Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
272 dan kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun
bukan badan hukum, sedangkan prinsip pertanggungjawaban pidana korporasi pada undang-undang ini tidak ada disebutkan. Yang dirumuskan hanya
mengenai kapan suatu badan hukum melakukan tindak pidana. Ketentuan tersebut dapat dilihat pada bab VII tentang ketentuan pidana pada Pasal 19
ayat 1 dan 2. Pada pasal itu disebutkan dua perbuatan yang memungkinkan dilakukan oleh badan hukum, yakni :
1.”Setiap orang yang meniru Surat Utang Negara atau memalsukan surat utang negara dengan maksud memperdagangkan atau dengan sengaja
memperdagangkan Surat Utang Negara tiruan atau Surat Utang Negara palsu...”
2.”Setiap orang yang dengan sengaja menerbitkan surat utang negara tidak berdasarkan undang-undang ini...”
b. Saknsi pidana yang diberikan kepada badan hukum dirumuskan pada Pasal 19 ayat 2 secara kumulatif berupa pidana penjara dan denda, yang
membedakannya dengan undang-undang lain pada undang-undang ini disebutkan maksimal dan minimal pemidanaan, yakni pidana penjara paling
singkat 10 sepuluh tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan dendan paling sedikit Rp. 20.000.000.000,00 dua puluh milyar rupiah dan paling
banyak Rp. 40.000.000.000, 00empat puluh milyar rupiah. Akan tetapi sanksi pidana ini bukanlah sanksi yang ditujukan secara khusus kepada
korporasi.
104. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
a. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung memuat
ketentuan tentang badan hukum pada perumusannya diantaranya pada Pasal 1
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
273 point 9 dan Pasal 8 ayat 2 beserta penjelasannya.
217
1. Pasal 44: ”Setiap pemilik danatau pengguna yang tidak memenuhi kewajiban pemenuhan fungsi, danatau persyaratan, danatau
penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam undang- undang ini di kenai sanksi administratif danatau sanksi pidana.
Prinsip pertanggungjawaban pidana korporasi tidak ada dirumuskan dalam undang-
undang ini sehingga tidak diketahui pemidanaan dapat dikenakan kepada badan hukum dan atau pengurusnya, sedangkan ancaman pidananya ada
berupa pidana kurungan. b. Bentuk perbuatan pidana yang dilakukan oleh badan hukum dan perumusan
sanksi disebutkan pada bab VIII tentang sanksi. Sebelum mengetahui perbutan pidana yang dapat dilakukan oleh badan hukum kembali diingatkan
bahwa badan hukum dalam undang-unadng ini meliputi juga pemilik pasal 1 point 9 dan pengkaji teknis Pasal 1 point 11. Selanjutnya akan dilihat pada
bab VII yang memuat badan hukum pemilik pengkaji teknis sebagai pelaku tindak pidana. Pasal-pasal tersebut meliputi :
2. Pasal 45: 1. Sanksi adminstratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dapat
berupa : a. Peringatan tertulis;
b. Pembatasan kegiatan pembangunan; c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan
pembangunan; d. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan
gedung; e. Pembekuan izin mendirikan banguan gedung;
f. Pencabutan izin mendirikan bangunan gedung;
217
Pasal 1 point 9: Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung. Penjelasan Pasal 8 ayat 2 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
orang atau badan hukum dalam undang-unang ini meliputi orangperoranga atau badan hukum.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
274 g. Pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung.
h. Pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung atau i. Perintah pembongkaran bangunan gedung.
2.Selain pengenaan sanksi adaminstratif dapat juga dikenakan sanksi denda paling banyak 10 sepuluh perseratus dari nilai bangunan
yang sedang atau telah dibangun. 3.Jenis pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat
2 ditentukan oleh berat ringannya pelanggaran yang dilakukan. 4 Ketentuan tentang pengenaan sanksi sebagaima dimaksud dalam ayat
1, 2 dan 3 diatur lebih lanjut dengan PP. 1. Pasal 46:
1.Setiap pemilik danatau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini, diancam dengan
pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak 10 dari nilai banguan, jika karenanya mengakibatkan kerugian harta benda
orang lain.
2. Setiap pemilik danatau pengguna banguan gedung yang tidak memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini, diancam dengan
pidana penajara paling lama empat tahun dan atau denda paling banyak 15 dari nilai bangunan gedung, jika karenanya
mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain yang mengakibatkan keelakaan seumur hidup.
3. Setiap pemilik dan atau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun dan atau denda paling banyak 20 dari nilai baguan gedung, jika karenanya megakibatkan hilangnya
nyawa orang lain.
4. Pasal 47: 1. Setiap orang atau badan yang karena kelalaiannya melanggar
ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang ini sehingga mengakibatkan bangunan tidak laik fungsi dapat dipidana kurungan
danatau pidana denda.
2. Pidana kurungan danatau pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi :
a. Pidana kurungan paling lama 1 satu Tahun danatau pidana denda paling banyak 1 dari nilai bangunan gedung jika
karenanya mengakibatkan kerugian harta benda orang lain. b. Pidana kurungan paling lama 2 tahun danatau pidana denda paling
banyak 25 dari nilai bangunan gedung jika karenanya mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain sehingga menimbulakn
cacat seumur hidup.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
275 c. Pidana kurungan paling lama 3 tahun danatau pidana dendan
paling banyak 3 dari nilai bangunan gedung jika karenanya mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.
3. Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah.
105. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran