Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
242 kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 lima tahun
penjara atau dikenakan denda paling banyak 5 lima per seratus dari nilai kontrak.
3 Barangsiapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang
melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan
konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 lima tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10 sepuluh per
seratus dari nilai kontrak
.
Sayangnya masih banyak kewajiban dan larangan yang tidak memiliki saksi dalam undang-undang ini sehingga akan sulit mewujudkannya kepastian
hukum dalam undang-undang in undang-undang tersebut diantaranya:
1. Pasal 18 ayat 2 Dalam pengikatan, penyedia jasa wajib menyusun dokumen penawaran berdasarkan prinsip keahlian untuk disampaikan
kepada pengguna jasa. 2. Pasal 20: Pengguna jasa dilarang memberikan pekerjaan kepada penyedia
jasa yang terafiliasi untuk mengerjakan satu pekerjaan konstruksi pada lokasi dan dalam kurun waktu yang sama tanpa melalui pelelangan umum
ataupun pelelangan terbatas.
3. Pasal 23: ayat 2 Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja,
perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
4. Pasal 24 ayat 3 Penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib memenuhi hak-hak subpenyedia jasa sebagaimana tercantum dalam kontrak
kerja konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa. 5. Pasal 25:1 Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas
kegagalan bangunan.
84. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
a. Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 adalah undang-
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
243 undang yang mengatur tentang bank sentral. Meskipun pada Pasal 4 ayat 3
disebutkan bahwa Bank Indonesia adalah badan hukum, namun tidak diadopsi konsep pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada Bank Indonesia
seperti pada korporasi pada umumnya. Hal ini dilakukan karena meskipun Bank Indonesia merupakan badan hukum namun karena ia memiliki otoritas
moneter Pasal 8 maka seyogyanya tidak menjadi subjek tindak pidana yang diatur dalam undang-undang. Dengan kata lain pertanggungjawaban pidana
yang dilakukan oleh directing mind Bank Indonesia, sekalipun itu dilakukan untuk dan atas nama kepentingan Bank Indonesia pertanggungjawaban
pidananya hanya dibatasi kepada manusia yang menjadi pelaku tindak pidana itu saja, alasannya bahwa dengan menjatuhkan pidana kepada Bank Indonesia
sebagai korporasi justru dapat menimbulkan dampak merugikan bagi kepentingan umum. Sehingga peluang pertanggungjawaban pidananya adalah
pengurus yang berbuat dan pengurus yang bertanggungjawab. Pengurus di sini dijalankan oleh Dewan Gubernur Pasal 36 dan Pasal 38. Pasal 37 1
Dewan Gubernur terdiri atas seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan sekurang-kurangnya 4 empat orang atau sebanyak-banyaknya 7
tujuh orang Deputi Gubernur. Dewan Gubernur dipimpin oleh Gubernur dengan Deputi Gubernur Senior sebagai wakil. Dewan Gubernur mewakili
Bank Indonesia di dalam dan di luar pengadilan.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
244 Rumusan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pengurus diluar
kewenangan korporasi disebutkan pada Pasal 71:
1.Gubernur, Deputi Gubernur Senior, Deputi Gubernur, pegawai Bank Indonesia, atau pihak lain yang ditunjuk atau disetujui oleh Bank
Indonesia untuk melakukan tugas tertentu yang memberikan keterangan dan data lainnya yang bersifat rahasia yang diperoleh karena jabatannya
secara melawan hukum…”.
2. “Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh badan…”
b . Saksi pidana yang diberikan kepada badan hukum yang tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang ini maka dapat dimintakan
pertanggungjawabannya, berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam pasal-
pasal berikut:
1. Pasal 66: Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 4, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 1 satu tahun dan paling lama 3 tiga tahun, serta denda sekurang-kurangnya Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah
dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah.
2. Pasal 69: Badan yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 3, diancam dengan pidana denda paling banyak
Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. 3. Pasal 71 ayat 2: ” Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasl
71 ayat 1 dilakukan oleh badan tersebut diancam dengan pidana denda sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah dan paling
banyak Rp6.000.000.000,00 enam miliar rupiah”.
Pada undang-undang ini juga mengenal pemberian sanksi administrasi yang diberikan terhadap pegawai Bank Indonesia serta pihak-pihak lain yang tidak
memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang ini. Pemberian sanksi dilakukan oleh Dewan Gubernur.Pasal 72 ayat 1. Sanksi
tersebut disebutkan pada ayat 2: a. Denda; atau b.Teguran tertulis; atau c. e.Pencabutan atau pembatalan izin usaha oleh instansi yang berwenang apabila
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
245 pelanggaran dilakukan oleh badan usaha; atau f. Pengenaan sanksi disiplin
kepegawaian.
85. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana