Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
223
76. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
a. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mengakui subjek hukum pidana lingkungan adalah terdiri dari orang
perorangan dan korporasi hal ini juga berarti bahwa disamping orang secara pribadi tindak pidana lingkungan dapat juga dilakukan oleh korporasi badan
hukum perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain.Konsep pertanggungjawaban pidana korporasi pada undang-undang ini dirumuskan
dalam bab IX tentang ketentuan pidana pada Pasal 46 ayat 1 dan 2. Berdasarkan rumusan pasal tersebut didapat suatu kesimpulan bahwa
pertanggungjawaban pidana korporasi baik berupa badan hukum maupun organisasi lain yang buka berbentuk badan hukum maka sanksi atau tindakan
tertentu dapat dijatuhkan kepada: 1. Badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain
tersebut 2. Mereka yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut.
3. Mereka yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan itu.
175
4. gabungan dari pemberi perintah maupun pimpinan dalam melakukan tindak pidana.
Pasal 46 ayat 2 menambahkan bahwa pertanggungjawaban pidana korporasai badan hukum dan organisasi lain tersebut diperluas termasuk juga apabila
175
Alvi Syahrin, Beberapa Isu Hukum Lingkungan Kepidanaan. Medan: Sofmedia, 2008, hal. 33. pengertian mereka yang bertindak sebagai pemimpin tidak terbatas hanya pimpinan dalam melakukan tindak pidana lingkungan tetapi juga
diartikan pimpinan ikut bertanggungjawab atas akibat terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
224 tindak pidana lingkungan tersebut dilakukan oleh orang-orang baik
berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain, yang bertindak dalam lingkungan badan hukum. Tuntuntan pidana dan sanksi
pidana dijatuhkan terhadap mereka yang memberi perintah atau yang bertindak sebagai pemimpin tanpa mengingat hubungan antara keduanya. Jika
tuntutan dilakukan terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan atau organisasi lain, panggilan untuk menghadap dan penyerahan surat-surat
panggilan itu ditujukan kepada pengurus.
b. Bab IX juga mengatur mengenai kapan tindak pidana dilakukan oleh badan hukum sehingga harus dipertanggungjawabkan. Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43
dan Pasal 44 merumuskan tindak pidana tersebut yang meliputi:
1. Pasal 41 : 1 “Barang siapa yang secara melawan hukum dengan sengaja
melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup...”
2“Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan orang mati atau luka berat...”
2. Pasal 42: 1 “Barang siapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup...” 2 ”Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1
mengakibatkan orang mati atau luka berat...” 3. Pasal 43:
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
225 1 ”Barang siapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, sengaja melepaskan atau membuang zat, energi, danatau komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk di atas
atau ke dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam air permukaan, melakukan impor, ekspor, memperdagangkan, mengangkut,
menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa
perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum
atau nyawa orang lain…”
2 ”...sengaja memberikan informasi palsu atau menghilangkan atau menyembunyikan atau merusak informasi yang diperlukan dalam
kaitannya dengan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa
perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum
atau nyawa orang lain”
3 ”Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 mengakibatkan orang mati atau luka berat...”
4. Pasal 44 1 “…karena kealpaannya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43…” 2 ”Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1
mengakibatkan orang mati atau luka berat”. c. Jenis sanksi pada undang-undang ini berupa pidana pokok dengan pidana
denda diperberat sepertiga Pasal 45 dan tindakan tata-tertib Pasal 47 berupa:
1 Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; danatau 2 Penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan; danatau
3 Perbaikan akibat tindak pidana; danatau
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
226 3 Mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; danatau
4 Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; danatau 5 Menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama tiga tahun.
Sanksi tindakan tata-tertib khususnya pada point 1 dan 2 tidak ada menyebutkan adanya pidana tambahan, namun sanksi berupa perampasan
keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana dan atau penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan pada hakekatnya dapat dikelompokkan ke dalam
jenis pidana tambahan. Perampasan keuntungan pada hakekatnya merupakan perluasan dari perampasan barang yang merupakan salah satu pidana
tambahan menurut KUHP. Demikian pula dengan penutupan perusahaan pada hakekatnya merupakan perluasan dari pidana tambahan berupa pencabutan
hak karena penutupan perusahaan dapat mengandung di dalamnya pencabutan hak izin berusaha. Akan tetapi di dalam undang-undang ini tidak ada
dirumuskan secara eksplisit mengenai jenis sanksi pidana tindakan berupa pemberian ganti rugi langsung kepada korban. Namun bentuk-bentuk
tindakan dalam Pasal 47 sub c, sub d dan sub e di atas dapat dikatakan sebagai pemberian restitusi.
176
77. Undang-Undang No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran