Undang-Undang No. 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Asing

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 123 tidak diancam dengan hukuman yang lebih berat lagi dalam atau berdasarkan Undang-undang ini. 7. Pasal 53: 1.Barangsiapa yang tidak menuruti perintah yang diberikan berdasarkan pasal 22 ayat 1, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga tahun. 2. Mereka yang disangka atau didakwa melakukan kejahatan yang tersebut dalam ayat 1 di atas, diperbolehkan ditahan menurut cara yang dilakukan terhadap tersangka-tersangka atau terdakwa-terdakwa yang melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara selama- lamanya lima tahun atau lebih. 3 Semua peraturan tentang hukum acara pidana mengenai penahanan sementara dilakukan terhadap mereka yang dimaksudkan dalam ayat 2 di atas. 4 Tersangka atau terdakwa yang dalam penahanan sementara berdasarkan pasal ini, bebas dengan sendirinya menurut hukum, apabila keadaan bahaya tidak ada lagi dalam daerah yang bersangkutan. 8. Pasal 54 : Apabila salah satu kejahatan yang dimaksudkan dalam pasal- pasal 211, 212, 213, 214, 216, 217, 218 dan 219 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dilakukan dalam daerah yang dinyatakan dalam keadaan bahaya, maka hukuman-hukuman yang disebut dalam pasal-pasal tersebut dapat ditambah dengan sepertiga.

4. Undang-Undang No. 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Asing

a. Bentuk pertanggungjawaban korporasi yang dianut pada undang-undang ini adalah prinsip pengaturan pertanggungjawaban korporasi yang kedua yakni korporasi yang berbuat dan pengurus yang bertanggungjawab ditambahkan juga jika pemimpin badan hukum atau perserikatan dipegang oleh badan hukum atau perserikatan lain maka terhadap pengurus atau pemimpin badan hukum atau perserikatan lain dapat juga dilakukan tuntutan dan penjatuhan Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 124 hukuman. Pasal yang mengatur tentang pertanggungjawaban pengurus atas perbuatan pidana yang dilakukan oleh korporasi yakni pada Pasal 13: 1. Jika sesuatu hal yang diancam dengan hukuman dalam undang-undang ini dilakukan oleh sesuatu badan hukum atau perserikatan maka tuntutan ditujukan serta hukuman dijatuhkan terhadap pengurus atau pemimpin- pemimpin badan hukum atau perserikatan itu. 2 Jika pemimpin badan hukum atau perserikatan dipegang oleh badan hukum atau perserikatan lain, maka ketentuan pada ayat 1 berlaku lagi bagi pengurus badan hukum atau perserikatan yang memegang pimpinan itu. b. Hal yang diancam dengan hukuman dalam undang-undang tidak dirumuskan secara eksplisit tehadap badan hukum karena tidak ada penyebutan badan hukum pada awal kalimat yang merupakan perbuatan yang dilarang, sehingga diperlukan interpretasi untuk mengetahui maksud dari pembuat undang- undang ini, salah satunya dengan menghubungkan antara pasal yang ada merumuskan badan hukum sebagai subjek. Ketentuan itu dapat dilihat pada Pasal 1 point c yang menyatakan bahwa: ”Majikan, ialah tiap orang atau badan hukum...” selanjutnya akan dicari pasal-pasal yang memuat majikan sebagai subjek atas perbuatan yang dilarang. Pasal-pasal tersebut meliputi: Pasal 2 ayat 1 dan ayat 4 yakni : 1. Majikan dilarang mempekerjakan orang-asing tanpa izin tertulis dari Menteri. 4. Dalam hal termaksud pada ayat 3 majikan yang bersangkutan berkewajiban memberi laporan tentang orang-orang asing yang Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 125 dipekerjakannya serta pekerjaan mereka masing-masing dalam waktu dan menurut contoh yang ditetapkan oleh Menteri. c. Perumusan sanksi pidananya secara alternatif dengan hukuman kurungan atau denda, dapat diperhatikan pada Pasal 9 ayat 1, yakni : Pasal 9 ayat 1: Majikan yang melanggar Pasal 2 ayat 1 atau tidak memenuhi syarat-syarat termaksud pada pasal 3 ayat 4 atau tidak memenuhi kewajiban termaksud pada pasal 2 ayat 4 dihukum dengan hukuman kurungan selama- lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh ribu rupiah.

5. Undang-Undang No 17 Tahun 1958, Penetapan Undang-Undang Darurat