Undang-Undang No. 13 Tahun 1992 Tentang Perkeretaapian Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 193 yang dilakukan oleh badan hukum juga tidak ada dirumuskan secara khusus dalam undang-undang ini, sanksi pidana yang dirumusukan hanyalah mengenai larangan atau membatasi peredaran danatau penggunaan pestisida tertentu yang dapat dilakukan oleh pemerintah serta dapat juga melarang pengadaan, peredaran, dan penanaman benih tanaman tertentu yang merugikan masyarakat, budidaya tanaman, sumberdaya alam lainnya, danatau lingkungan hidup. Ketentuan tersebut dirumuskan pada Pasal 16 dan Pasal 40 dengan sanksi secara umum diberikan secara kumulatif berupa pidana penjara dan denda dalam hal perbutan berupa kesengajaan serta pidana kurungan dan denda untuk kelalaian.

60. Undang-Undang No. 13 Tahun 1992 Tentang Perkeretaapian

Meskipun pada undang-undang ini ada dirumuskan mengenai badan hukum sebagai pengguna jasa angkutan kereta api akan tetapi mengenai rumusan perbuatan yang dapat menyebabkan dimintanya pertanggungjawaban kepada badan hukum tidak ada diatur, begitu juga mengenai siapa yang dipertanggungjawabkan serta sanksi yang diberikan juga tidak diatur dalam undang-undang ini. 165

61. Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan

a. Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan memuat mengenai kapan badan hukum melakukan tindak pidana, ketentuan tersebut 165 Pasal 1 point 9: Pengguna jasa adalah setiap orang danatau badan hukum yang menggunakan jasa angkutan kereta api baik untuk angkutan orang maupun barang; Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 194 dapat dilihat dengan mengacu pada bab XIII. Hal tersebut diketauhi dengan cara memilah pasal-pasal pada bab XIII, pasal-pasal tersebut meliputi Pasal 33 ayat 1, Pasal 36 ayat 1 dan 2, Pasal 47 dan Pasal 48. 1. Pasal 33 1 Setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara wajib membantu usaha pencarian dan pertolongan terhadap kecelakaan pesawat udara. 2. Pasal 36 1 Kegiatan angkutan udara niaga yang melayani angkutan di dalam negeri atau ke luar negeri hanya dapat diusahakan oleh badan hukum Indonesia yang telah mendapat izin. 2 Kegiatan angkutan udara bukan niaga dapat dilakukan oleh Pemerintah atau badan hukum Indonesia, lembaga tertentu atau perorangan warga negara Indonesia yang telah mendapat izin. 3. Pasal 47 :Setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara wajib mengasuransikan tanggungjawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dan Pasal 44 ayat 1. 4. Pasal 48 :Setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara wajib mengasuransikan awak pesawat udara yang dipekerjakannya. b. Pengaturan mengenai siapa yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan oleh badan hukum tidak ada diatur dalam undang- undang ini. c. Perumusan sanksi pidananya secara alternatif berupa pidana kurungan atau denda namun tidak ditujukan secara khusus kepada korproasi.

62. Undang-Undang No.19 Tahun 1992 tentang Merek