Undang-Undang No. 3 Tahun 1972 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 158 a. Melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dengan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran Rakyat dan Negara; b. Menyediakan dan melayani kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi untuk dalam negeri yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 14: Dalam melaksanakan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang ini Perusahaan wajib menyetor kepada Kas Negara, jumlah-jumlah sebagai berikut : a. Enam puluh persen dari penerimaan bersih usaha net operating income atas hasil operasi Perusahaan sendiri; b. Enam puluh persen dari penerimaan bersih usaha net operating income atas hasil Kontrak Production Sharing sebelum dibagi antara Perusahaan dan Kontraktor; c. Seluruh hasil yang diperoleh dari Perjanjian Karya termaksud dalam Undang- undang Nomor 14 Tahun 1963; d. Enam puluh persen dari penerimaan-penerimaan bonus Perusahaan yang diperoleh dari hasil Kontrak Production Sharing. Akan tetapi perihal sanksi pidana jika tugas dan kewajiban tersebut tidak dipenuhi tidak ada diatur dalam undang-undang ini.

31. Undang-Undang No. 3 Tahun 1972 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Transmigrasi a. Ketentuan umum pada pasal dalam undang-undang ini tidak menyebutkan mengenai korporasi akan tetapi pada Pasal 20 merumusan pertanggungjawaban pidana korporasi sebagai pelaku tindak pidana. Pertanggungajawaban atas tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi dapat dimintakan kepada anggota pengurus. Pasal 20 Apabila tindak pidana tersebut dalam Pasal 16, 17, 18 dan 19 Undang-undang ini dilakukan oleh badan hukum, hukuman dijatuhkan kepada anggota pengurus. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 159 b. Pasal 20 juga mengatur mengenai kapan tindak pidana dilakukan oleh badan hukum, yaitu : 1. Barang siapa melaksanakan transmigrasi tanpa ijinpersetujuan Menteri... 2. apabila perbuatan tersebut juga tidak memenuhi ketentuan-ketentuan Pasal 7 dan 8 Undang-undang ini. 144 3. Barang siapa memiliki atau atas dasar ijinpersetujuan untuk melaksanakan transmigrasi, dengan sengaja tidak memberikan tanah pekarangan atau tanah pertanian atau tidak memberikan bantuan atau bimbingan atau hak-hak lainnya menurut ketentuan-ketentuan... 4. Barang siapa dengan sengaja menghambat penyelenggaraan transmigrasi yang mengakibatkan kerugian-kerugian bagi pelaksana atau transmigran 5. Barang siapa karena kekhilapannya menyebabkan tidak tenteram atau sengsaranya transmigran beserta keluarganya c. Perumusan sanksi pidananya secara kumulatif-alternatif Pasal 16 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19.

32. Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.

a. Pada bab III tentang hak penguasaan dan wewenang dirumuskan mengenai badan hukum yakni : ”Menentukan dan mengatur perbuatan-perbuatan hukum dan hubungan-hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum...” akan tetapi pada undang-undang ini tidak ada dirumuskan mengenai siapa yang dapat dipertanggungjawabkan jika terjadi perbuatan pidana yang dilakukan oleh badan hukum. Perbuatan pidana yang dilakukan oleh badan hukum dirumuskan pada Pasal 15 point b: 144 Pasal 7: Transmigran berhak mendapatkan tanah pekarangan danatau tanah pertanian dengan hak-hak atas tanah menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku. Pasal 8: Hak-hak transmigran untuk mendapatkan bantuan, bimbingan dan pembinaan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 160 ”Barang siapa dengan sengaja melakukan pengusahaan air dan atau sumber- sumber air tanpa izin dari Pemerintah sebagaimana tersebut dalam Pasal 11 ayat 2 Undang-undang ini” Pasal 11 ayat 2 : Badan Hukum, Badan Sosial dan atau perorangan yang. melakukan pengusahaan air dan atau sumber-sumber air, harus memperoleh izin dari Pemerintah, dengan berpedoman kepada azas usaha bersama dan kekeluargaan. c. Meskipun perumusan sanksi pidana ada diatur dan ditujukan terhadap perbuatan di atas secara kumulatif-alternatif berupa penjara dan atau denda Pasal 15 ayat 1 dan kurungan dan atau denda Pasal 15 ayat 3 namun sanksi ini bukanlah sanksi yang ditujukan secara khusus kepada korporasi.

33. Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika