korporasi merupakan suatu organisasi atau perkumpulan untuk bisnis-bisnis yang besar berupa badan hukum maupun bukan badan hukum. Konsep badan hukum
merupakan suatu konsep yang muncul dalam bidang hukum perdata, sebagai kebutuhan untuk menjalankan usaha. I.G. Rai Widjaya menyatakan bahwa badan
hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum dan memang diperlukan keberadaannya sehingga disebut legal entity. Oleh karena itu maka disebut ”artificial
person” atau manusia buatan.
51
kerugian bagi pihak ketiga pendirian tanpa akte notarispun telah dianggap berdiri. Kemudian akte pendirian itu harus didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan melalui Berita Negara. Apabila pembuatan akta, pendaftaran dan
pengumuman selesai dilakukan Firma tersebut telah berdiri dan untuk menjalankan operasi bisnis masih perlu melengkapi izin dan persyaratan lainya seperti SIUP, SII, SITU dan AMDAL.
50
I.G Rai Widjaya, hal. 54. CV merupakan pengengembagan dari bentuk Firma. Di dalam CV masih terdapat cirri Firma yakni adanya sekutu pengurus sekutu komplementer atau sekutu aktif sedangkan unsur tambahan pada CV yang berbeda
pada Firma adalah adanya sekutu diam sekutu komanditer atau sekutu pasif. CV secara khusus diatur pada Pasal 19-21 KUHD. Tanggungjawab di dalam CV ada dua bentuk dimana sekutu aktif bertanggungjawab tidak hanya terbatas pada kekayaan CV
tetapi juga pada kekayaan pribadi kalau diperlukan, disini persis sama dengan sekutu pada Firma. Lain halnya dengan sekutu pasif yang hanya bertanggungjawab pada modal yang dimasukkan saja dan tidak boleh campur tangan dalam tugas sekutu
komplementer. Pendirin CV tidak perlu dengan formalitas maka dapat dilakukan dengan lisandan tulisan. Jika dilakukan dengan tulisan maka dapat dilakukan dengan akta autentik dengan akta dibawah tangan, tidak ada keharusan dari pendiri CV untuk
melakukan pendaftaran dan juga tidak ada keharusan untuk diumumkan dalam lembaran Negara sehingga CV tidak dapat dikategorikan sebagai badan hukum
51
Ibid, hal. 127. Ia juga mengatakan bahwa di samping manusia natuurllijk person atau natural person ada manusia lain yang disebut recht person yang merupakan orang tiruan atau orang yang diciptakan oleh hukum.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
45 Setiyono menyatakan bahwa badan hukum adalah suatu ciptaan hukum yaitu
dengan menunjuk kepada adanya suatu badan yang diberi status sebagai subjek hukum, disamping subjek hukum yang berwujud manusia alamiah. Diciptakannya
pengakuan adanya suatu badan, yang sekalipun badan ini sekedar suatu badan namun badan ini dianggap bisa menjalankan segala tindakan hukum dengan segala harta
kekayaan yang timbul dari perbuatan itu, dan harta ini harus dipandang sebagai harta kekayaan badan tersebut, terlepas dari pribadi-pribadi manusia yang terhimpun
didalamnya. Kerugian yang timbul hanya dapat dipertanggungjawabkan semata-mata dengan harta kekayaan yang ada dalam badan yang bersangkutan.
52
Ciri-ciri dari sebuah badan hukum adalah:
53
1. Memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan orang-orang yang menjalankan kegiatan dari badan hukum tersebut;
2. Memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terpisah dari hak-hak dan kewajiban orang-orang yang menjalankan kegiatan badan hukum tersebut.
3. Memiliki tujuan tertentu; 4. Berkesinambungan memiliki kontinuitas dalam arti keberadaannya tidak terikat
pada orang-orang tertentu, karena hak-hak dan kewajiban-kewajibannya tetap meskipun orang-orang yang menjalankannya berganti.
52
Setiyono, Op-cit, hal. 3.
53
Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum. Bandung: Alumni, 2000, hal. 83.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
46 Setiyono mengutip dari Chidir Ali menyatakan bahwa badan hukum di
Indonesia dapat digolongkan berdasarkan macam-macamnya, jenis dan sifatnya. Secara sistematik aneka badan hukum itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
54
1. Pembagian badan hukum berdasarkan macam-macamnya: a. Badan hukum orisinil yaitu negara, contohnya negara Republik Indonesia.
b. Badan hukum yang tidak orisinil yaitu badan hukum yang berwujud perkumpulan berdasarkan ketentuan pasal 1653 KUHPerdata. Menurut pasal
tersebut ada empat jenis badan hukum, yakni sebagai berikut: 1. Badan hukum yang diadakan didirikan oleh kekuasaan umum, misalnya
propinsi, bank-bank yang didirikan oleh negara. 2. Badan hukum yang diakui oleh kekuasaan umum, misalnya perseroan.
3. Badan hukum yang diperbolehkan karena diizinkan. 4. Badan hukum yang didirikan untuk suatu maksud atau tujuan tertentu.
2. Pembagian badan hukum menurut jenis-jenisnya: a. Badan hukum publik meliputi:
1. Badan hukum yang mempunyai teritorial, pada umumnya badan hukum ini harus memperhatikan atau menyelenggarakan kepentingan mereka
yang tinggal di daerah atau wilayahnya, misalnya negara. 2. Badan hukum yang tidak mempunyai teritorial, adalah badan hukum yang
dibentuk oleh yang berwajib hanya untuk tujuan tertentu saja, contohnya Bank Indonesia, Perum dan Perjan.
54
Setiyono, Op-cit, hal. 4.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
47 b. Badan hukum privat. Badan hukum privat dikenal juga dengan badan hukum
keperdataan, hal yang penting dalam badan hukum keperdataan ialah bahwa badan-badan hukum terjadi atau didirikan atas pernyataan kehendak dari
orang secara perorangan. Di samping itu badan hukum publik juga dapat mendirikan suatu badan hukum privat keperdataan. Misalnya negara
Republik Indonesia mendirikan Yayasan dan PT negara. Ada beberapa macam badan hukum privat, antara lain: Perkumpulan, Perseroan Terbatas
PT, Koperasi, Yayasan. Badan usaha bukan badan hukum dalam pendiriannya tidak memerlukan
adanya pengesahan akta pendirian dari pemerintah, artinya pendiriannya bisa dilakukan secara tertulis atau secara lisan, baik dengan akta otentik maupun dibawah
tangan.
55
Badan usaha yang berbentuk bukan badan hukum dapat dikategorikan sebagai berikut:
56
1. Perusahaan perseorangan, merupakan perusahaan swasta yang didirikan dan dimiliki oleh pengusaha perseorangan, misalnya perusahaan industri, perusahaan
dagang dan perusahaan jasa. 2. Perusahaan persekutuan, merupakan perusahaan swasta yang didirikan dan
dimiliki oleh beberapa orang pengusaha secara bekerjasama. Perusahaan ini dapat berbentuk Firma dan persekutuan komanditer CV.
55
Ibid, hal. 53.
56
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 63.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
48 Dwidja Priyatno menyatakan jenis-jenis korporasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
57
1. Korporasi publik adalah korporasi yang didirikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memenuhi tugas-tugas administrasi dibidang urusan publik. Contohnya: Di
Indonesia seperti pemerintah kabupaten atau kota. 2. Korporasi privat adalah sebuah korporasi yang didirikan untuk kepentingan
privat pribadi, yang dapat bergerak di bidang keuangan, industri dan perdagangan, sahamnya dapat dijual kepada masyarakat, maka istilah
penyebutannya ditambah dengan istilah ”publik” contoh PT. Garuda, Tbk terbuka, yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah go public atau
sahamnya telah dijual kepada masyarakat melalui bursa saham. 3. Korporasi publik quasi, lebih dikenal dengan korporasi yang melayani
kepentingan umum public Quasi. Seperti PT. Kereta Api Indonesia, Pertamina, Perusahaan Listrik Negara.
3. Kejahatan Korporasi