Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
106 Pasal 1 point 10: Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, danatau
badan hukum.
133. Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara Pasal 1 point 2: Perusahaan Penerbit SBSN adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini untuk melaksanakan kegiatan penerbitan SBSN.
134. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha MIkro, Kecil dan Menengah
Pasal 1 point 1: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
135. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Pasal 1 point 2: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat.
136. UU No. 40 Tahun 2008 tentang Pornografi Pasal 1 point 3: Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
C. Prinsip Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Peraturan
Perundang-Undangan
Prinsip pertanggungjawaban pidana korporasi pada dasarnya termasuk dalam ruang lingkup hukum pidana dalam arti objektif. Hukum pidana dalam arti objektif
merupakan hukum yang mengatur tentang larangan atau keharusan yang atas pelanggaran terhadapnya diancam dengan pidana sanksi oleh undang-undang dan
juga mengatur tentang syarat-syarat kapan sanksi tersebut dapat dijatuhkan. Hukum pidana dalam arti objektif dapat dibedakan dalam arti:
121
1. Huku m pidana meteril, terdiri dari rumusan-rumusan mengenai tindakan atau perbuatan yang diancam dengan pidana, siapa saja yang dapat
121
Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan Medan: Pustaka Bangsa Pers, 2003, hal. 235.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
107 dipertanggungjawabkan atas perbuatan atau tindakan pidana tersebut serta
mengatur tentang sanksi atau akibat hukum berupa macam-macam pidana yang dijatuhkan bila terjadi pelangaran.
2. Hukum pidana formil, merupakan bagian dari keseluruhan peraturan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar dan ketentuan-ketentuan untuk
menentukan dengan cara bagaimana pidana dapat dilaksanakan mengatur tentang tata cara hukum pidana materil dapat dilaksanakan dengan kata lain sebagai
hukum acara pidana. Berdasarkan hal tersebut guna mengetahui prinsip pertanggungjawaban pidana
korporasi dalam peraturan perundang-undangan maka harus turut membahas mengenai tindakan atau perbuatan yang diancam dengan pidana, tentang sanksi atau
akibat hukum berupa pidana yang dijatuhkan bila terjadi pelangaran. Dilihat dari aplikasi hukum pidana materil khususnya menenai pertanggungjawaban pidana
korporasi yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan, dapat mencakup kurang lebih 151 perundang-undangan. Sebelum perundang-undangan diuraikan lebih
lanjut, berikut akan dirumuskan terlebih dahulu prinsip pertanggungjawaban pidana korporasi dalam bentuk tabel agar lebih mudah mengetahui bagaimana sistem
pertanggungjawaban pidana korporasi yang dianut pada peraturan perundang- undangan di Indoneisa, meliputi:
1. Pengurus korporasi sebagai pelaku tindak pidana dan penguruslah yang bertanggungjawab;
2. Korporasi sebagai pelaku tindak pidana tetapi pengurus yang bertanggungjawab;
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
108 3. Korporasi sebagai sebagai pelaku tindak pidana maka korporasi dan pengurus
yang bertanggungjawab Tabel 2:Pertanggungjawaban Pidana Korporasi terhadap Tindak Pidana di Luar
KUHP
No Pengurus korporasi sbg
pelaku tindak pidana penguruslah yg
bertanggungjawab Korporasi sbg pelaku tindak
pidana tetapi pengurus yg bertanggungjawab
Korporasi sbg sebagai pelaku tindak pidana maka
korporasi pengurus yang bertanggungjawab
keterangan 1.
UU No. 21 Tahun 1956 tentang Larangan untuk
Mengumpulkan Uang logam yang Sah dan Larangan
Memperhitungkan Agio pada Waktu Penukaran Alat-Alat
Pembayaran yang Sah Pasal 7 ayat 1
2. UU No. 22 Tahun 1957
tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Pasal 27 3.
UU No. 74 Tahun 1957 tentang Pencabutan Regeling
Po De Staat Van Oorlog En Beleg Dan Penetapan
Keadaan Bahaya Pasal 56
4. UU No. 3 Tahun 1958
tentang Penempatan Tenaga Asing
Pasal 13
5. UU No 17 Tahun 1958,
Penetapan UU Darurat No. 10 Tahun 1955, tentang
Pemungutan Sumbangan Dari Pabrikan Pabrikan
Rokok Bagi Badan Urusan Tembakau
Pasal 4 ayat 2
6. UU No. 66 Tahun 1958
tentang Wajib Militer Pasal 66
7. UU No. 83 Tahun 1958
tentang Penerbangan Pasal 21
8. UU No. 4 Tahun 1959
tentang Pos Pasal 11
9. UU No. 16 Tahun 1959
tentang Badan Perusahaan Produksi
Bahan Makanan Dan Pembukaan Tanah
Pasal 4
10. UU No. 2 Tahun 1961
tentang Pengeluaran Dan Pemasukan Tanaman Dan
Bibit Tanaman Pasal 5 ayat 1
11. UU No. 5 Tahun 1964
tentang Telekomunikasi Pasal 24 ayat 5
12. UU No. 17 Tahun 1964
tentang Larangan Penarikan Cek Kosong
Pasal 2
13. UU No. 32 Tahun 1964
tentang Peraturan Lalu Lintas Devisa
Pasal 25
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
109
14. UU No. 4 Tahun 1965
tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo
Pasal 10 ayat 2 15.
UU No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian
Pasal 56 ayat 1 16.
UU No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pers Pasal 15
17. UU No. 11 Tahun 1967
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
Pasal 34 ayat 1
18. UU No. 12 Tahun 1967
tentang Pokok-Pokok Perkoperasian
Pasal 25 ayat1 19.
UU No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perbankan Pasal 39 ayat 2
3 20.
UU No. 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral
Pasal 21 21.
UU No. 17 Tahun 1968 tentang Bank Negara
Indonesia 1946 Pasal 9 ayat 1 dan
Pasal 14. 22.
UU No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan
Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara
Pasal 23
23. UU No. 3 Tahun 1972
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Transmigrasi
Pasal 20
24. UU No. 9 Tahun 1976
tentang Narkotika Pasal 49
25. UU No. 2 Tahun 1981
tentang Metrologi legal Pasal 34 ayat 1
26. UU No. 7 Tahun 1981
tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di
Perusahaan. Pasal 11
27. UU No. 3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan
Pasal 35 ayat 1
28. UU No. 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta Pasal 46
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
110
29. UU No. 21 Tahun 1982
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers
Pasal 15
30. UU No. 4 Tahun 1984
Tentang Wabah Penyakit Menular
Pasal 15 ayat 3 Pengurus korporasi
tidak bertanggungjawab
31. UU No. 6 Tahun 1984
tentang POS Pasal 19 ayat 3
32. No. 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan Pasal 22
33. UU No. 7 Tahun 1987
tentang Hak Cipta Pasal 46
34. UU No. 3 Tahun 1989
tentang Telekomunikasi Pasal 39 ayat 1
35. UU No. 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian Pasal 24
36. UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan Pasal 47 ayat 2,
Pasal 48 dan Pasal 49
37. UU No.25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian Pasal 30 ayat 2 a
38. UU No. 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan Pasal 108 ayat 1
39. UU No. 11 Tahun
1995 Tentang Cukai Pasal 61
40. UU No. 7 Tahun 1996
tentang Pangan Pasal 41 ayat 3
41. UU No. 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika Pasal 59 ayat 3
42. UU No. 12 Tahun 1997
tentang Hak Cipta Pasal 46
43. UU No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 46 ayat 1 dan 2
44. UU No. 10 Tahun
1998 tentang Perbankan
Pasal 47 ayat 2, Pasal 47 A, Pasal 48
dan Pasal 49 45.
UU No. 8 Tahun 1999 Perlindungan
Konsumen Pasal 61
46. UU No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia Pasal 8 Pasal 71
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
111
47. UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 20 ayat 1 48.
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Pasal 78 ayat 14 49.
UU No. 56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih
Pasal 41 50.
UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Pasal 35 ayat 5 51.
UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi Pasal 20 ayat 1
52. UU No. 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi
Pasal 56 ayat 1 53.
UU No. 15 Tahun 2002 tentang Pencucian Uang
Pasal 4 54.
UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan
Pasal 65 55.
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Pasal 90 56.
UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
Pasal 54 57.
UU No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas UU
No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang Pasal 4
58. UU No. 27 Tahun 2003
tentang Panas Bumi Pasal 39
Pengurus tidak ikut bertanggungjawab
59. UUNo.3 Tahun2004
Tentang Bank Indonesia Pasal 8 Pasal 71
60. UU No. 7 Tahun 2004
Tentang Sumber Daya Air Pasal 96 ayat 1
Pengurus tidak bertanggungjawab
61. UU No. 24 Tahun 2004
Tentang Lembaga Penjamin Simpanan
Pasal 92 ayat 1 dan Pasal 94
62. UU No. 31 Tahun 2004
tentang Perikanan Pasal 101
63. UU No. 38 Tahun 2004
Tentang Jalan Pasal 65
Pengurus tidak bertanggungjawab
64. UU No. 21 Tahun 2007
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang Pasal 13 ayat 2
65. UU No. 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana
Pasal 79 ayat 1 66.
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pasal 74 ayat 1 67.
UU No. 39 Tahun 2007 Pasal 61
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
112
tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 1995 tentang
Cukai 68.
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 97 ayat 2 69.
UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik Pasal 52 ayat 4
dan penjelasan Pasal 52 ayat 4.
Pengurus tidak ikut bertanggungjawab
70. UU No. 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 42 71.
UU No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga
Syariah Negara Pasal 31 ayat 1
72. UU No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah Pasal 60 ayat 2,
Pasal 61, Pasal 62 ayat 1 dan 2,
Pasal 63 ayat 1 dan 3, Pasal 66
ayat1 73.
UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
Pasal 40 ayat 1
Undang-undang dari tahun 1956 sampai dengan tahun 2008 juga ada yang tidak mengatur mengenai prinsip pertanggungjawaban pidana korporasi, sedangkan
pada undang-undang itu menyebutkan korporasi sebagai subjek hukum dalam uraian pasalnya, bahkan perbuatan yang menyebabkan dipidananya korporasi juga ada
disebutkan dalam undang-undang tersebut berupa commissionis dan omissionis. Menghadapai tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi dalam undang-undang itu
dapat digunakan ketentuan umum yang ada di dalam KUHP, namun penuntutannya tidak menggunakan prinsip pertanggungjawaban pidana korporasi karena KUHP
tidak mengenal korporasi sebagai subejek hukum, maka penuntutuan dilakukan kepada individu secara perorangan yang dituju adalah individu yang berkedudukan
sebagai pembuat dalam hal ini adalah pengurus Undang-undang yang dimaksud meliputi:
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
113 Table 3: KUHP sebagai acuan atas undang-undang yang tidak memuat prinsip
pertanggungjawaban pidana korporasi
No. KUHP sebagai acuan atas undang-undang yang tidak memuat prinsip
pertanggungjawaban pidana korporasi Penyebutan
korporasi sbg subj
hukum commissionis dan
omissionis 1.
UU No. 77 Tahun 1958 Penetapan UU Tentang Penetapan UU Darurat No.18 Tahun 1957 tentang Bank Tani dan Nelayan
Pasal 1 -
2. UU No. 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan
Pasal 2 ayat 1
- 3.
UU No. 16 Tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan Pasal 1
Pasal 20 4.
UU No. 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom Pasal 1
- 5.
UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing Pasal 3
- 6.
UU No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan Pasal 5
ayat 2 -
7. UU No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan Dan
Kesehatan Hewan Pasal 1
point e; Pasal 10
ayat 2 3 4 dan
Pasal 11 -
8. Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
Pasal 1 ayat 2
- 9.
Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan Pasal 3
Pasal 15 point b 10.
Undang-Undang No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan 11.
UU No. 4 Tahun 1982 tentang Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 5 ayat 1
Pasal 5 ayat 2 12.
UU No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1
Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal43.
13. UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Pasal 2 ayat 3
- 14.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Pasal 1 point k
- 15.
Undang-undang No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian Pasal 1
point 7 Pasal 27
16. UU No. 9 Tahun 1985 Tentang Perikanan
Pasal 1 point 5
Pasal 6 ayat 1, Pasal 7 ayat 1, Pasal 10
ayat 1, Pasal 11 ayat 1 dan Pasal 12 ayat
1
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
114
17. UU No. 6 Tahun 1989 tentang Paten
Pasal 1 point 3
- 18.
UU No. 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya Cetak Dan Karya Rekam Pasal 1
Pasal 11 19.
UU No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 1
Pasal 29 20.
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman Pasal 7
Pasal 36 dan Pasal37 21.
UU No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman Pasal 9
Pasal 44 ayat1 22.
UU No. 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun Pasal 1
point 1 Pasal 57
23. UU No. 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman
Pasal 7 Pasal 60 ayat 1
point a dan point h 24.
UU No. 13 Tahun 1992 Tentang Perkeretaapian Pasal 1
point 9 -
25. UU No. 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan
Pasal 36 ayat 1
Pasal 33 ayat 1, Pasal 36 ayat 1 dan 2,
Pasal 47 dan Pasal 48. 26.
UU No.19 Tahun 1992 tentang Merek Pasal 1
point 2 -
27. UU No.21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran
Pasal 1 Pasal 122 dan Pasal
128 28.
UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Pasal 66
ayat 3 -
29. UU No. 14 Tahun 1997 tentang Merek
Pasal 10 ayat 1
pointc -
30 UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pasal 1 point 7 dan
point 8 Pasal 37
31. UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pasal 1 point 3
Pasal 20 32.
UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Pasal 1 poiont 2
- 33.
UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 1
point 19 Pasal 78 sd Pasal 82
34. UU No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran
Pasal 11 ayat 1
- 35.
UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1
ayat 45, Pasal 124
dan Pasal 136 ayat
2 Pasal 184, Pasal 186,
Pasal 187, Pasal 188 dan Pasal 192
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
115
36. UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi
Pasal 1 point 2,
point 7 dan point 8
Pasal 71 dan Pasal 73 37.
UU No. 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Pasal 1
point e Pasal 48 ayat 1 2
dan 3 38.
UU No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Psaal 1
point 3 dan point
4 Pasal 43 ayat 1
39. UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
Pasal 1 point 8,
point 9 dan point 10
Pasal 47 sd Pasal 49 Pasal 51 dan Pasal 57
40. UU No. 16 Tahun 2000 perubahan kedua atas Undang-Undang No. 6 tahun
1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1
point 1 -
41. UU No.18 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No 8
tahun 1983 tentang Pajak Pertambhan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Pasal 1 point 13
-
42. UU No. 19 Tahun 2000 perubahan atas Undang-Undang No. 19 Tahun 1997
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Pasal 1
point 2 Pasal 41
43. UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau Serikat Buruh.
Pasal 1 point 7
- 44.
UU No. 29 Tahun 2000 Perlindungan Varietas Tanaman Pasal 1
point 6, point 12,
point 13 dan Pasal
5 -
45. UUNo. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No.18 Tahun 1997
tentang Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 1
point 7 -
46. UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
Pasal 129 -
47. UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembagan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pasal 1
point 13 Pasal 9 ayat 2 dan
Pasal 13 ayat 2 48.
UU No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara Penejelasan
Pasal 19 ayat 1
Pasal 19 ayat 1 dan 2
49. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Pasal 1 point 9
Pasal 45 sd Pasal 47 50.
UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1
point 4, 5 dan 6,
Pasal 184 sd Pasal 187
51. UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Pasal 1 point 6 dan
7 -
- 52.
UU Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan Pasal 1
point 6 Pasal 46,Pasal
48,Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51 dan Pasal
52. 53.
UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Pasal 1 point 11
Pasal 49 54.
UU No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri
Pasal 1 point 6,
point 16 danpoint
17 Pasal 102, Pasal 103
dan Pasal 104 55.
UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 1
point 6 Pasal 24 ayat 2 dan
Pasal 50 56.
UU No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Perolahragaan Nasional Pasal 1
point 26 Pasal 89
57. UU No. 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang
Pasal 1
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
116
point 13 58.
UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 1, 5,
6 dan 7 Pasal 34 ayat 1
59. UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-
Pulau Kecil Pasal 1
point 38 Pasal 73, Pasal 74 dan
juga Pasal 75 60.
UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi Pasal 1
point 3, Pasal 23
ayat 23 Pasal 24
61. UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Pasal 1 point 10
Pasal 52 62.
UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Pasal 1
point 28, Pasal 13
ayat 1, Pasal 15
ayat 2, Pasal 19
ayat 1 33 Pasal 48, Pasal 94,
Pasal 100 dan Pasal 101
63. UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pasal 1 point 1
Pasal 39
1. Undang-Undang No. 21 Tahun 1956 tentang Larangan untuk