Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 171 1. Badan hukum; 2. Yang memberikan perintah untuk melakukannya; 3. Yang memimpin dalam melakukan tindak pidana itu. b. Rumusan tentang kapan badan hukum melakukan tindak pidana dijelaskan pada Pasal 46 yang menyatakan bahwa jika tindak pidana yang dimaksud dalam Pasal 44 dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum..., maka perbuatan yang dimaksud dalam Pasal 44 tersebut meliputi : 150 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar hak cipta 2. Barangsiapa menyiarkan, memamerkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan yang diketahuinya melanggar hak cipta 3. Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 18. 151 c. Sanksi pidana yang diberikan kepada badan hukum secara alternatif berupa pidana penjara atau denda Pasal 44 ayat 1, 2 dan 3.

40. Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 Semua ketentuan dalam undang-undang ini sama dengan undang-undang sebelumnya. Penambahan pada hukum materil khususnya mengenai rumusan 150 Pasal 46: ”Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum...” 151 Pasal 18 UU No. 6 Tahun 1982: 1 Pemegang hak cipta atas potret seseorang, untuk memperbanyak atau mengumumkan ciptaannya, harus terlebih dahulu mendapat izin dari orang yang dipotret, atau dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun sesudah orang yang dipotret meninggal dunia, mendapat izin ahli warisnya. 2 Jika suatu potret memuat 2 dua orang atau lebih, maka untuk perbanyakan atau pengumuman masing-masing yang dipotret, apabila pengumuman atau perbanyakan itu memuat juga orang lain dalam potret itu, pemegang hak cipta harus terlebih dahulu mendapat izin dari masing-masing dalam potret itu, atau dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun sesudah yang bersangkutan meninggal dunia dengan mendapat izin ahli waris masing-masing.3 Pasal ini hanya berlaku terhadap potret yang dibuat : Atas permintaan sendiri dari orang yang dipotret; Atas permintaan yang dilakukan atas nama orang yang dipotret; Untuk kepentingan orang yang dipotret. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 172 kewajiban diatur pada Bab V sesudah Pasal 15 dengan ketentuan-ketentuan yang dijadikan Pasal 15ª, pada ayat 2 dikatakan bahwa dalam batas-batas yang pantas penerbitan pers wajib memenuhi permintaan masyarakat pembacanya yang akan menggunakan Hak Jawab.

41. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata

Cara Perpajakan a. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 menyebutkan wajib pajak terdiri atas orang manusia dan badan korporasi. Meskipun telah mengadopsi tentang korporasi namun undang-undang tersebut tidak merumuskan kepada siapa dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana. b.Rumusan tentang perbuatan pidana yang dilakukan oleh badan hukum terdapat pada Pasal 38 dan Pasal 39, ketentuan ini dipertegas oleh Pasal 43 yang menyatakan bahwa: ”Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan Pasal 39, berlaku juga bagi wakil atau pegawai dari ”Wajib Pajak”. Sedangkan yang termasuk dalam pengertian wajib pajak adalah ”orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan”. Bagi wajib pajak termasuk badan apabila sengaja melakukan perbuatan yang dimaksud dalam Pasal 39 maka tergolong sebagai kejahatan sehingga dapat dipidana, pengaturan mengenai sanksi pidana Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 173 disebutkan langsung dalam pasal tersebut namun tidak ditujukan secara langsung kepada badan korporasi. Pasal 39: 1 Barang siapa dengan sengaja : a. Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; atau b. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; danatau 152 c. Menyampaikan Surat Pemberitahuan danatau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; danatau d. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; danatau e. Tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lainnya; danatau f. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 3 tiga tahun dan atau denda setinggi- tingginya sebesar 4 empat kali jumlah pajak yang terhutang yang kurang atau yang tidak dibayar. 2 Ancaman dana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilipat- kan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan.

42. Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan