Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 242 kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 lima tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5 lima per seratus dari nilai kontrak. 3 Barangsiapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 lima tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10 sepuluh per seratus dari nilai kontrak . Sayangnya masih banyak kewajiban dan larangan yang tidak memiliki saksi dalam undang-undang ini sehingga akan sulit mewujudkannya kepastian hukum dalam undang-undang in undang-undang tersebut diantaranya: 1. Pasal 18 ayat 2 Dalam pengikatan, penyedia jasa wajib menyusun dokumen penawaran berdasarkan prinsip keahlian untuk disampaikan kepada pengguna jasa. 2. Pasal 20: Pengguna jasa dilarang memberikan pekerjaan kepada penyedia jasa yang terafiliasi untuk mengerjakan satu pekerjaan konstruksi pada lokasi dan dalam kurun waktu yang sama tanpa melalui pelelangan umum ataupun pelelangan terbatas. 3. Pasal 23: ayat 2 Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. 4. Pasal 24 ayat 3 Penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib memenuhi hak-hak subpenyedia jasa sebagaimana tercantum dalam kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa. 5. Pasal 25:1 Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan.

84. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

a. Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 adalah undang- Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 243 undang yang mengatur tentang bank sentral. Meskipun pada Pasal 4 ayat 3 disebutkan bahwa Bank Indonesia adalah badan hukum, namun tidak diadopsi konsep pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada Bank Indonesia seperti pada korporasi pada umumnya. Hal ini dilakukan karena meskipun Bank Indonesia merupakan badan hukum namun karena ia memiliki otoritas moneter Pasal 8 maka seyogyanya tidak menjadi subjek tindak pidana yang diatur dalam undang-undang. Dengan kata lain pertanggungjawaban pidana yang dilakukan oleh directing mind Bank Indonesia, sekalipun itu dilakukan untuk dan atas nama kepentingan Bank Indonesia pertanggungjawaban pidananya hanya dibatasi kepada manusia yang menjadi pelaku tindak pidana itu saja, alasannya bahwa dengan menjatuhkan pidana kepada Bank Indonesia sebagai korporasi justru dapat menimbulkan dampak merugikan bagi kepentingan umum. Sehingga peluang pertanggungjawaban pidananya adalah pengurus yang berbuat dan pengurus yang bertanggungjawab. Pengurus di sini dijalankan oleh Dewan Gubernur Pasal 36 dan Pasal 38. Pasal 37 1 Dewan Gubernur terdiri atas seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan sekurang-kurangnya 4 empat orang atau sebanyak-banyaknya 7 tujuh orang Deputi Gubernur. Dewan Gubernur dipimpin oleh Gubernur dengan Deputi Gubernur Senior sebagai wakil. Dewan Gubernur mewakili Bank Indonesia di dalam dan di luar pengadilan. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 244 Rumusan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pengurus diluar kewenangan korporasi disebutkan pada Pasal 71: 1.Gubernur, Deputi Gubernur Senior, Deputi Gubernur, pegawai Bank Indonesia, atau pihak lain yang ditunjuk atau disetujui oleh Bank Indonesia untuk melakukan tugas tertentu yang memberikan keterangan dan data lainnya yang bersifat rahasia yang diperoleh karena jabatannya secara melawan hukum…”. 2. “Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh badan…” b . Saksi pidana yang diberikan kepada badan hukum yang tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang ini maka dapat dimintakan pertanggungjawabannya, berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam pasal- pasal berikut: 1. Pasal 66: Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 4, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 1 satu tahun dan paling lama 3 tiga tahun, serta denda sekurang-kurangnya Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah. 2. Pasal 69: Badan yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 3, diancam dengan pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. 3. Pasal 71 ayat 2: ” Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasl 71 ayat 1 dilakukan oleh badan tersebut diancam dengan pidana denda sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 enam miliar rupiah”. Pada undang-undang ini juga mengenal pemberian sanksi administrasi yang diberikan terhadap pegawai Bank Indonesia serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang ini. Pemberian sanksi dilakukan oleh Dewan Gubernur.Pasal 72 ayat 1. Sanksi tersebut disebutkan pada ayat 2: a. Denda; atau b.Teguran tertulis; atau c. e.Pencabutan atau pembatalan izin usaha oleh instansi yang berwenang apabila Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 245 pelanggaran dilakukan oleh badan usaha; atau f. Pengenaan sanksi disiplin kepegawaian.

85. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana