Agama Asli Mendalami Agama Asli dan Aliran Kepercayaan

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 231 Cerita-cerita penciptaan itu menerangkan tentang terciptanya alam semesta, dunia, musim, pergantian terang dan gelap, serta menunjukkan fungsi segala sesuatu. Pengaturan allahdewa mereka atas alam semesta setiap manusia; tumbuh-tumbuhan; hewan dan setiap kejadian mempunyai tempat yang penuh arti. Masing-masing harus berbuat sesuai dengan hal itu dan wajib menaati peraturan dan larangan tertentu. Dalam agama aslisuku inilah pada umumnya timbul keprcayaan bahwa tidak hanya manusia saja yang berjiwa melainkan tumbuh- tumbuhan dan hewan. Karena itu, mereka sangat menghormati alam. Sebagian besar agama-agama asli juga percaya bahwa seseorang yang telah meninggal tetap berhubungan dengan para anggota suku yang masih hidup. Orang yang sudah meninggal mempunyai pengaruh yang langsung dan kuat atas orang yang masih hidup. Mereka juga kebanyakan mengenal imam-imam yang bertugas mempertahankan hubungan orang-orang yang masih hidup dengan nenek moyang, dewa- dewa, jin-jin, dan setan-setan. 2 Agama-agama Asli di Indonesia Terdapat berbagai macam agama asli di Indonesia, antara lain, Lera wulan Tana Ekan di Flores Timur dan Lembata; wiwitan di Sunda; Aluk To Dollo di Sulawesi; Sabulungan di Mentawai; Merapu di Sumba; Kaharingan di Kalimantan. Ada pula yang disebut agama-agama suku, seperti yang dianut oleh penduduk beberapa pulau sebelah barat Sumatera; beberapa suku kecil dan bagian suku-suku yang besar di Sumatera; kelompok-kelompok besar dari suku Dayak di Kalimantan; Toraja di Sulawesi; penduduk pulau Sumba; dan penduduk Irian Jaya. Selain itu, masih terdapat apa yang kini dinamakan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang menurut negara sama kedudukannya dengan agama dalam hal pengalaman ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

b. Aliran Kepercayaan 1 Ajaran

Aliran kepercayaan dalam dokumen Nostra Aetate disebut juga kepercayaan terhadap Yang Mahatinggi. Aliran Kepercayaan mengajarkan tentang sikap batin dan berkisar pada ilham dari diri sendiri, yakni: a Peningkatan integrasi diri manusia melawan pengasingan. b Pengalaman batin bahwa diri pribadi beralih ke kesatuan dan persatuan yang lebih tinggi. c Partisipasi dalam tata tertib sempurna yang mengatasi daya kemampuan manusia biasa. 232 Kelas XII SMA Aliran-aliran Kepercayaan ingin mencapai budi luhur untuk meraih kesempurnaan hidup. Hal itu dilakukan secara perseorangan atau dalam kelompok-kelompok perguruan. “Umat” dalam Aliran Kepercayaan sulit dibatasi. Organisasi tidak dipentingkan, sumbernya adalah terutama tradisi agama-agama asli. 2 Hubungan Aliran Kepercayaan dan Agama Asli Aliran Kepercayaan tidak langsung berkembang dari agama asli, tetapi unsur-unsur kebatinan, kerohanian, atau mistisisme dan kejiwaan yang mengembangkan budi pekerti serta adat etis, sudah ada dalam agama-agama asli di seluruh nusantara. Agama-agama asli di Indonesia dalam peredaran zaman mengalami banyak tantangan, tidak hanya dari yang disebut “agama internasional”, tetapi juga dari perkembangan kebudayaan dan modernisasi. Menurut kepercayaan asli seluruh alam merupakan satu kesatuan sakral, yang didekati manusia melalui sistem penggolongan dan pembagian. Pandangan hidup ini tidak cocok dengan alam pikiran modern, dan memaksa para penganut agama asli mengubah cara berpikir dan mereka menemukannya pada Aliran Kepercayaan itu. Orang mulai menggali harta terpendam dari pusaka kebudayaan asli. Dengan demikian, tradisi nenek moyang berkembang menjadi suatu kebudayaan rohani, yang unsur-unsurnya menyangkut perilaku, hukum, dan ilmu suci. a Ibadat dan Pembinaan Unsur ibadat menjadi amat sederhana, sebab yang pokok adalah kesadaran dan keyakinan serta hati nurani. Pertemuan-pertemuan diarahkan pertama-tama kepada pembinaan hati; meneguhkan tekad; kewaspadaan batin; dan serta menghaluskan budi pekerti dalam tata pergaulan. Tujuannya adalah pendidikan, bukan kebaktian, sebab setiap orang menemukan Tuhan dalam hatinya sendiri. Dengan membersihkan hati serta mengembangkan kedewasaan rohani, maka dengan sendirinya ia berbakti kepada Allah. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dimaksudkan sebagai pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan Allah yang diwujudkan dalam perilaku ketakwaan terhadap Tuhan. Peribadatan merupakan pengalaman budi luhur, bukan suatu kebaktian lahiriah, maka tidak ada tempat atau petugas ibadat. Semua bersifat batiniah.

c. Sikap Gereja Katolik terhadap Aliran Kepercayaan dan Agama Asli

Sejak Konsili Vatikan II, Gereja dengan penuh keyakinan menegaskan bahwa iman dan wahyu orang bukan Kristen dapat bersifat menyelamatkan dan bahwa Gereja harus menolak ‘semua sarana yang memaksa’ dalam