Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
313 Undang-undang
ini tidak ada merumuskan mengenai prinsip pertanggungjawaban pidana, rumusan perbuatan yang dilarang meskipun pada
Pasal 24 meyebutkan kewajiban dari badan usaha yang melakukan kegiatan energi rumusan sanksi pidana terhadap badan hukum tidak ada disebkan dalam
undang-undang ini.
127. Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-
Undang No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai Mengenai prinsip pergtanggungjawaban pidana korporasi pada undang-
undang cukai tetap megacu pada Undang-Undang No. 11 Tahun 1995. Perubahan pada Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 adalah mengenai
penyebutan subjek dari undang-undang ini. Pada undang-undang sebelumnya yakni Undang-Undang No. 11 Tahun 1995 digunakan kata ”barangsiapa” pada
bab tentang ketentuan pidana, setelah mengalami perubahan menjadi ”setiap orang”. Hukum pidana materil mengenai pertanggungjawaban pidana korporasi
tidak mengalami perubahan.
128. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 sebelumnya telah mengatur mengenai Perseroan Terbatas namun karena menimbang bahwa undang-undang tersebut
dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru. Undang-
Undang yang baru tersebut adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, pada Pasal 1 point 1 dinyatakan bahwa Perseroan Terbatas Perseroan, adalah
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
314 perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Pasal 155 UU PT
menyatakan bahwa ketentuan mengenai tanggungjawab direksi dan atau dewan komisaris atas kesalahan dan kelalaiannya yang diatur dalam UU ini tidak
menguangi ketentuan yang diatur dalam hukum pidana. Berarti UU PT dapat berdampingan dengan ketentuan KUHP dan dijadikan dasar atau pedoman
dalam menuntut pertanggungjwaban direksi dan atau dewan komisaris atas kesalahan dan kelalaiannya. Sedangkan hal yang menjadi dasar hukum bagi
penuntutan dan pembelaan bagi direksi selaku organ directing mind dari korporasi dapat mengacu pada Pasal 97 yakni:
1. Ayat 1 : Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1.
Direksi adalah organ yang diberikan hak dan kewajiban atau diberikan tugas melakukan atau melaksanakan kegitatan pengurusan dan perwakilan
untuk dan atas nama perseroan dan bagi kepentingan perseroan dibawah pengawasan Dewan Komisaris. Namun organ tersebut adalah sesuatu yang fiktif
agar dapat menjadi konkrit maka organ tersebut harus dilengkapai dengan anggota-anggota yang merupakan orang-orang yang memiliki kehendak yang
akan menjalankan perseroan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, sehingga perseroan pada dasarnya juga dijalankan oleh orang
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
315 perorangan yang duduk dan menjabat sebagai pengurus perseorangan direktur
yang berada dalam wadah atau organ yang dikenal dengan nama Direksi.
277
Perbuatan yang tidak sesuai dengan anggaran dasar perseroan meliputi tindakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta
anggaran dasar perseroan tindakan yang yang berada di luar maksud dan tujuan perseroan. Guna mengetahui perbuatan tersebut dapat digunakan teori
corporate culture model telah dijelaskan pada bab II penulisan ini. Kedua adalah tindakan dari direksi perseroan yang berada di luar kewenangannya
misal: mengalihkan kekayaan PT. Hal tersebut tetap mengikat perseroan sepanjang dilakukan dengan itikad baik. Akan tetapi jika dilakukan tidak
dengan itikad baik diluar limitasi dalam bertindak untuk dan atas nama kepentingan perseroan maka disinilah letak pertanggungjawaban pengurus
Direksi memiliki peran ganda dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna mencapai maksud dantujan tertentu yang dimuat dalam setiap akta pendirian
dan anggaran dasar perseroan. Peran ganda tersebut maksudnya adalah menunjukkan keberadaan atau eksistensi Perseroan dan dipihak lain bagi
perbuatan hukum yang perseroan tidak cakap untuk melakukannya karena berada diluar maksud dan tujuan tujuan dilakukan oleh direksi dengan
pertanggungjawaban individu karena perbuatan itu tidak mengikat perseroan atau dengan kata lain bukan sebagai perbuatan yang dirumuskan dalam
anggaran dasar.
277
Gunawan Widjaya, Op-Cit, hal. 41.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
316 sebagai pembuat maka pengurus yang bertanggungjawab telah dijelaskan pada
bab II penulisan ini. Dasar hukumnya adalah Pasal 97 ayat 1 UUPT menyatakan bahwa
direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1, maksudnya adalah pasal ini sebagai penegasan dari
aturan yang ditetapkan oleh Pasal 92 ayat 1 yang mengatakan bahwa direksi dalam tugas kepengurusannyan harus:
1. Memperhartikan kepentingan perseroan; 2. Sesuai dengan maksud dan tujuan PT;
3. Memperhatikan ketentuan mengenai larangan dan batasan yang diberikan dalam undang-undang khususnya UU PT dan anggaran dasar sehingga
direksi tidak diperkenankan untuk memperluas maupun mempersempit ruang lingkup geraknya sendiri.
Apa yang dilakukan oleh direksi yang berada di luar batasan kewenangan yang diberikan kepadanya harus dapat dipertanggungjawkan olehnya, pada
undang-undang ini ada tiga jenis pertanggungjawaban yang harus dipikul oleh direksi yaitu:
278
278
UU PT No. 40 Tahun 2008 merumuskan ketiga bentuk pertanggungjawaban ini tercermin dalam berbagai ketentuan pasal, diantaranya berupa: Pasal 37 ayat 3: Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum;Pasal 69 ayat 3 Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar danatau menyesatkan,
anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan.Pasal 95 ayat 5: dalam hal bahwa ternyata pengangkatan anggota direksi menjadi batal sebagai akaibat tidak
memenuhi persyaratan pengangkatanya, makameskipun perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama perseroan oleh anggotadireksi sebelum pengangkatannya batal, tetapmengikat dan menajadi tanggungjawab perseroan,
namun demikian angota direksi yang bersangkutan tetap bertangungjawab terhadap kerugian perseroan. Pasal 97 ayat 3: Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan
bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2. Psal 97 ayat 6: membrikan hak kepada pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara, atas namaperseroan, untuk mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian kepada perseroan .Pasal 101 2 Anggota Direksi yang
tidak melaksanakan kewajibannya melaporkan kewajiban kepada perseroan saham yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan atau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus,
dan akibatnya menimbulkan kerugian bagi perseroan, bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian perseroan. Pasal 104 ayat 2 yang menyatakan dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi dan harta pailit tidak
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
317 1. Pertanggungjawban terhadap perseroan;
2. Pertangungjawaban terhadap pemegang saham; 3. Pertanggungjawaban terhadap kreditor.
2. Ayat 2: Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
Peluang bagi pengurus untuk berlindung dari viduciari duty Pasal 97 ayat 1 adalah dengan mendasarkan pada Pasal 97 ayat 2 dengan prinsip business
judgment rule. Pasal 97 ayat 2 UU PT menyatakan bahwa pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dilaksanakan oleh setiap anggota
direksi dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab. Prinsip business judgment rule dapat menjadi pelindung bagi direksi sepanjang perbuatan yang dilakukan
didasarkan pada Itikad baik dan sesuai dengan kewenangan yang diberikan atau dibebankan kepadanya serta sesuai dengan aturan main yang telah diterapkan,
selama dan sepanjang direksi melakukan pengurusan dengan baik dan dalam batasan atau koridor.
Apabila direksi tersebut ternyata terbukti bersalah karena sengaja atau lalai dalam menjalankan kewajiban viduciari duty-nya tersebut maka terhadap
kerugian yang diderita perseroan, perseroan berhak untuk menuntuntnya dari direksi tersebut. Tanggungjawab terhadap kerugian perseroan dalam hal
terjadinya kepailitan perseroan dapat ditujukan terhadap:
cukup untukmembayar seluruh kewajiban perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap angota direksi secara tanggungrenteng bertanggungjawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
318 1. Perseroan;
2. Tiap-tiap pemegang saham atau kreditor; Konteks ini berarti baik perseroan, pemegang saham atau pun kreditor
yang dirugikan sebagai akibat berkurangnya harta kekayaan perseroan karena tidak adanya itikad baik direksi yang terjadi sebagai akibat kesalahan atau
kelalaiannya dalam bertindak, berbuat atau mengambil keputusan, berhak untuk menggugat direksi. Yang mewakili perseroan sebagai penggugat adalah para
pemegang saham yang secara sendiri-sendiri atau bersama-bersama mewakili jumlah 110 pemegang saham perseroan. Gugatan dilakukan untuk dan atas
nama perseroan terhadap direksi perseroan, yang atas kesalahan atau kelalaiannya telah menyebabkan kerugian pada perseroan.
3. Ayat 3: Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2. Ketentuan dari Pasal 97 ayat 3 yang ditekankan adalah akibat dari
tindakan atau perbutan direksi yang salah karena disengaja ataupun lalai untuk berbuat bertindak atau mengambil keputusan secara itikad baik, dalam hal
tersebut, direksi bertanggungjawab penuh terhadap kerugian perseroan, jika angota direksi terdiri dari dua atau lebih, maka berlaku tanggungjawab renteng
Pasal 97 ayat4. UUPT terdapat 9 Pasal yang mengatur secara tegas mengenai
tanggungjawab direksi secara pribadi maupun secara tanggung renteng semua anggota direksi perseroan, meliputi Pasal 37 ayat 3, Pasal 69 ayat 3, Pasal 72
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
319 ayat 6, Pasal 95 ayat 5, Pasal 97 ayat 3, Pasal 101 1, ayat 4, Pasal 102
Pasal 104 ayat 2, Pasal 117 ayat 2.
279
4. Ayat 4 Dalam hal Direksi terdiri atas 2 dua anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 3 berlaku secara tanggung
renteng bagi setiap anggota Direksi. Guna mengukur sampai seberapa jauh
tanggungjawab direksi dalam melakukan pengurusan untuk mencapai tujuan PT yang telah daitur pada anggaran dasar maka direksi harus membuat dan
melaksanakan rencana kerja tahunan. Pencapaian dari hasil kerja merupakan bahanevaluasi dalam penilaian kinerja direksi yang tuangkan dalam laporan
tahunan yang akan diserahkan kepada dan untuk disahkan oleh RUPS. Ksegitan pengurusan perseroan ini tidak dapat dipisahkan dari tugas perwakilan direksi
yang diatur dalam Pasal 98 UU PT, sebagai pengurus perseroan direksi akan mewakili perseroan dalam setiap tindakan atau perbuatan hukum perseroan
dengan pihak ketiga dalam hal ini jelas direksi merupakan agen directing mind bagi perseroan.
Tujuannya adalah sebagai satu kesatuan yang merupakan tanggungjawab
bersama secara kolegtif yang berlaku bagi seluruh anggota direksi.
279
Pasal 37 ayat 3: Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 2. Pasal
69 3 Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar danatau menyesatkan, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan. Pasal 72 ayat 6: 6 Direksi dan
Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat 5. Pasal 95 ayat 5: 5 Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat 3 tidak mengurangi tanggung jawab anggota Direksi yang bersangkutan terhadap kerugian Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 dan Pasal 104. Pasal 97 ayat 3: 3 Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi
atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2. Pasal 101 ayat 1: 1 Anggota Direksi wajib melaporkan kepada Perseroan mengenai
saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan danatau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. Pasal 104 ayat 2: 2 Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terjadi
karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak
terlunasi dari harta pailit tersebut. Pasal 117 ayat 2: 2 Dalam hal anggaran dasar menetapkan persyaratan pemberian persetujuan atau bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, tanpa persetujuan atau bantuan Dewan Komisaris, perbuatan
hukum tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
320 5. Ayat 5 Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan: a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut. Ayat 5 ini berkaitan erat dengan ayat 2, ketentuan pada ayat 5 ini
penting guna menunjang prinsip business judgment rule. Sebaliknya jika ayat 5 ini tidak dapat dibuktikan maka business judgment rule tidak bisa dijadikan
dasar pembelaan dan di sinilah letak pembuktian yang harus dilakukan oleh seseorang untuk menggugat direksi. Selain itu dalam hal tanggungjawab
renteng berdasarkan ketentuan yang diatur pada ayat 4 maka ketentuan ayat 5 ini juga sebagai peluang bagi anggota direksi untuk dibebaskan dari
kewajiban tanggungjawab renteng.
129. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi