Kekuasaan dan Kerajaan Allah

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 157 dan keutamaan. Akibat adanya gengsi dan kedudukan inilah masyarakat dapat terpecah-pecah di dalam kelompok-kelompok. Ada kelompok yang memiliki status sosial tinggi dan ada kelompok yang memiliki status sosial rendah. Sebenarnya, siapa saja yang begitu lekat pada gengsi dan harga diri tidak sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah yang dicanangkan oleh Yesus. Yesus mengatakan: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga Allah? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga” Mat 18: 1-4. Anak adalah perumpamaan mengenai “kerendahan” sebagai lawan dari kebesaran, status, gengsi, dan harga diri. Ini tidak berarti bahwa hanya orang-orang dalam kelas tertentu yang akan diterima dalam Kerajaan Allah. Setiap orang dapat masuk ke dalamnya jika ia mau berubah dan menjadi seperti anak kecil Mat 18: 3, menjadikan dirinya kecil seperti anak-anak kecil Mat 18: 4. Kerajaan yang diwartakan dan dikehendaki oleh Yesus adalah suatu masyarakat yang tidak membeda-bedakan lebih rendah atau lebih tinggi. Setiap orang akan dicintai dan dihormati, bukan karena pendidikan, kekayaan, asal usul, kekuasaan, status, keutamaan, atau keberhasilan- keberhasilan lain, tetapi karena ia adalah pribadi yang diciptakan Allah sebagai citra-Nya.

d. Solidaritas dan Kerajaan Allah.

Perbedaan pokok kerajaan dunia dan Kerajaan Allah bukan karena keduanya mempunyai bentuk solidaritas yang berbeda. Kerajaan dunia sering dilandaskan pada solidaritas kelompok yang eksklusif suku, agama, ras, keluarga, dsb. dan demi kepentingan sendiri. Sedangkan Kerajaan Allah dilandasi solidaritas yang mencakup semua umat manusia. “Kamu telah mendengar irman: Kasihilah sesama manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” Mat 5: 43-44. Dalam kutipan ini, Yesus memperluas pengertian “saudara”. Saudara tidak hanya teman, tetapi juga mencakup musuh: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah untuk orang yang mencaci kamu” Luk 6: 27-28. “Dan jika kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang- orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka” Luk 6: 32. Solidaritas kelompok mengasihi orang yang mengasihi kamu bukanlah solidaritas menurut Yesus. Solidaritas yang dikehendaki oleh Yesus adalah solidaritas terhadap semua orang tanpa memandang bulu, termasuk juga musuh.