Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 229 Pembatalan pendaftaran; h. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; i. Pencabutan izin.

79. Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi a. Undang-undang perdagangan berjangka komoditi, perihal pertanggungjawaban pidana korporasi tidak ada dirumuskan, padahal pada undang-undang ini yang merupakan objek pengaturannya adalah korporasi karena pada undang-undang tersebut disebutkan beberapa point tentang korporasi, ketentuan tersebut dapat dilihat pada: 1. Pasal 1 point 2 disebutkan bahwa ”Bursa Berjangka adalah badan usaha...”. 2. Pasal 1 point 7 menyatakan bahwa ”Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka, yang selanjutnya disebut Lembaga Kliring Berjangka, adalah badan usaha...” 3. Pasal 1 point 12 menyebutkan bahwa ”Pialang Perdagangan Berjangka, yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka, adalah badan usaha...” 4. Pasal 25 ayat 2 juga menyebutkan ”Lembaga Kliring Berjangka, sebagaimana dimaksud pada ayat 1, adalah badan usaha berbentuk perseroan terbatas...” b. Meskipun pada undang-undang ini tidak ada dirumuskan mengenai prinsip pertanggungajawaban pidana korporasi namun mengenai rumusan perbuatan dilarang yang mungkin di lakukan oleh korporasi dalam undang-undang ini ada diatur pada bab bab X tentang sanksi administratif dan ketentuan pidana. Akan tetapi untuk lebih nyatanya diketahui bahwa perbuatan yang dirumuskan itu adalah perbuatan yang ditujukan kepada korporasi dapat ditelaah dengan cara mengaitkan antara pasal-pasal yang berisi ketentuan pidana pada bab X Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 230 Pasal 71 dan 73 dengan rumusan pasal yang dituju dalam Pasal 71 dan 73 tersebut. Pada pasal 71 dan Pasal 73 disebutkan bahwa : 1. Pasal 71 1. Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka tanpa memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 1...” 181 3.Setiap Pihak yang melakukan kegiatan tanpa memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam... Pasal 12 ayat 4...” 182 2. Pasal 73 1. Setiap Pihak yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 huruf c, Pasal 27 ayat 1 huruf b, Pasal 27 ayat 1 huruf c, Pasal 36 ayat 3, Pasal 45 ayat 3, Pasal 51 ayat 3, Pasal 51 ayat 4, Pasal 54 ayat 3, Pasal 54 ayat 4, Pasal 55, Pasal 59, Pasal 63 ayat 2 atau melakukan kegiatan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 43...” 183 181 Pasal 14 ayat 1 Kegiatan transaksi Kontrak Berjangka hanya dapat dilakukan di Bursa Berjangka yang telah memperoleh izin usaha dari Bappebti dan berdasarkan ketentuan Undang-undang ini danatau peraturan pelaksanaannya. 182 Pasal 12 ayat 4 Pedagang Berjangka wajib memperoleh sertifikat pendaftaran dari Bappebti sebelum diperkenankan melakukan kegiatan perdagangan di Bursa Berjangka. 183 Pasal 17 ayat 1 point c. menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Bursa Berjangka, kecuali informasi tersebut diberikan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Undang-undang ini danatau peraturan pelaksanaannya; pasal 27 ayat 1: Lembaga Kliring Berjangka wajib: a.memiliki modal yang cukup untuk menyelenggarakan kegiatan Lembaga Kliring Berjangka dengan baik; b.menyimpan dana yang diterima dari Anggota Kliring Berjangka dalam rekening yang terpisah dari rekening milik Lembaga Kliring Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti; c.menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Kliring Berjangka, kecuali informasi tersebut diberikan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Undang-undang ini danatau peraturan pelaksanaannya; Pasal 36 ayat 3 Semua kekayaan Sentra Dana Berjangka wajib disimpan pada bank, sebagaimana dimaksud pada ayat 1, yang selanjutnya disebut Bank Penitipan Sentra Dana Berjangka.Pasal 45 ayat 3 Dana Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib disimpan dalam rekening yang terpisah dari rekening bursa berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti.Pasal 51:1 Pialang Berjangka, sebelum melaksanakan transaksi Kontrak Berjangka untuk Nasabah, berkewajiban menarik Margin dari Nasabah untuk jaminan transaksi tersebut. 2: Margin sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dapat berupa uang danatau surat berharga tertentu.3: Pialang Berjangka wajib memperlakukan Margin milik Nasabah, termasuk tambahan dana hasil transaksi Nasabah yang bersangkutan, sebagai dana milik Nasabah.4: Dana milik Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat 3, wajib disimpan dalam rekening yang terpisah dari rekening Pialang Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti.Pasal 54 ayat 2: Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko kepada calon peserta Sentra Dana Berjangka sebelum kedua pihak mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pengelolaan Sentra Dana Berjangka.3: Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib mengelola setiap Sentra Dana Berjangka dalam suatu lembaga yang terpisah dari Pengelola Sentra Dana Berjangka yang bersangkutan.4: Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib menempatkan dana bersama yang dihimpun dari calon peserta Sentra Dana Berjangka dalam rekening yang terpisah dari rekening Pengelola Sentra Dana Berjangka yang bersangkutan pada bank yang disetujui oleh Bappebti.Pasal 55: Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib menjamin kerahasiaan data dan informasi mengenai Nasabah, klien, atau peserta Sentra Dana Berjangka, dan dilarang mengungkapkan data dan informasi tersebut, kecuali memperoleh persetujuan tertulis dari Nasabah, klien, atau peserta Sentra Dana Berjangka yang bersangkutan atau diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 59: Setiap Pihak wajib melaporkan kepada Bappebti melalui bursa posisi terbuka Kontrak Berjangka yang dimilikinya apabila mencapai batas tertentu yang ditetapkan oleh Bappebti. Pasal 63 ayat 2: Pihak yang telah memperoleh izin sebagai Wakil Pialang Berjangka, Wakil Penasihat Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka serta Pihak yang telah memperoleh persetujuan danatau sertifikat pendaftaran diwajibkan pula menyampaikan laporan sewaktu-waktu diperlukan. Pasal 37:Sentra Dana Berjangka dilarang:a. menerima danatau memberikan pinjaman; danatau b. menggunakan dana Sentra Dana Berjangka untuk membeli Sertifikat Penyertaan dari Sentra Dana Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 231 3.Setiap Pihak yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam...Pasal 53 ayat 2, Pasal 53 ayat 4... atau melakukan kegiatan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat 3...” 184 c. Korporasi tidak disebutkan secara langsung pada undang-undang ini. Pengertian korporasi dalam rumusan sanksi pidana disebutkan dengan kata ”setiap pihak” dan jika dilihat pada pasal 1 mengenai ketentuan umum maka akan didapat pengertian dari setiap pihak yankni ”Pihak adalah orang perseorangan, koperasi, badan usaha lain, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok orang perseorangan danatau perusahaan yang terorganisasi”. Sanksi pidana pada undang-undang ini dirumuskan secara kumulatif berupa pidana penjara dan kurungan pada Pasal 71 ayat 1 dan Pasal 73 ayat 3, sedangkan untuk Pasal 71 ayat 2 dengan pidana kurungan dan denda. Pasal 69 ayat 2 pada undang-undang ini juga memuat sanksi administratif yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah sanksi adminstratif tersebut meliputi : a. Peringatan tertulis; b.Denda administratif, yaitu kewajiban membayar sejumlah uang tertentu; c.Pembatasan kegiatan usaha; d.Pembekuan kegiatan usaha; e.Pencabutan izin usaha; f.Pencabutan izin; g.Pembatalan persetujuan; danatau h.Pembatalan sertifikat pendaftaran. Sanksi tersebut tidak merupakan Berjangka lain. Pasal 43: Pengelola Sentra Dana Berjangka dilarang:a. menyimpan kekayaan Sentra Dana Berjangka pada bank yang berafiliasi dengannya; danataub. menggunakan jasa Pialang Berjangka yang berafiliasi dengannya. 184 Pasal 53:2 Penasihat Berjangka wajib menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko kepada klien sebelum kedua pihak mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pemberian jasa.3 Penasihat Berjangka dilarang menarik atau menerima uang danatau surat berharga tertentu dari kliennya, kecuali untuk pembayaran jasa atas nasihat yang diberikan kepada klien yang bersangkutan.4 Penasihat Berjangka dalam memberikan rekomendasi kepada klien untuk membeli atau menjual Kontrak Berjangka wajib terlebih dahulu memberitahukan apabila ada kepentingan Penasihat Berjangka yang bersangkutan. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 232 salah-satu jenis sanksi pidana yang dapat dijatuhkan oleh hakim pengadilan apabila korporasi diajukan sebagai pelaku tindak pidana. Melainkan sebagai sanksi administratif.

80. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan