Undang-Undang No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 226 3 Mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; danatau 4 Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; danatau 5 Menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama tiga tahun. Sanksi tindakan tata-tertib khususnya pada point 1 dan 2 tidak ada menyebutkan adanya pidana tambahan, namun sanksi berupa perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana dan atau penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan pada hakekatnya dapat dikelompokkan ke dalam jenis pidana tambahan. Perampasan keuntungan pada hakekatnya merupakan perluasan dari perampasan barang yang merupakan salah satu pidana tambahan menurut KUHP. Demikian pula dengan penutupan perusahaan pada hakekatnya merupakan perluasan dari pidana tambahan berupa pencabutan hak karena penutupan perusahaan dapat mengandung di dalamnya pencabutan hak izin berusaha. Akan tetapi di dalam undang-undang ini tidak ada dirumuskan secara eksplisit mengenai jenis sanksi pidana tindakan berupa pemberian ganti rugi langsung kepada korban. Namun bentuk-bentuk tindakan dalam Pasal 47 sub c, sub d dan sub e di atas dapat dikatakan sebagai pemberian restitusi. 176

77. Undang-Undang No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran

Pada undang-undang No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran mengatur mengenai Lembaga Penyiaran Swasta sebagai lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia Pasal 11 ayat 1, dengan kata lain yang menjadi 176 Barda Nawawai Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penaggulangan Kejahatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 110-111. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 227 obejek pengaturan undang-undang ini juga meliputi korporasi. Mengenai konsep pertanggungjawaban pidana korporasi dan perumusan perbuatan yang tergolong dalam tindak pidana pada undang-udang ini tidak ada dirumuskan, mengenai sanksi pidana yang dapat diberikan pada badan hukum juga tidak ada disebutkan dalam undang-undang ini.

78. Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan

a. Pada undang-undang ini tidak ada dirumuskan mengenai prinsip pertanggungjawaban pidana badan hukum. Sedangkan beberapa pihak berstatus sebagai badan hukum, seperti pada Pasal 1 ayat 4 dan 5 yang menyatakan bahwa pengusaha dapat berbentuk badan hukum ayat 4 dan pada ayat 5 menyatkan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, pada Pasal 124 juga disebutkan mengenai lembaga pelatihan kerja swasta harus berbentuk badan hukum serta pada Pasal 136 ayat 2 yang mengharuskan penyelenggara pemagangan berbentuk badan hukum. b.Rumusan mengenai kapan tindak pidana dilakukan oleh badan hukum tidak disebutkan secara eksplisit, namun dengan menghubungkan antara siapa-siapa saja yang termasuk dalam badan hukum meliputi pengusaha, perusahaan, lembaga pelatihan kerja swasta dan Penyelenggara pelayanan penempatan tenaga kerja dengan bab XVI tentang ketentuan pidana maka didapat beberapa pasal yang merumuskan mengenai kapan tindak pidana dilakukan Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 228 oleh badan hukum. Ketentuan tersebut daitur pada bab tentang ketentuan pidana mulai dari Pasal 171 sampai dengan Pasal 196, diantaranya meliputi: 1. Pasal 184 ayat 1 Barangsiapa : Mempekerjakan pekerja pada hari libur resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat 1 di luar ketentuan ayat 2...” 177 2. Pasal 186 ayat 1 Barangsiapa membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat 4...” 178 3. Pasal 187: Barangsiapa melakukan diskriminasi dalam penetapan upah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat 2...” 179 4. Pasal 188 ayat 1: Barangsiapa tidak membayar upah kepada pekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat 2...” 180 5. Pasal 192 Barangsiapa menyelenggarakan pelayanan penempatan tenaga kerja dengan tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ayat 1...” . c. Perumusana sanksi pidana yang ditujukan kepada badan hukum tidak ada disebutkan secara khusus. Bab XVI pada Pasal 171 sd Pasal 196 mengatur secara kumulatif berupa penjara danda. Untuk pelanggaran terhadap ketentuan adminstratif dikenkan sanksi administratif berdasarkan Pasal 170 ayat 2, berupa : a. Teguran; b. Peringatan tertulis; c. Denda; d. Pembatasan kegiatan usaha; e. Pembekuan kegiatan usaha; f. Pembatalan persetujuan; g. 177 Pasal 1071 Setiap pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja pada hari-hari libur resmi.2 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bagi pengusaha yang mempekerjakan pekerjanya untuk melakukan pekerjaan yang sifat pekerjaannya harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus-menerus. 178 Pasal 111 ayat 4 Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3. 179 Pasal 113 ayat 2 Dalam penetapan upah, pengusaha dilarang melakukan diskriminasi atas dasar apapun untuk pekerjaan yang sama nilainya 180 Pasal 114 ayat 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku dan pengusaha wajib membayar upah apabila:a. pekerja sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan; b. pekerja tidak masuk bekerja karena berhalangan; c. pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap negara; d. pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;e. pekerja bersedia melakukan pekerjaan yang telah diperjanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang dialami pengusaha;f. Pekerja melaksanakan hak istirahat dan cuti;g. pekerja melaksanakan tugas organisasi pekerja atas persetujuan pengusaha Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 229 Pembatalan pendaftaran; h. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; i. Pencabutan izin.

79. Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka