Mengamati peran Gereja Katolik dalam upaya menciptakan perdamaian dan persatuan

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 197 Uskup Amboina: Berpekiklah, Maluku Sudah Damai Sekarang AMBON, KOMPAS.com - Uskup Diosis Amboina, Mgr PC. Mandagi, menyerukan orang Maluku harus memanfaatkan perayaan Hari Perdamaian Dunia untuk memekikkan bahwa daerah Maluku benar-benar sudah damai. “Momentum strategis untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Maluku sudah damai dan bertekad memelihara kedamaian abadi sehingga tidak terjadi konlik komunal sebagaimana pada 19 Januari 1999,” katanya, di Ambon, Rabu. Pekik kedamaian itu, katanya, seharusnya juga direalisasikan dengan menerapkan rasa keadilan dalam berbagai sektor kehidupan. “Jangan damai hanya di bibir, diucapkan, atau disosialisasikan, tapi realisasinya hanya sesaat atau demi kepentingan tertentu sehingga mubazir kembali,” katanya. Oleh karena itu, orang Maluku harus bangga karena kota Ambon dipercaya sebagai tuan rumah perayaan Hari Perdamaian Dunia dengan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Rasanya damai di hati dan di bumi Maluku terealisasi bila kita hidup dalam bingkai budaya ’pela dan gandong’ sebagai warisan leluhur yang menjunjung tinggi jalinan kehidupan antarumat beragama,” ujarnya. Dia juga menyerukan orang Maluku agar siap memerangi warga sendiri yang sering bertindak sebagai provokator untuk memperkeruh stabilitas keamanan hanya karena tergiur uang atau kepentingan kekuasaan sesaat. “Saya mengindikasikan ada juga oknum pemimpin agama, elite pejabat, elite politik, elite TNIPolri, dan elite pemuda yang sering melakukan tindakan tidak terpuji yang memperkeruh stabilitas keamanan,” katanya. Ia mengajak semua komponen bangsa di Maluku agar bangga karena dipercaya untuk pertama kalinya di Indonesia sebagai tuan rumah perayaan Hari Perdamaian Dunia. “Disemangati budaya hidup sebagai orang basudara ternyata mampu berdamai dengan cepat dan menganulir apa yang diperkirakan banyak orang bahwa konlik komunal di daerah ini berlangsung satu atau dua abad,” ujarnya. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan Provinsi Maluku, khususnya Kota Ambon, merupakan contoh sukses daerah yang dengan cepat membangun perdamaian setelah dilanda konlik sosial. “Maluku 10 tahun pasca konlik sosial telah memperlihatkan pada dunia dengan adanya suasana yang kondusif, aman, dan siap melaksanakan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan akibat konlik sosial yang terjadi pada masa lampau,” katanya. Menurut dia, keberhasilan tersebut membuat Maluku khususnya Kota Ambon pantas mendapat kehormatan sebagai daerah yang pertama kali menjadi tempat peringatan Hari Perdamaian Dunia di Indonesia. Penyelenggaraan peringatan 198 Kelas XII SMA Hari Perdamaian Dunia ini sekaligus menjadi sebuah pekik dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta warga Maluku kepada masyarakat dunia internasional bahwa provinsi ini sekarang sudah aman dan damai.... “. Sumber: Kompas.com, Rabu, 25 November 2009

b. PendalamanDiskusi

1 Guru mengajak peserta didik untuk berdialog membahas beberapa pertanyaan yang datang dari peserta didik setelah membaca artikel tersebut. 2 Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi lebih lanjut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: a Apa yang diceritakan dalam kisah tersebut? b Apa yang dikatakan Mgr. Mandagi dalam artikel itu? c Bagaimana peran Gereja Katolik dalam upaya membangun perdamaian dan persatuan di Maluku secara nyata? d Apa upayamu sebagai umat Katolik bila menghadapi suatu konlik antar-anak Indonesia di masyarakat?

c. Peneguhan

1 Konlik bernuansa agama yang pernah terjadi di Maluku pada masa lalu telah berakhir, dan kini masyarakat terus berusaha hidup damai dan bersatu dalam ikatan budaya pelagandong. Salah satu tokoh sentral yang mampu menanggulangi konlik berdarah itu adalah Mgr. PC. Mandagi. Ia bersusah payah membangun komunikasi dengan tokoh-tokoh agama lain serta pemerintah untuk mendamaikan kembali masyarakat Ambon yang bertikai. 2 Perjuangan Mgr. Mandagi, untuk mengembalikan suasana damai di Maluku tidak tanggung-tanggung Ketika masyarakat Maluku diobok- obok oleh orang luar Maluku, dan pemerintah seperti tidak berdaya menghadapinya, Mgr. Mandagi mendesak dunia internasional PBB untuk turun tangan membantu penyelesaian masalah kemanusian yang tercabik-cabik itu. Upaya itu tidak sia-sia, dalam perjalanan waktu, akhirnya Maluku kembali damai dan sejahtera. Hubungan erat persaudaraan dalam ikatan budaya pelagandong kini kembali merekatkan mereka. 3 Perjuangan Mgr. Mandagi, adalah perjuangan nyata Gereja Katolik di kawasan Maluku untuk membangun perdamaian dan persatuan masyarakat, tanpa mengenal batas-batas agama, suku, etnis yang hidup bersama di bumi pelagandong itu. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 199 Langkah Ketiga: Menghayati makna perdamaian dan persatuan

1. Releksi

Guru mengajak peserta didik untuk menuliskan sebuah releksi tentang bagaimana upaya konkretnya sebagai umat Katolik untuk sekaligus sebagai seorang warga negara Indonesia ikut serta mengupayakan kehidupan yang damai dan penuh persatuan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Aksi

Guru mengajak peserta didik untuk menuliskan sebuah doa untuk perdamaian dan persatuan bangsa Indonesia. Peserta didik diminta untuk selalu mendoakannya dalam doa-doa pribadi atau bersama umat. Doa Penutup Ya Bapa, kami bersyukur atas berkat-Mu bagi negeri kami yang kaya dengan penduduknya dari berbagai ragam suku, agama, dan budayanya. Kakmi mohon berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Semoga kami semua berusaha memelihara dan memajukan bangsa ini dengan semangat persatuan dan kebersamaan. Bebaskanlah tanah air kami dari bahaya: bencana alam, kelaparan, perang, dan wabah penyakit. Semoga kami semua tekun membangun tanah air kami demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh bangsa. Bantulah kami mewujudkan tanah air yang adil, makmur, aman, damai dan sejahtera, sehingga tanah air yang kami diami di dunia ini selalu mengigatkan kami akan tanah air surgawi, tempat kami akan berbahagia abadi bersama Dikau. Semua ini kami unjukkan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.