Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
294 dan sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurus dan pidana dendanya
ditambah 13 sepertiga dari pidana yang dijatuhkan.
115. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Perihal badan
hukum dalam undang-undang ini diakui, dengan penyebutan “Setiap orang” yang merupakan orang perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang
berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi. Setiap orang di dalam udang-undang ini memiliki keharusan yang harus
dipenuhi diantaranya pernyataan Pasal 49 yang menyatakan bahwa: ”Setiap orang yang telah menerima benda yang merupakan bagian dari harta
Debitor yang tercakup dalam perbuatan hukum yang dibatalkan, harus mengembalikan benda tersebut kepada Kurator dan dilaporkan kepada Hakim
Pengawas”. Keharusan tersebut akan tetapi tidak memiliki sanksi jika tidak dipenuhi,
sehingga mungkin tidak efektif untuk penaatannya, begitu juga mengenai prinsip pertangungjawban pidana juga tidak ada dirumuskan dalam undang-
undang ini.
116. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
a. Undang-undang ini menyebutkan badan usaha dalam ketentuan pidananya,
begitu juga mengenai prinsip pertanggungjawaban pidana juga dirumuskan, tepatnya pada bab VIII Pasal 65, jika tindak pidana dilakukan oleh badan
usaha maka pidana dikenakan terhadap badan usaha yang bersangkutan.
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
295 Pasal 65: 1 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,
Pasal 42, dan Pasal 54 dilakukan badan usaha, pidana dikenakan terhadap badan usaha yang bersangkutan.
b.Pasal 65 juga mengatur tentang kapan suatu perbuatan tergolong dalam tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi. Perbuatan-perbuatan tersebut
dirumuskan alam pasal-pasal sebagai berikut: 1. Pasal 12
1.Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang manfaat jalan.
2.Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang milik jalan.
3.Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang pengawasan jalan.
2. Pasal 42: Setiap orang dilarang menyelenggarakan jalan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Pasal 54: Setiap orang dilarang mengusahakan suatu ruas jalan sebagai jalan tol sebelum adanya penetapan Menteri.
c. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada point b tersebut yang dilakukan oleh badan usaha korporasi, pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda
ditambah sepertiga denda yang dijatuhkan. Penetapan denda dibuat terpisah dari ketentuan Pasal 12 yakni disebutkan pada Pasal 63 dengan ketentuan
sebagai berikut: 1.Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang manfaat jalan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 1, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 18 delapan belas bulan atau denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 satu miliar lima ratus juta rupiah.
2. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang milik jalan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 2, dipidana dengan pidana
Rise Karmila : Pengaturan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Ketentuan Pidana Di Luar KUHP, 2009. USU Repository © 2009
296 penjara paling lama 9 sembilan bulan atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. 3.Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang pengawasan jalan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 3, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 tiga bulan atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah.
4.Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan penyelenggaraan jalan sebagaimana dimaksud pada Pasal 42, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 dua tahun atau denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 dua miliar rupiah.
5.Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pengusahaan jalan tol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 lima belas tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah.
117. Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan