Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 294 dan sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurus dan pidana dendanya ditambah 13 sepertiga dari pidana yang dijatuhkan.

115. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Perihal badan hukum dalam undang-undang ini diakui, dengan penyebutan “Setiap orang” yang merupakan orang perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi. Setiap orang di dalam udang-undang ini memiliki keharusan yang harus dipenuhi diantaranya pernyataan Pasal 49 yang menyatakan bahwa: ”Setiap orang yang telah menerima benda yang merupakan bagian dari harta Debitor yang tercakup dalam perbuatan hukum yang dibatalkan, harus mengembalikan benda tersebut kepada Kurator dan dilaporkan kepada Hakim Pengawas”. Keharusan tersebut akan tetapi tidak memiliki sanksi jika tidak dipenuhi, sehingga mungkin tidak efektif untuk penaatannya, begitu juga mengenai prinsip pertangungjawban pidana juga tidak ada dirumuskan dalam undang- undang ini.

116. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

a. Undang-undang ini menyebutkan badan usaha dalam ketentuan pidananya, begitu juga mengenai prinsip pertanggungjawaban pidana juga dirumuskan, tepatnya pada bab VIII Pasal 65, jika tindak pidana dilakukan oleh badan usaha maka pidana dikenakan terhadap badan usaha yang bersangkutan. Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 295 Pasal 65: 1 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 42, dan Pasal 54 dilakukan badan usaha, pidana dikenakan terhadap badan usaha yang bersangkutan. b.Pasal 65 juga mengatur tentang kapan suatu perbuatan tergolong dalam tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi. Perbuatan-perbuatan tersebut dirumuskan alam pasal-pasal sebagai berikut: 1. Pasal 12 1.Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang manfaat jalan. 2.Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang milik jalan. 3.Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang pengawasan jalan. 2. Pasal 42: Setiap orang dilarang menyelenggarakan jalan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Pasal 54: Setiap orang dilarang mengusahakan suatu ruas jalan sebagai jalan tol sebelum adanya penetapan Menteri. c. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada point b tersebut yang dilakukan oleh badan usaha korporasi, pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda ditambah sepertiga denda yang dijatuhkan. Penetapan denda dibuat terpisah dari ketentuan Pasal 12 yakni disebutkan pada Pasal 63 dengan ketentuan sebagai berikut: 1.Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang manfaat jalan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 1, dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 delapan belas bulan atau denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 satu miliar lima ratus juta rupiah. 2. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang milik jalan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 2, dipidana dengan pidana Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009 296 penjara paling lama 9 sembilan bulan atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. 3.Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang pengawasan jalan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 3, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga bulan atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. 4.Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan penyelenggaraan jalan sebagaimana dimaksud pada Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun atau denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. 5.Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pengusahaan jalan tol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah.

117. Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan