Mendalami Kitab Suci 1 Menyimak cerita Kitab Suci

106 Kelas XII SMASMK menerima hukuman yang lebih berat. 15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munaik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. 16 Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Matius 5:33 - 37 33 Kamu telah mendengar pula yang diirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. 34 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, 35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; 36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. 37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

2 PendalamanDiskusi

Guru mengajak para peserta didik untuk mendalami isipesan dari kutipan Kitab Suci dengan pertanyaan: a Apa isi pesan Kitab Suci Mat 23:13-16? b Apa isi pesan Kitab Suci Mat.5:33-37? c Bentuk ketidakjujuran seperti apa saja yang ditentang oleh Yesus? d Mengapa Yesus begitu keras terhadap orang-orang yang tidak jujur dan yang munaik?

3 Peneguhan

Guru memberikan penjelasan sebagai berikut: Secara khusus Yesus menasihatkan kepada kita supaya kita tidak bersumpah palsu: “Kamu telah mendengar pula yang diirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu, janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kakinya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar. Janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ‘ya’, hendaklah kamu katakan ‘ya’, jika ‘tidak’, hendaklah kamu katakan ‘tidak’. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat lih. Mat 5: 33-37. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 107

c. Menghayati Kejujuran dalam hidup sehari-hari

1 Releksi

Guru mengajak peserta didik untuk membuat sebuah releksi tentang pentingnya berperilaku jujur dalam hidup sehari-hari, baik dari segi kata-kata maupun dari segi perbuatan. 2 Aksi Guru mengajak peserta didik untuk mengembangkan sikap jujur mulai dari rumah atau keluarga; dalam relasi, komunikasi dengan orangtua, kakak, adik, dan orang lain dalam rumah. Sikap jujur juga dikembangkan dalam pergaulan di lingkungan sekitar, dengan teman-teman baik di lingkungan tetangga maupun di lingkungan sekolah. Sikap jujur di sekolah misalnya tidak menyontek, tidak mencuri barang-barang milik teman.

4. Memperjuangkan Perdamaian dan Persaudaraan Sejati

a. Mendalami realitas kehidupan 1 Menggali fakta perjuangan perdamaian dan Persaudaraan sejati

a Guru mengajak peserta didik untuk mengamati kasus-kasus pertikaian, kerusuhan, peperangan dalam hidup masyarakat, negara, atau di dunia internasional. Peserta didik diminta untuk menyebutkan beberapa fakta ketidakdamaian itu. b Guru mengajak peserta didik untuk menyimak kisah berikut ini. Doa Perdamaian di Vatikan “Paus Fransiskus menyambut presiden Israel dan presiden Palestina di Vatikan pada Minggu malam 8614 untuk pertemuan doa yang belum pernah terjadi sebelumnya, “Doa untuk Perdamaian.” Patriark Konstantinopel, Bartholomeus I, bergabung dengan tiga pemimpin itu untuk berdoa bagi perdamaian di Tanah Suci dan di seluruh Timur Tengah. Saya sangat berterima kasih kepada Anda untuk menerima undangan saya untuk datang ke sini dan bergabung dalam doa memohon karunia perdamaian dari Allah. Ini adalah harapan saya bahwa pertemuan ini akan menandai awal dari sebuah perjalanan baru dimana kita mencari hal-hal yang menyatukan guna mengatasi hal-hal yang memecahbelah,” kata Paus Fransiskus pada 8 Juni di taman Vatikan. Paus telah mengeluarkan undangan pada perjalanan terakhir ke Tanah Suci pada akhir Mei lalu. Kedua presiden tersebut dengan cepat menerima undangan itu. Presiden Shimon Peres dan Presiden Mahmoud Abbas tiba secara terpisah untuk bertemu dengan Paus Fransiskus secara pribadi di Wisma Casa Santa Marta. 108 Kelas XII SMASMK Tiga pemimpin itu akhirnya bertemu dan bergabung dengan Patriark Bartholomew I sebelum melanjutkan ke taman Vatikan untuk “Doa bagi Perdamaian.” Doa malam itu diadakan secara berurutan — Yahudi, Kristen, dan Islam. Doa tersebut ditawarkan dalam bahasa Ibrani, Inggris, Italia, dan Arab, memuliakan Tuhan sebagai penciptaan, memohon pengampunan dosa, dan meminta karunia perdamaian. Doa-doa itu diambil dari mazmur, sebuah doa dari pelayan Hari Atonemen Penebusan Yahudi, doa dari St. Fransiskus Assisi, dan beberapa doa Islam. Setelah doa, Paus Fransiskus, Presiden Israel Shimon Peres, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas masing-masing berbicara singkat tentang pentingnya perdamaian. “Pertemuan doa ini bagi perdamaian di Tanah Suci, di Timur Tengah dan di seluruh dunia bersama orang-orang yang tak terhitung jumlahnya dari berbagai budaya, bangsa, bahasa dan agama: mereka telah berdoa untuk pertemuan ini dan bahkan sekarang mereka bersatu dengan kita dalam doa yang sama,” kata Paus Fransiskus. “Ini adalah pertemuan yang merespon keinginan sungguh-sungguh dari semua orang yang merindukan perdamaian dan memimpikan sebuah dunia dimana pria dan wanita bisa hidup sebagai saudara dan tidak lagi sebagai lawan dan musuh.” Paus kemudian memperingatkan, “Seruan perdamaian adalah lebih daripada peperangan.” Sejarah mengungkapkan bahwa perdamaian tidak bisa datang hanya melalui kekuatan manusia, kata Paus. “Itulah mengapa kita berada di sini, karena kita tahu dan kita percaya bahwa kita membutuhkan pertolongan Allah. Kita tidak meninggalkan tanggung jawab kita, tapi kita berseru kepada Allah dalam tindakan tanggung jawab tertinggi sebelum hati nurani kita dan sebelum rakyat kita.” Paus Fransiskus mendorong mereka yang hadir untuk “memutuskan spiral kebencian dan kekerasan” dengan kata “saudara.” Kita harus “mengangkat mata kita ke surga dan mengakui satu sama lain sebagai anak-anak dari satu Bapa,” katanya. Presiden Peres kemudian berdoa, “Saya datang ke sini untuk menyerukan perdamaian di antara bangsa-bangsa.” Dia juga mengakui, “Perdamaian tidak datang dengan mudah.” Bahkan jika perdamaian “tampaknya jauh,” lanjut presiden Israel itu, “kita harus mengejar untuk membawanya dekat.” “Kita diperintahkan untuk mengejar perdamaian,” katanya menekankan.Presiden Peres menyatakan keyakinannya, “jika kita mengejar perdamaian dengan tekad, dengan iman, kita akan mencapai perdamaian.”Dia ingat bahwa dalam hidupnya, ia melihat baik perdamaian maupun