Mendalami Pandangan Gereja Katolik terhadap Agama Buddha

228 Kelas XII SMA

e. PendalamanDiskusi

Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi dalam kelompok dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1 Apa ajaran pokok agama Buddha? 2 Apa Kitab Suci agama Buddha? 3 Apa nama hari raya agama Buddha? 4 Apa pandangan Gereja Katolik terhadap agama Buddha? 5 Bagaimana sikapmu terhadap penganut agama Buddha dalam hidupmu sebagai warga masyarakat Indonesia?

f. Peneguhan

Setelah peserta didik berdiskusi dan menyampaikan jawaban atas pertanyaan- pertanyaan tersebut, guru memberikan penjelasan berikut ini. 1 Buddhisme mengakui bahwa dunia yang serba berubah ini sama sekali tidak mencukupi, mengajarkan kepada manusia jalan, dengan jiwa penuh bakti dan kepercayaan, untuk memperoleh keadaan kebebasan yang sempurna, entah dengan usaha sendiri atau berkat bantuan dari atas, mencapai penerangan yang tertinggi. 2 Sikap Gereja Katolik adalah tidak menolak apa pun, yang dalam agama- agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. 3 Sikap kita sebagai orang Katolik terhadap sesama warga negara Indonesia yang beragama Buddha adalah saling menghargai, saling menghormati serta saling bekerja sama membangun bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia yaitu masyarakat yang adil dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.

5. Mengenal Kekhasan Agama Khonghucu Dialog

a. Dialog

Guru mengajak peserta didik untuk menyimak uraian tentang agama Khonghucu. Guru dapat memulainya dengan dialog untuk melihat sejauh mana peserta didik mengetahui tentang agama Konghucu.

b. Mengenal lebih jauh agama Khonghucu

Guru mengajak para peserta didik untuk menyimak uraian tentang agama Khonghucu lihat H. Ikhsan Tanggok. Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu. Gramedia: Jakarta, 2000 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 229

1. Pendiri Agama Khonghucu

Khonghucu adalah nabi dan pendiri agama Khonghucu. Ia lahir di kota Tsow di negeri Lu di dataran Cina. Ia ditinggal bapaknya waktu ia masih berusia 3 tahun dan pada usia 26 tahun ibunya juga meninggal dunia. Sejak kecil ia suka berdoa. Dalam permainan dengan teman sebayanya, ia suka memerankan diri sebagai seorang yang memimpin doa. Pada masa mudanya, ia sangat berhasil dalam tugasnya di dinas pertanian dan petenakan. Ia berhasil menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Konghucu tumbuh menjadi seorang yang jujur, hidup sederhana, dan suka memberi nasihat orang lain. Ia dikenal sebagai guru dan pemimpin yang bijaksana. Ajaran-ajaran Khonghucu terus dipelihara oleh pengikutnya dan dihayati secara pribadi sebagai jalan hidup.

2. Inti Ajaran Khonghucu

Khonghucu sangat mementingkan ajaran moral. Jika setiap orang dapat mengusahakan keharmonisan dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan maka akan tercipta perdamaian Allah. Tujuan hidup yang dicita- citakan dalam Khonghucu adalah menjadi seorang Kuncu manusia budiman. Seorang Kuncu adalah orang yang memiliki moralitas tinggi yang mendekati moralitas Sang Nabi Khonghucu. Agama Khonghucu sangat menghormati arwah leluhur. Tuhan Yang Maha Esa disebut Tuhan.

3. Hari Raya Agama Khonghucu

Imlek adalah hari raya umat Khonghucu. Imlek merupakan hari pergantian tahun atau tahun baru Cina atau Tingkok. Di Indonesia hari raya ini ditetapkan sebagai hari libur nasional, sejak masa pemerintahan presiden Abdulrahman Wahid Gus Dur dan Megawati Soekarno Putri.

4. Agama Khonghucu di Indonesia

Agama Khonghucu pada zaman pemerintahan Presiden Soekarno diakui sebagai agama resmi di Indonesia. Karena politik pemerintah Orde Baru, agama Khonghucu tidak diakui sebagai agama yang resmi. Baru pada pemerintahan Presiden Abdulrachman Wahid, agama Khonghucu mendapat angin segar kembali. Kebijaksanaan Presiden Abdulrachman Wahid itu juga diteguhkan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri.

c. Pandangan Gereja Katolik terhadap Agama Khonghucu

Konsili vatikan II dalam dekritnya tentang agama-agama bukan kristen menyatakan antara lain; “Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah