Pandangan Gereja Mengenai KB

44 Kelas XII SMASMK Pimpinan Gereja di Indonesia sepakat menyatakan perlunya pengaturan kelahiran demi kesejahteraan keluarga dan karena itu merasa penting membina sikap bertanggung jawab di bidang ini Pastoral Keluarga, KWI, 1976 No. 22–23.

b. Alasan-alasan mengapa KB sangat penting

Alasan pertama mengapa KB harus dipromosikan ialah kesejahteraan keluarga sebagai sel yang paling kecil dari masyarakat. Dengan KB, ”mutu kehidupan” dapat ditingkatkan. 1 Dengan KB kesehatan ibu bisa agak dijamin. Kesehatan di sini dipahami secara isik maupun psikis. Setiap persalinan dan kehamilan memerlukan tenaga ibu. Kehamilan dan persalinan yang terus-menerus dapat menguras daya jasmani rohani ibu, khususnya jika gizi ibu kurang diperhatikan. 2 Dengan KB relasi suami-istri bisa semakin kaya. Kalau kehamilan dan kelahiran terjadi secara terus-menerus, tugas utama suami-istri seolah- olah hanya terpaut pada urusan pengadaan dan pendidikan anak. Waktu untuk membangun keintiman dan kasih sayang di antara keduanya menjadi sangat terbatas. 3 Dengan KB taraf hidup yang lebih pantas dapat dibangun. Semakin banyak anak berarti semakin banyak mulut dan kepala yang memerlukan makanan, pakaian, rekreasi, perawatan kesehatan, dan sebagainya. Pengeluaran yang begitu banyak, apalagi kalau sering terjadi secara tak terduga, tentu saja akan mempersulit pengaturan kesejahteraan keluarga. 4 Dengan KB pendidikan anak dapat lebih dijamin. Semua orang tua yang mencintai anak-anaknya pasti ingin memberikan pendidikan yang sesuai dengan masa modern ini supaya nasib anak-anaknya lebih baik daripada nasib mereka sendiri. Akan tetapi, seringkali untuk menyekolahkan anak-anak kita harus mempertaruhkan segala-galanya, apalagi kalau memiliki banyak anak. 5 Dengan KB tidak hanya menjamin kesejahteraan keluarga, tetapi juga kesejahteraan masyarakat dan umat manusia. Menurut pendapat para ahli, pelaksanaan KB merupakan salah satu sarana yang penting untuk mengantar suatu bangsa dari keterbelakangan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Kemajuan di berbagai bidang akan sia-sia kalau ledakan penduduk tidak dihambat. Ledakan penduduk membawa banyak problem: problem lapangan kerja, papan, sandang, pangan, kesehatan, dan sebagainya.

c. Tanggungjawab dalam KB

Ada beberapa kelompok orang yang dianggap sangat bertanggung jawab dalam hal KB ini. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 45 1 Para Pasutri Pasangan Suami-Istri. Yang mempunyai tanggung jawab terbesar dalam hal KB adalah pasangan suami-istri sendiri, yang memiliki potensi vital untuk mengadakan anak. 2 Pemerintah. Pemerintah jelas mempunyai hak dan kewajiban sekitar masalah kependudukan di negaranya, dalam batas wewenangnya. 3 Pimpinan agama. Pimpinan semua agama sebagai instansi yang berkepentingan menanamkan nilai-nilai luhur dan ilahi juga bertanggung jawab untuk menyuluh, membimbing, dan mendampingi para penganut agamanya, khususnya pasutri, dalam pelaksanaan KB yang wajar.

d. Penilaian moral tentang metode pada umumnya

Walaupun ajaran Gereja pada umumnya hanya mengakui metode KB alamiah, namun Gereja Indonesia melalui uskup-uskupnya mengatakan bahwa dalam keadaan terjepit para suami-istri dapat menggunakan metode lain, asalkan memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1 Tidak merendahkan martabat istri atau suami. Misalnya, suami-istri tidak boleh dipaksa untuk menggunakan salah satu metode. 2 Tidak berlawanan dengan hidup manusia. Jadi, metode-metode yang bersifat abortif jelas ditolak. 3 Dapat dipertanggungjawabkan secara medis, tidak membawa efek samping yang menyebabkan kesehatan atau nyawa ibu berada dalam bahaya.

e. Penilaian moral untuk masing-masing metode

1 Gereja sangat menganjurkan metode KB alamiah seperti: a metode kalender; b metode pengukuran suhu basal metode temperatur; c metode ovulasi Billings; dan d metode simptotermal gabungan. 2 Metode yang dilarang Gereja karena bersifat abortif, antara lain: a abortus provocatus: pengguguran dengan sengaja; b spiral; dan c pil mini. Langkah ketiga: Menghayati hidup keluarga yang dicita- citakan

1. Releksi

Guru mengajak peserta didik untuk menuliskan sebuah releksi pribadi tentang membangun keluarga Katolik yang dicita-citakan.